....
"kamu terkena penyakit kanker darah Ze, Atau bisa di bilang Leukemia " kata sang dokter dengan tatapan iba
Zebina yng mendengar ucapan sang dokter hanya bisa diem dia sudah pasrah.
"Sudah separah apa penyakitku dok?" Tanya zebina kepada dokter dengan muka biasa ajh tidak ada raut wajah sedih.
Dokter yang melihat tanggapan zebina kaget, ini penyakit mematikan kenapa tidak ada raut wajah sedih,"apakah zebina tidak tau apa itu Leukemia?" Bati sang dokter
"Hftt...kenapa kamu sesantai ini bina ini penyakit serius,ini bukan penyakit yng gampang untuk di sembuhkan seperti sakit batuk,pileg?" Tanya sang dokter dengan wajah serius.
"Aku tau itu,aku harus gimana? Ini takdir ku yng harus aku terima, percuma aku mengeluh" kata zebina dengan nada santai
Dokter Gibran binggung harus menjawab apa, dia sangat kasian dengan zebina yng harus berjuang melawan sakitnya.
Hembusan nafas dokter Gibran sangkat jelas di pendengar zebina
"Penyakit kamu ini udah stadium 2 jadi kamu harus rutin untuk datang kerumah sakit untuk kemoterapi" jelas dokter Gibran
"Dan kamu harus memberitahu kepada orang tua kamu tentang penyakit ini" lanjut dokter Gibran
"Ga perlu,ga ada yang perlu tau selain saya dan dokter sampe waktunya tiba." Bales bina dengan nada dingin dan tegasnya
"Tapi Ze ini penyakit serius orang tua mu harus tau ini" bujuk dokter Gibran,dia takut zebina tidak bisa melawan menyakit ini sendirian.
"Lagian juga mamah papah sibuk kerja jadi saya ga mau membebankan orang tua saya,biarin saya melawan menyakit ini sendirian"bantah zebina dia ga mau mamah atau papahnya tau klo dia sakit dia tidak mau merepotkan kedua orang tuanya.
Dokter Gibran pasrah dia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Ya sudah,tapi kamu harus datang untuk melakukan cek up tepat waktunya ya dan jangan sampai lupa minum obatnya,nnti saya kasih resep obatnya." Pasrah dokter Gibran
"Ya, terimakasih sekali lagi saya ingatkan jangan sampe ada yang tau tentang penyakit sialan ini." Peringatan zebina dengan nada dingin
"Hmm baiklah" dokter Gibran sangkat pasrah dia tidak bisa berbuat apa-apa
Sehabis pulang dari rumah sakit zebina langsung pergi ke kamar dan duduk di balkon kamarnya untuk melihat bintang.
"Arghhh,,kenapa si harus gue kena penyakit sialan ini, gimana kalo gue mati sebelum gue bisa full time bareng mamah papah" zebina prustasi dia binggung harus gimana.
Mamah papahnya sangat sibuk kerja sampai-sampai jarang ada waktu untuk Zebina, zebina selalu ngajak mamah papahnya jalan-jalan bertiga tapi mamah papahnya selalu menolak dengan alasan tugas kantornya.
Zebina pusing memikirkan soal penyakitnya, dia ambil rokok dan korek di meja lalu dia menghisapnya, tidak ada yang tau kalo zebina itu perokok.
Malem semakin larut dan hembusan angin makin dingin,zebina memutuskan untuk masuk ke kamarnya dan menanyakan kapan mamah dan papahnya pulang lewat chat.
mamah 😊
Zebina
"assalamualaikum mah, kapan pulang?"
Mamah
" Waalaikumsalam sayang, mamah ga tau kapan pulangnya nak,tapi nnti mmh usahakan ya pulang secepatnya,kamu mau mamah bawakan oleh-oleh apa syng?"Zebina
"Ahh iya mah ,aku nggak mau apa apa mah,aku cuma mau mamah sama papah pulang secepatnya, aku kangen soalnya"
readZebina hanya bisa senyum miris, segitu pentingnya kah urusan bisnisnya sampai-sampai anaknya di lupakan,jika boleh jujur zebina kesepian setiap hari dia di tinggal kerja oleh mamah dan papahnya,zebina hanya berdua dengan bibi.
Setelah kangen-kangenan dengan sang mamah dengan via chat,ah atau lebih tepatnya zebina yng kangen sama kedua orangtuanya, zebina langsung menidurkan badannya di kasur sizelnya untuk lepaskan rasa penatnya.
Hallo kalian👋🏻-
Aku cuma mau ngucapin maaf kalo ceritanya ga jelas dan masih acak-acakan karna ini cuma mengisi masa gabut aku,haha pdhal mah tugas numpuk:vTolong di Maklumin yaa jangan menghujat cerita aku ini kalo tulisannya msh acak-acakan 😌🙏
Jangan bosan-bosan ya baca cerita ini
- Sey you-
ZEBINA ZELENA WIJAYA
KAMU SEDANG MEMBACA
BERJUANG HIDUP
Teen FictionBagiku, menceritakan panjang lebar tentang masalah ku lebih sulit dari pada memendamnya. Aku sempat beberapa kali merangkai kata atau membungkus luka dalam sebuah kalimat nyata. Tapi kenyataan bahwa kalimat-kalimat itu tidak pernah sampai pada telin...