" kenapa papah pergi tanpa berpamitan dulu dengan aku,Kenapa papah pergi ninggalin aku lagi, kenapa pah!?"
Zebina zelena Wijaya
Jam sudah menunjukkan pukul 04.55 sore, zebina dan Sadewa baru saja selesai bermain basket, mereka menghabiskan waktu bersama di lapangan komplek,tetapi saat zebina ingin mengambil air minum zebina tiba-tiba terjatuh kala merasakan sesak dan batuk-batuk yang sangat parah.
Sadewa yang melihat zebina tumbang dan terbatuk-batuk pun langsung berlari menghampiri bina yang sudah terduduk lemas, mulut dan tangannya sudah dipenuhi oleh darah dan jangan lupa hidung zebina yang mengeluarkan darah sangat banyak
"Bin are you okay?" Tanya Sadewa dengan nada khawatir sedangkan zebina hanya diam saja ia tak bisa menjawab pertanyaan Sadewa karena ia merasakan sesak yang luar biasa
"Kita ke rumah sakit ya" ucap Sadewa dengan mengambil aba-aba untuk menggendong zebina, tetapi langsung di tolak oleh zebina, Sadewa sempat memaksa tapi zebina kekeh jadi mau tak mau Sadewa mengalah
"Lo kenapa si!" Teriak prustasi Sadewa saat zebina menolak untuk membawa ia kerumah sakit
"Ga usah percuma" ucap lirih zebina sambil mengelap kasar darahnya, Sadewa yang mendengar ucapan zebina mengerutkan keningnya, percuma maksudnya" binggung Sadewa
"Gue capek ndra" ucap jeda zebina dengan mengambil nafas dalam-dalam
"Gue capek harus bolak balik kerumah sakit, gue capek kalo di suruh kemo dan harus nyium bau obat-obatan sialan itu, gue ga mau rambut gue botak ndra gue ga mau hiks!" Isakan zebina lolos ketika mengucapkan kalimat itu
"Gue mau nyerah ndra gue ga kuat, capek" ucap zebina, suaranya mengecil ia sangat sulit untuk berbicara karena tenggorokannya terasa seperti di cekik sangking sakitnya ia menahannya
Endra yang mendengar ucapan nyerah zebina seketika ia emosi dan marah, ia tak suka sahabatnya ini bicara seperti itu, sahabatnya ini gak boleh menyerah ga akan boleh!
"Lo apa apan si!" Bentak Sadewa, ia tak sengaja membentak zebina
"Lo ga tau rasanya jadi gue! gua capek, GUA CAPEK!" Teriak prustasi Zebina dengan air mata yang terjatuh
"Gue cape ndra, gua sendiri mereka ga peduli sama gue, gue berjuang sendiri ndra,gua cape Hiks" lirih zebina, ia menumpahkan semuanya ia beneran-benar capek sekarang.
Sadewa yang mendengar semua ucapan zebina langsung membawa zebina ke dalam pelukannya, ia memeluk gadis rapuh ini dengan erat seakan-akan ia sedang memberikan kekuatan ke gadis ini
Air matanya lolos begitu sajah, begitu malang sekali nasibnya, ia paham sekarang bukannya hanya dia sajah yang hidup dengan tak dapat keberuntungan ternyata masih ada orang yang jauh lebih parah dari ia
"Shuttt..udah ya maaf.. jangan nangis gue ga suka liat Lo nangis" ucap Sadewa dengan setia menengkan zebina. Zebina memberhentikan tangisanannya namun masih ada sesegukan yang belum berhenti
Sadewa melepaskan pelukannya lalu ia menghapus air mata zebina dan merapikan rambut zebina yang berantakan, sedangkan zebina yang di perlukan seperti itu hanya diam, ia nyaman tetapi rasa nyaman itu hanya sebatas seorang sahabat dan Abang saja tidak lebih
"Dengerin gua, Kalau dunia nggak baik sama lo,Lo harus tetap baik sama diri Lo sendiri, jadi Lo harus berjuang lagi jangan mau nyerah oke, lu buktinya sama mereka semua kalo Lo bisa lawan penyakit Lo ini tanpa adanya orang tua Lo, paham" ucap Sadewa yang mesih setia merapikan rambut zebina
sedang zebina menanggukin ucapan lelaki di hadapannya ini, yang di ucapan oleh Endra bener ia harus berjuang lagi ia tak boleh lemah dan mengeluh!" Yakin zebina
"Ndra kenapa lu selalu ketawa padahal keadaan lu ga lagi baik-baik ajah?" Mendengar pertanyaan itu Sadewa tertawa, zebina mengerutkan alisnya kenapa apakah pertanyaan lucu?
hayy hayyy
hayoo siapa yang nunggu cerita ini?
soryy yaa aku baru up karna aku ga sempet.hahaha
ywdhhh segitu saja.SELAMAT MENUNGGU PART SELANJUTNYA.
Gimana dengan part ini?
Sangat gaje ya???Jangan lupa vote dan komen yaaa🤪
KAMU SEDANG MEMBACA
BERJUANG HIDUP
Teen FictionBagiku, menceritakan panjang lebar tentang masalah ku lebih sulit dari pada memendamnya. Aku sempat beberapa kali merangkai kata atau membungkus luka dalam sebuah kalimat nyata. Tapi kenyataan bahwa kalimat-kalimat itu tidak pernah sampai pada telin...