chapter 3

1.5K 112 0
                                    

Seminggu berlalu dan kejadian itu terus berulang membuat pertanyaan demi pertanyaan terus perputar di kepala Jimin.

Pagi ini dia kembali membuka mata di ruangan berbeda dan seperti biasa belakang dan bokongnya sakit walaupun tidak sesakit pertama kali.

Jimin lagi-lagi memungut baju ah lebih tepat bukan bajunya karena ini sama sekali bukan gaya berpakaiannya.
Baju kaos sedikit terbuka di daerah lahern yang mempilkan leher jenjang, jaket kulit serta celana jins yang melekat apik pada tubuh ramping jimin.

Jika di hitung pakian seperti ini menambah koleksi lemarinya karena selama seminggu ini Jimin terbangun dengan pakaian yang berbeda.

Jimin kembali memakai bajunya dan bergegas keluar dari ruangan apertemen itu.
Jimin berlari mencari taxi untuk di gunakan karena saat terbangun selalu saja hpnya tidak ada bersamanya.

Setelah menunggu cukup lama akhirnya taxi yang dia tunggu datang, dan Jimin kembali ke apartemen dan lagi-lagi apertemennya tidak terkunci untunglah sistem keamanan di apartemennya sangat baik kalau tidak sejak seminggu ini barang-barang sudah habis di gondol maling.

Jimin merebahkan diri di kasur yang sudah seminggu ini tidak ia gunakan.

"Ada apa denganku? Aku tidak mengingat apapun yang terjadi saat malam dan parahnya aku terbangun di ruangan berbeda dan badan yang seakan remuk, apa aku harus mengunjungi dokter untuk memeriksa atau psikiater?"

"Tapi apa yang harus aku katakan?"

"Aghhh!!!!! Kejadian ini membuat aku stress!!!!!!!"

Jimin merusak rambutnya frustasi, apa yang terjadi pada dirinya? Sehingga dia tidak mengingat apapun saat terbangun paginya.

Jimin mandi dan bergegas ke klinik miliknya tapi sebelum itu ia mampir ke cafe untuk membeli kopi dekat dengan klinik miliknya.

"Cappucino satu"

"Silakan Tunggu sebentar, maaf ada lagi?" Tanya karyawan cafe itu

"Itu saja, terimakasih"

"Baik"

Jimin menainkan hpnya sambil menunggu pesanannya sebelum tepukan dari belakang mengalihkan perhatiannya.

"Maaf" itu pertanyaan pertanyaan saat Jimin melihat orang di belakangnya.

"Kau tidak mengingatku?" Tanya orang tersebut

Jimin memasang wajah bingung dan mengalihkan pandangannya saat pesanannya sudah siap.

"Aku yang akan membayarnya" saat laki-laki itu melihat Jimin mengeluarkan kartu debitnya karena ia ingin membayar kopi Jimin

"Aku bisa bayar sendiri, dan maaf aku tidak mengenal anda,permisi" Jimin menerima kartu debitnya dan meninggalkan laki-laki tadi.

Tanpa Jimin sadari laki-laki tadi mengikuti dari belakang.

"Hey kamu benar-benar tidak mengingatku?" Tanya Pria itu setelah berhasil memegang pergelangan tangan milik Jimin

"Apa kamu tuli? Aku sudah bilang aku tidak mengenalmu" Jimin menghempas tangan pria tadi dengan kasar

"Jim ayolah, berhenti bercanda denganku" ucap pria tadi yang mesih kekeh mengikuti Jimin

"Kamu bilang mengenalku? Kamu saja tidak tau namaku, berhenti mengikutiku! " Ucap tegas Jimin

"Jim? Wah sajak kapan aku mengganti nama?" Ucap Jimin kesal saat dia sudah berada dalam mobilnya.

"Akhir-akhir ini banyak sekali kejadian yang aku tidak mengerti" Jimin terus mengomel di dalam mobilnya seakan orang tadi mendengarnya.

Saat di pintu masuk

"Nuna aku datang" Jimin membuka pintu  kliniknya

Sora yang melihat wajah Jimin di tekut langsung menghampiri Jimin.

"Kamu kenpa?" Tanya Sora khawatir

"Aku tidak apa-apa Nuna, hanya saja aku bertemu orang gila tadi saat mampir ke cafe untuk membeli kopi"

"Jimina, aku bisa membuatkanmu kopi kenapa harus membeli di luar? Aku tau kamu tidak nyaman dengan interaksi yang berlebihan, jadi besok-besok tidak usah lagi mampir di luar lagi oke?" Sora menepuk pundak Jimin untuk menenangkan Jimin

"Baik Nuna" Jimin tersenyum pada Sora

Sora mengelus rambut Jimin lalu berniat kembali ke mejanya.

"Nuna" panggil Jimin pelan

"Hmm" Sora melihat lagi ke arah Jimin

"Aku lapar" Jimin bersikap manja pada Sora

Sora cekikan saat wajah yang biasanya dingin sekarang terlihat menggemaskan.

"Nuna baru saja ingin mengambil sarapanmu dan kamu sudah memintanya"

Jimin tertawa renyah

"Nuna yang terbalik, aku mencintaimu" ucap Jimin

"Hahahaha, aku bahkan tidak percaya orang yang biasanya memasang wajah dingin sedang melakukan hal yang manis saat ini"

Sora kembali untuk mengambil kotak makan untuk Jimin.

"Nuna makananmu yang paling terlezat" Jimin mengacungkan 2 jempolnya pada Sora

"Hahahaha makanlah"

"Terimakasih nuna"

Sora mengangguk dan meninggalkan Jimin menikmati makannya.

Bipolar (Jikook) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang