35 (MISSION COMPLETED)

94 15 2
                                    

-happy reading ☺️😉-

"Eitsss? Mau kemana? Kita belum selesai. Oh di sana ada Evans, kau sudah berpesta. Kenapa tidak mengajakku juga?"

"Iya pesta merah. Menarik bukan?"

"Sangattt, aku juga membawa banyak wine"

"Berikan padaku. Aku ingin juga" ucap Jason setelah keluar dari ruangan. Membawa berkas tebal di tangannya.

Marshel benar-benar panik sekarang. Apa ini? Karena rasa tidak nyamannya membuat dirinya mengeluarkan pistolnya, mengarahkan pistol itu pada Jason.

"Wow wow, santai relax dude"

Anak buah Jason sekarang mulai menampakan dirinya di balik kaca. Tirai jendela sengaja Evans buka saat marshel berada di dalam ruang bersama Jason. Agar marshel tau, bahwa dirinya tidak bisa lari kemana pun kecuali berlarian di ruang tamu itu.

"Kau berpikir bahwa ini adalah hari kematian ku bukan? Kau menginginkan itu? Tembak saja aku sekarang" ucap Jason

Tangan Marshel gemetar, namun masih mengarahkan pistol itu pada Jason.

Dengan senyuman devil, Jason mengeluarkan pistol yang marshel incar selama ini, desert eagle mark XIX.

"Ini? Pistol yang kau ingin gunakan untuk menyapa aku kan? Namun sayang, pistol itu berada di tanganku sekarang"

DORR!!

Suara tembakan itu berasal dari pistol Marshel. Hampir mengenai Jason, Untung saja mata tajamnya itu cepat menangkap posisi peluru itu meluncur. Karena dari Marshel yang memulainya semua anak buah Jason mengeluarkan pistolnya.

Jason maju mendekat ke arah Marshel. Lagi Dan lagi, marshel menekan pelatuknya. Peluru itu meluncur ke bahu kiri Jason. Bahu Jason mengeluarkan banyak darah, membuat baju yang menempel di sekitar bahunya berubah menjadi warna merah.

"Bajing*n!! Mati kau sialan!"

Jason sedikit berlari ke arah Marshel. Namun sialnya pistol yang Jason pegang terlempar jauh ke tangan Marshel yang sedikit keras dengan Jason.

Sedangkan Evans dan Nathan saat ini sedang melakukan tugasnya di luar, menghabisi beberapa anak buah Marshel yang mulai berdatangan.

Tidak! Jason dalam bahaya sekarang! Yang ada di dalam hanya mereka berdua. Hanya ada suara erangan kesakitan dari luar Mansion.

"Kau pikir kau bisa mengalahkan ku? Cukup bermimpi, Jangan pernah berharap. Jason!" tekannya.

Jason mulai mengangkat kedua tangannya saat marshel sudah mengarahkan pistolnya kembali tepat dihadapan Jason.

Marshel sudah mulai menekan pelatuknya, siap untuk meluncurkan pelurunya. Jason meneguk ludahnya dengan susah payah, dan.

DORR!!

"ARGHHHHHH!!!"

Tubuh marshel tumbang begitu saja, membuat Jason heran. Tak lama, terdapat seorang gadis yang masuk melalui jendela yang sudah pecah akibat trisuhandi luar.

Itu claudia! Claudia! Ya claudia! Dengan style yang bernuansa dark, kalau dia menaikkan satu alisnya saat Jason diam di tempat dengan melamun menatapnya.

Jason sadar saat tubuh marshel yang bangkit menghalangi penglihatannya pada claudia. Dengan sigap hiasan menarik dan melipat tangan Marshel ke belakang, mengikat kedua tangan itu dengan borgol yang sedari tadi ia sembunyikan di balik jaket hitamnya.

Marshel terduduk kembali dengan punggung yang mengalir darah sedikit deras. Claudia mengambil sebuah pistol yang terlempar tak jauh darinya. Memberikannya pada Jason. Segera Jason mengarahkan pistol itu pada dahi Marshel, menempel.

"Sepertinya tidak seru jika kau langsung mati saat ini juga? Ini adalah permainan mu bukan? Dan aku juga mempunyai permainan tersendiri" ucap Jason.

"Mari kita mulai dengan membuat jalan di sini" menunjuk marshel.

Jason berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan marshel. Membuka paksa celana panjang marshel yang menutupi kedua kakinya. Tenang, Jason hanya membukanya dari paha sampai ujung kaki marshel.

"Bukankah ini sangat indah jika dilukis dengan warna merah, marshel?"

"Apa yang ingin kau lakukan!! Lepaskan aku sialan!"

"Yang aku inginkan? Kau menghasilkan cairan merah dari tubuhmu itu!"

Jason mengeluarkan pisau kerambit nya, menggoreskannya pada paha marshel. Membuat sang empu mengerang pelan.

"Sepertinya kau menikmatinya ya? Bagaimana jika aku menekan ini lebih dalam?" ucap Jason sambil menekan ujung keramik pada paha marshel.

"ARGHHHHH JANGAN! JAUHKAN BENDA ITU, SIALAN!!"

"Apa? Lebih dalam? Okeee"

"Kenapa kau melakukan ini padaku?!"

"Kau membunuh ayahku. Kedua, kau menggelapkan dana. Ketiga, kau mengambil seluruh aset Ayah kandungku! Kau pikir aku mencari berkas begitu lama untuk apa? Untuk mencari dokumen-dokumen mu!!"

Jason melepaskan tancapan kerambit itu dan beralih pada pundak marshel. Lagi, Jason menggoreskan keramik itu perlahan. Dan berakhir menancapkannya begitu dalam, lebih dalam daripada yang tadi.

"Arghhhh! Tidak! B-bahukuu!!"

Jason bangkit, membiarkan keramik itu tertancap dan menghasilkan darah berwarna merah segar dari pundak Marshel. Mengarahkan pistolnya lagi tepat di dada kiri marshel.

"Katakan selamat tinggal, marshel. Berbahagia lah nanti di sana!"

"J-jangan, tolong ampuni aku!"

"Terlambat, kau sudah terlambat. Kini, hidupmu hanya tersisa beberapa detik lagi. Katakan selamat tinggal"

Kini, tidak hanya Jason saja yang mengarahkan pistol itu. Claudia juga mengarahkan pistol itu pada dada kanan marshel.

"Dalam hitungan ketiga. Satu, dua dan tiga!"

DORRR!!

Suara tembakan Jason dan juga Claudia yang bersamaan.

Sudah tidak ada suara deru nafas dari marshel. Pria itu benar-benar sudah tidak bernyawa. Peluru yang tadi sudah masuk sempurna di jantung marshel.

Jason merasakan Dejavu, saat dirinya membunuh suruhan marshel.
Jason menoleh ke arah Claudia dengan bingung. Tak lama, Evans masuk dengan Calvin yang membantu Nathan berjalan.

Calvin? Batin Jason

"Claudia, jelaskan!" ucap Jason
Claudia menyerahkan tangannya untuk berjabat tangan. Namun, tidak dibalas oleh Jason.

"Morligan mafia. Nice to meet you, Fernandez mafia"






To be continued...

SIT DOWN!! [S2] (JASON WILIAM WINATA) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang