Pagi itu Alea berdiri di depan kelas dengan keadaan gelisah. Terlihat ia mondar-mandir sendirian untuk menunggu kedatangan seseorang.Niatnya Alea akan menjelaskan dan meminta maaf kepada Areska secara langsung agar gelisah di dalam dirinya tak lagi menghantui. Akan tetapi, ia takut jika Areska tak mau mendengarkan omongannya. Alea sejenak menghela napas, meyakinkan dirinya jika dia pasti bisa.
Beberapa murid yang datang, memperhatikan gelagat dirinya yang terlihat aneh. Alea tidak peduli itu, yang ada di pikirannya hanyalah Areska.
Tak lama kemudian, siluet Areska terlihat. Cowok itu tampak berjalan lunglai dengan wajah datar tanpa ekspresi bahagia. Sejenak Alea gugup, debaran jantungnya kini berpacu cepat. Dia takut melihat wajah Areska yang sekarang.
"Areska." Alea secara spontan menggenggam lengan Areska ketika cowok itu hendak melewati dirinya.
Tetap dengan wajah datarnya, Areska melirik Alea dengan lirikan malas. Cowok itu secara pelan menarik lengannya dari genggaman Alea. Lantas ia kembali melangkah memasuki kelas.
Hati Alea mencelos, orang yang dulu selalu ada untuknya, kini benar-benar menjauh. Pelupuk matanya kini digenangi air mata. Alea ingin menangis Sekenjang-kencangnya, ia ingin berteriak sekaligus rasanya ingin berlutut di hadapan Areska. Namun, Alea berusaha menahan diri. Rasa takutnya benar-benar terjadi.
"Al?" Vivi tiba-tiba datang, gadis itu menyentuh pundak Alea dengan tampang khawatir.
"Vi, Ares..." lirih Alea tak bisa melanjutkan ucapannya karena suara yang tercekat.
Vivi sontak langsung mengalihkan arah pandangnya ke dalam kelas. Ia mencari sosok Areska dimana cowok itu menelungkupkan kepalanya di atas meja.
"Ares masih nggak mau ngomong sama lo ya?" tanya Vivi ikut merasakan kesedihan yang dirasakan Alea. Gadis dihadapannya mengangguk samar.
"Tenang ya, Al. Nanti gue coba bantu jelasin ke Ares yang sebenarnya teradi. Ayo masuk kelas."
Namun kini Alea menggeleng. "Gue nggak bisa. Izinin gue ya. Gue ke UKS aja," ucap Alea lantas melenggang pergi.
"Hati-hati, Al!"
°°°
Pulang sekolah Areska tampak lunglai, ketika ia mendongak matanya membelalak sempurna ketika melihat banyak orang di rumahnya. Mobil wartawan serta mobil polisi terparkir asal di pekarangan rumahnya, beberapa kamera dan reporter menyorot ke arah rumahnya.
Dada Areska kini terasa sesak. Apa yang terjadi?
"Itu anaknya bu Karina!" tunjuk salah seorang reporter. Beberapa kamera kini menyorot Areska tanpa henti. Bahkan wartawan mulai menyodorkan beberapa pertanyaan padanya.
"Apa benar ibu kamu terjerat kasus korupsi?" salah satu pertanyaan wartawan itu kembali membuat kedua bola matanya Areska terbelalak.
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARESKA [complete]
Novela Juvenil🐰LEGANTARA HIGH SCHOOL SERIES🐰 Ketika keadaan mengharuskan untuk menangis, tak usah berpura pura tegar, karena tak semua air mata berarti lemah. Namun berbeda dengan Ares, ketika keadaan menginginkan dirinya menangis, hatinya mengatakan untuk teta...