°°°
Birunya langit, cerahnya cuaca hari ini tidak membuat Areska bahagia. Dia tetap saja terlihat murung sejak pagi. Di ajak makan bersama oleh keempat sahabatnya bahkan di traktir dia malah menolak.
Areska lebih memilih berdiam diri di atas rooftop sendirian. Menghirup udara yang begitu menyegarkan siang ini. Entah mengapa mood Areska hancur tak seperti biasanya. Bukan hanya karena masalah di rumah, namun juga di kelas tadi.
Ketika jam pelajaran berlangsung, Areska tidak memperhatikannya sama sekali, dia lebih banyak melamun. Ketika guru bertanya, dia hanya diam dan lebih parahnya lagi ketika guru menggebrak meja, Areska refleks mengumpat. Berakhirlah Areska di ceramahi habis-habisan.
"Res!"
Areska yang tadinya kembali melamun, tersentak saat seseorang menemukan keberadaannya. Arka dan Tristan mendekat pada Areska yang berdiri di dinding pembatas.
"Lo ngapain disini sih Res? Lo nggak liat anginnya kenceng banget? Ntar masuk angin, Res. Jangan nyari penyakit deh lo," omel Tristan bak emak-emak pada anaknya.
Areska terkekeh singkat. Dia tidak butuh ibu untuk bisa mengomelinya, Areska masih punya teman yang masih peduli terhadap dirinya, itu saja sudah cukup.
"Bentar doang. Panas tau di bawah," balas Areska mengipas kerah bajunya.
"Belum lima menit juga lo langsung flu." Tristan meledek seraya menggelengkan kepalanya.
"Ya kali! Lo pikir gue anak mami, yang apa-apa langsung sakit? Gue Areska men! Tahan banting," ucap lagi Areska menepuk dadanya bangga.
"Lo kenapa sih Ar? Ngeliatin gue mulu, suka lo ama gue?" tanya Areska memperhatikan Arka yang sejak tadi tak berhenti menatapnya.
Bukannya menjawab Arka malah menepuk pundak Areska dua kali menimbulkan kerutan bingung dari dua cowok lainnya.
"Sakit lo?!" bingung Tristan menempelkan punggung tangannya di dahi Arka membuat cowok itu berdecak.
"Gue lebih sakit lagi liat temen gue nggak ada semangat hidup kayak gini. Sabar ya," ungkap Arka membuat Tristan benar-benar tidak mengerti.
"Bentar-bentar! Ini maksudnya apaan dah! Kok gue bingung gini sih?!" ucapnya garuk-garuk kepala.
"Nggak ada apa-apa. Nih anak lagi stres nggak usah di dengerin," jawab Areska merangkul pundak Arka. "Pada mau makan nggak? Laper nih gue."
"Boleh tuh, kalau lo traktir lebih boleh lagi!" Tristan berseru semangat.
"Yeeu gratisan aja lo!" cicit Areska.
"Tenang, tenang karena hari ini gue baik. Gue yang traktir!" ungkap Arka.
"Nahh, gitu dong!" balas Areska dan Tristan kompak.
°°°
Areska melempar bola basket ke keranjang, setelah bolanya turun ke bawah, Areska kembali mengambilnya dan melemparnya lagi. Begitu seterusnya karena ia bermain seorang diri. Bell pulang sudah berbunyi sejak tadi, teman-temannya yang lain sudah bergegas pulang ke rumah masing-masing, sedangkan Areska tidak berniat untuk meninggalkan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARESKA [complete]
Ficção Adolescente🐰LEGANTARA HIGH SCHOOL SERIES🐰 Ketika keadaan mengharuskan untuk menangis, tak usah berpura pura tegar, karena tak semua air mata berarti lemah. Namun berbeda dengan Ares, ketika keadaan menginginkan dirinya menangis, hatinya mengatakan untuk teta...