Bab 20🐰

63 11 22
                                    

°°°

Areska berjalan ke atas rooftop sekolah, tempat favoritnya untuk menyendiri. Tebakannya benar ketika mendapati seorang gadis duduk sendirian di sana. Areska mendekatinya tanpa ragu.

"Itu tempat favorit gue," ujar Areska mengagetkan gadis itu.

Gadis itu sontak mendongak. "Eh, maaf."

Areska terkekeh singkat. "Udah santai aja, gue becanda kali," ucapnya menjahili Alea.

Ya gadis itu adalah Alea, entah apa yang ada di pikiran gadis itu sekarang sampai ia merenung seorang diri.

"Udah ketebak lo bakal disini ... nih." Areska duduk di samping Alea, lalu cowok itu memberikan sebotol susu strawberry dan satu roti pada Alea.

"Buat gue?" tanya Alea berbasa-basi.

"Ya kali buat penjaga sekolah, Al," gurau Areska.

"Makasih. Tapi gue nggak mau," tolak Alea menatap lurus ke depan.

Areska berdecak. "Jangan suka nolak rezeki! Gue tau lo belum sarapan, makanya gue beliin," kata Areska kekeuh.

"Tau dari mana lo?" tanya Alea melirik Areska.

"Yang namanya Areska, apa sih yang nggak tau."

"Dih! Kecuali pelajaran," cibir Alea tergelak singkat.

"Ck, itu mah nggak usah di omongin juga kali."

Pagi itu, sebelum berangkat ke sekolah Areska berinisiatif berkunjung ke rumah Alea untuk menjemput gadis itu. Bukan Alea yang keluar, tapi Neneknya yang Areska temui.

"Aleanya udah berangkat, Res. Oh iya,  Om minta tolong ya beliin Alea makanan, soalnya itu anak belum sarapan. Ini uangnya," kata Oma menyodorkan selembar uang berwarna biru pada Areska.

"Eh, nggak usah Oma. Tenang, biar saya aja yang beliin. Oma nggak usah repot-repot keluarin duit. Yaudah kalau gitu, saya pamit ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati!"

Begitu di perjalanan, Areska mampir dulu ke sebuah warung kecil untuk membelikan Alea sarapan. Karena hal itu, Areska hampir saja telat jika dia tidak buru-buru. Telat semenit saja, bisa-bisa dia akan berdebat dengan penjaga sekolah.

"Ayo makan, keburu masuk ntar! Gue temenin di sini," ujar Areska tetap memberikan makanan itu pada Alea.

Alea tersenyum tipis. Mau tak mau ia menerima pemberian Areska. "Thanks,"

Areska ikut tersenyum. "Sama-sama."

Alea kini memakan roti itu seraya memandang lurus ke depan. Begitu pun dengan Areska, sesekali cowok itu curi-curi pandang terhadap gadis di sampingnya.

"Oh iya, btw lo ngapain di sini sendirian? Nggak masuk kelas?" tanya Areska lagi.

"Seru aja di sini, Res. Aman, damai, tenang, udaranya sejuk lagi," jawab Alea.

Areska manggut-manggut mengerti. "Iya, lo emang bener. Tempat favorit gue juga di sini."

"Berarti boleh dong berbagi sama gue?"

"Yaa, boleh aja. Asal ada guenya." Areska tersenyum jenaka membuat Alea hampir tertawa.

"Eh, gue mau nanya lagi boleh nggak?" ucap Areska lagi dan lagi.

"Tanya aja."

"Eee ... Lo, udah putus sama pacar lo?"

Alea memandang heran Areska. "Kenapa lo nanya itu?" tanyanya balik.

Areska sontak terkesiap, merasa was-was takut Alea akan marah. "Y-yaa ... gue cuma pengen tau aja. Soalnya pas denger cerita lo waktu itu, gue jadi sering kepikiran," tutur Areska gelagapan.

ARESKA [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang