°°°
Akibat kejadian tidak menyenangkan tadi di sekolah, Areska memutuskan untuk tidak jadi ikut bersama teman-temannya untuk nongkrong di cafe. Cowok itu lebih memilih menemani Alea yang terlihat murung karena masalah dirinya dan sang pacar.
Ketika Areska bertanya, gadis itu tak menjawab sama sekali. Dia lebih banyak diam merenungi pikirannya sendiri. Dengan berbaik hati Areska mengantarkan Alea untuk pulang dengan meminjam motor milik Juna. Namun, Alea mengatakan jika dirinya belum ingin pulang ke rumah.
Areska yang bingung, hanya menurut. Akhirnya dia membawa Alea ke tepi Danau, tidak jauh dari perkotaan untuk sekedar menenangkan pikiran.
Alea menduduki sebuah bangku bercat putih yang tersedia di sana dengan tatapan kosong, lurus ke depan. Areska menyusul, membawakan dua botol minuman untuk dirinya dan juga Alea. Lantas menyerahkannya pada gadis tersebut.
Areska terus curi-curi pandang terhadap Alea, dia ingin bertanya pada gadis itu namun dia masih sadar jika Alea pasti belum siap bercerita. Maka dari itu, Areska berusaha menahan diri agar tidak berceloteh panjang lebar.
Areska ikut kesal ketika melihat perlakuan tidak senonoh dari laki-laki yang di ketahui pacar Alea tersebut. Dengan begitu jelasnya, cowok brengsek itu mendorong gadis yang di sayanginya.
"Lo pasti mau nanya 'kan Res? Tanya aja," celetuk Alea buka suara, tanpa menoleh sedikit pun pada Areska.
Areska memandang terkejut Alea. "Beneran nih?" tanyanya untuk memastikan. Dan terlihat respon Alea mengangguk menyetujui.
"Gue cuma pengen nanya, kronologi masalah lo sama pacar lo itu gimana? Kenapa dia sampe kasar gitu sama lo?" tanya Areska mengutarakan seluruh rasa penasarannya.
Terlihat Alea mengembuskan nafasnya sekilas. "Iya, dia itu cowok gue. Harusnya gue sama Varo udah putus beberapa bulan yang lalu ... tapi, Varo nggak mau ngelepasin gue. Sekarang gue cuma jadi pelampiasannya," lirih Alea seraya menunduk ke bawah. Menahan sebuah cairan bening yang menggenang di pelupuk matanya.
Respon Areska tentu saja terkejut. Antara tidak mengerti apa maksudnya serta marah terhadap Varo.
"Maksud lo?"
Alea kembali menghela napasnya. Berusaha menguatkan diri. "Ceritanya panjang Res, dan ini berhubungan sama keluarga gue dan hidup gue."
Alea tak lagi mau bercerita, antara malu dan sulit untuk mengatakannya. Walaupun dia yakin Areska adalah laki-laki yang bisa di percaya untuk menjaga rahasianya, namun tetap saja Alea masih ingin menutupi kesedihannya sorang diri tanpa ingin merepotkan orang lain.
Pelan, tapi pasti Areska mengalungkan tangannya di bahu Alea, lalu mengusap bahunya menenangkan gadis itu.
"Gue ngertiin perasaan lo, Al. Kalau lo butuh sesuatu, gue siap bantuin lo," ujar Areska bersungguh-sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARESKA [complete]
Teen Fiction🐰LEGANTARA HIGH SCHOOL SERIES🐰 Ketika keadaan mengharuskan untuk menangis, tak usah berpura pura tegar, karena tak semua air mata berarti lemah. Namun berbeda dengan Ares, ketika keadaan menginginkan dirinya menangis, hatinya mengatakan untuk teta...