34

78 14 0
                                    

-happy reading ☺️😉-

Segerombolan mobil berwarna hitam, melintas begitu saja. Tidak banyak, hanya ada 3 mobil di belakangnya. Masih ada lagi, namun beda jalur.

Mobil itu tampak elegan, berkilau dan berkelas. Jangan ragukan seseorang Jason! Pengusaha sukses yang memiliki banyak dolar, bahkan black card Jangan dilakukan lagi. Banyak! Siapa sih yang tidak mau menjadi istri dari sang ketua mafia satu ini?

*****

Pintu terbuka perlahan, menampakan Jason yang berjalan masuk dengan santainya, dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana.

Satu tangan yang ia masukkan itu, mengobrak-abrik saku itu menyalakan alat komunikasinya dengan Evans dan Nathan. Anak buah mereka sedang bersembunyi di luar, menunggu aba-aba dari sang ketua.


Di sofa sana, terdapat marshel yang meletakkan 1 tangannya di atas kepala sofa, sebelahnya juga ada Michelle Alicia. Wisa Alicia sedikit menyandarkan kepalanya pada marshel.

Melihat Jason masuk, segera Michelle Alicia membenarkan posisi duduknya dan sedikit menoleh kearah Jason.

"Ekhem, berkas?"

"Berkas apa?"

"Ehhh Jason? Kamu mau ketemu aku ya?"

"Aku tidak ada urusan denganmu. Marshel, ada berkas yang tertinggal di ruanganmu waktu itu. Aku lupa membawanya"

"Benarkah? Kau taruh mana?"

"Ada di lemari kecil. Ayo ke ruangannya saja. Buka kuncinya"

Tanpa ada rasa curiga, marshel mengambil sebuah kunci yang ia letakkan pada sofa. Jason hanya tersenyum tipis. Di situ ternyata? Batinnya.

~

~

~

"Dimana? Cepat ambil. Jangan lama lama disini"

"Hm? Kenapa? Emangnya ada rahasia apa di sini?"

"T-tidak ada, di sini banyak serangga. Aku tak mau kau terluka"

"Oh ya? Sepertinya baik-baik saja ruangan ini"

"Aku sedikit lama, karena tidak hanya satu berkas yang tertinggal. Masih ada lagi, lebih baik kau duduk saja dulu"


Marshel segera duduk dengan perasaan gugup. Matanya tak henti-henti menatap anak tirinya yang sedang mencari berkas-berkasnya. Baru kali ini detak jantungnya berdetak kencang dari biasanya. Marshel berusaha tenang dan mencoba tersenyum tipis.

Setelah selesai, Jason langsung menghampiri marshel yang sedang terduduk di kursi sama. Dalam sedikit membanting berkas-berkas tersebut dan menatap marshel yang berada dihadapannya ini.

"Bagaimana jika kita membeli sebuah pistol desert eagle mark XIX untuk membunuh seseorang?" Jason menaikkan satu alisnya.

"Membunuh siapa?" tanya marshel

"Membunuh seseorang yang selama ini menyembunyikan sesuatu mungkin?" menyeringai

"Apa yang kau katakan itu, aku bukan seorang pembunuh. Bukan seperti mu"

"Oh ya? Lalu, Kenapa ruangan ini sedikit ada bercak darah dan sedikit bau amis?" tanya Jason

"Itu cat bukan darah. Soal bau, mungkin karena lama tidak di bersihkan ruangan ini"

Jason hanya mengangguk menatap marshel sambil senyum getir.

"S-sudah, aku keluar"

"Okeyy, hati-hati jika melangkah. Siapkan mental"

"Dia sudah keluar! Laksanakan semua tugas!! Pisau sudah harus siap. Kepung semua area tanpa ada celah sedikitpun!" ucap Jason pada alat komunikasinya.

Evans mengangguk sembari mendapatkan info dari Jason. Dia langsung berpura-pura mengelilingi ruang tamu saat marshel sudah keluar dari ruangan.

"Wahhh ruangan ini luas ya? Cocok sekali untuk melakukan pertandingan"

"Sejak kapan kau ada disini, Evans?"

"Sejak kematianmu sudah dekat, mungkin?"

Aneh, ini aneh dipikiran marshel. Tadi Jason mengatakan hal yang memiliki arti yang sama. Dia merasa ada sesuatu dengan hari ini.

"Kenapa? Kau mau menonton bola denganku tidak?" Tanya Evans

"Silahkan, aku tidak melarang mu"

"Yasudah, kenapa masih berdiri di situ? Sini menonton pertandingan bola"

Marshel menghela nafas, mendaratkan dirinya di sofa sampai Evans. Evans mulai menyalakan televisi nya sambil tersenyum getir.


Yang ada pada layar televisi bukannya pertandingan sepak bola. Namun, sebuah rekaman CCTV bensinnya yang pernah ditunjukkan oleh Nathan pada Evans.

Kejadian di mana marshel menentukan sebuah suntikan pada lengan Jason yang membuat Jason lupa ingatan.

Kini marshel sudah berkeringat dingin, menoleh ke arah depan yang sedang menampilkan senyuman devilnya.

"Kenapa menetapkan seperti itu? Filmnya bagus bukan?"

Marshel berdiri perlahan, sedikit berlari keluar. Namun gagal. Nathan langsung masuk begitu saja dari pintu itu dengan berdehem. Menghalangi Marshel yang sudah ingin berlari keluar.

"Oh? Tuan. Sudah lama tidak bertemu bukan? Bagaimana jika kita meminum wine bersama? Aku membawanya" tawar Nathan

"MINGGIR" teriak Marshel






To be continued...

SIT DOWN!! [S2] (JASON WILIAM WINATA) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang