°°°Kaki jenjang bu Amel melangkah masuk menuju kelas XI IPS 2, terlihat bahagia ketika melihat anak-anak kelasnya tidak ada yang absen satu pun. Bu Amel tahu itu karena semua bangku terisi penuh. Sedangkan para muridnya menatap aneh sang wali kelas.
"Selamat pagi anak-anak," sapanya dengan ramah.
"Pagi Bu!" balas seluruh anak XI IPS 2.
Arka menelisik penampilan guru sejarahnya tersebut. "Bahagia banget Bu, habis menang lotre ya?" celetuk Arka berkomentar.
Bu Amel malah terkekeh. "Bukan. Emang kenapa kalau saya bahagia hari ini? Ada masalah?" tanya balik bu Amel.
"Y-ya nggak sih Bu. tapi roman-romannya agak lain gitu."
"Sudah, sudah itu nggak usah di bahas. Hari ini kita masuk ke pelajaran. Untuk tugas hari ini Ibu akan kasih secara berkelompok. Dan presentasi minggu depan, mengerti?" jelas bu Amel.
"Baik Bu!" jawab kompak seluruh murid.
"Kelompoknya gimana Bu? Ibu yang ngasih atau kita pilih sendiri?" tanya Abel.
"Ibu bebaskan ketua yang memilih," jawab bu Amel dengan enteng.
Seluruh pandangan siswa XI IPS 2 kini tertuju pada sang ketua kelas yang duduk paling pojok sebelah kiri. Mereka menatap peringatan pada sang ketua agar memilih kelompok yang benar.
Alan, sebagai ketua kelas IPS 2 itu mematung sesaat, tatapan dari para teman-temannya membuatnya salah tingkah sendiri. Cowok berpenampilan seperti anak alim itu berdiri dari duduknya, melangkah maju ke depan kelas.
Cowok itu berdehem sejenak. "Gue bakal bagi menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri dari 5 anggota," instruksi sang ketua. "Siapapun orangnya, lu pada harus terima. Nggak terima protes dalam bentuk apapun."
Alan mulai menuliskan nama-nama kelompok yang telah di susun rapi di benaknya sebelumnya. Seluruh siswa memperhatikan, beberapa dari mereka yang telah membentuk kelompok terlihat senang bahkan kecewa karena tak sesuai ekspetasi.
Hingga sampailah di kelompok 6, anggotanya terdiri atas Areska, Alan, Arka, Vivi, dan Sabrina.
Areska tampak terlihat kecewa. Ekspetasinya, dia ingin satu kelompok bersama Alea, namun gadis itu malah berada di kelompok 3.
"Lo lagi, lo lagi. Kenapa sih hidup gue di sandingin mulu ama lo? Bosen gue liat muka lo terus!" sewot Areska menepuk paha Arka pelan.
"Lo pikir gue kagak bosen apa? Gue lebih enek liat muka lo dari pada tong sampah tau nggak?!" balas Arka mencibir.
"Baku hantam yok! Pengen banget gue giling mulut lo," geram Areska menggerakkan tangannya seolah hendak mencubit bibir Arka.
"Ayok! Sharelock. Gue pengen cuci otak lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARESKA [complete]
Ficção Adolescente🐰LEGANTARA HIGH SCHOOL SERIES🐰 Ketika keadaan mengharuskan untuk menangis, tak usah berpura pura tegar, karena tak semua air mata berarti lemah. Namun berbeda dengan Ares, ketika keadaan menginginkan dirinya menangis, hatinya mengatakan untuk teta...