Mata setia itu mengikuti kemanapun orang yang di awasi berada.
Karena menurutnya orang yang berada di depannya sekarang lebih menarik dari apapun yang berbeda sekitarnya.Walaupun laki-laki berkacamata kecep kali menyibukkan dirinya dengan beberapa pelanggan yang datang memeriksakan kesehatan peliharaannya.
Jimin membuang napas kasar memperbaiki letak kacamatanya.
Tidak nyaman itulah yang di rasakan Jimin saat melihat laki-laki bermata bulan itu menatapnya dengan lembut."Apa kamu tidak memiliki pekerjaan?" Tanya Jimin setelah pelanggannya meninggalkan klinik.
"Pekerjaan? Aku memilikinya" jawabnya santai.
"Lalu?"
"Hmm?"
Jimin membuang napasnya kasar lagi, jelas dia tau betul arah pembicaraan Jimin tapi dia memilih pura-pura bodoh.
"Ah aku lupa memperkenalkan nama aku, namaku Jungkook lebih tepatnya jeon jungkook"
"Kamu tidak menanyakan namaku jadi aku memperkenalkannya sendiri"
"Ya ya karena menurutku itu tidak penting" Jimin bergumam
"Jungkook-si bisahkan kamu tidak memandangiku seperti tadi, itu sedikit kurang nyaman untukku"
"Biasakan diri"
"Maksudnya?" Tanya Jimin bingung
"Kamu harus mulai terbiasa Karena kamu akan lebih sering melihatku dari sekarang" Jungkook menjawab santai.
"Apa kamu tidak memiliki pekerjaan lain?"
"Aku seorang psikiater, bukankah itu perkejaan?"
"Lalu buat apa kamu disini?"
"Menemanimu, apa lagi?
"Maksudku pergilah bekerja dari pada menemaniku"
"Hari ini aku cuti, aku ingin menemanimu"
Jimin menutup matanya menetralkan emosinya, bagaimanapun ia harus bisa mengontrol emosinya karena laki-laki ini memang sudah bertindak aneh saat mereka bangun tidur hingga saat ini.
Salahkan saja otak bodoh Jimin yang tidak bisa mengingat apapun sehingga dia harus berakhir dengan orang aneh Jungkook.*****
Beberapa jam sebelumnya.........
Jimin lagi-lagi membuka matanya dan mendapatkan dirinya di ruangan luas hampir seperempat apertemennya, ruangan yang di dominasi warna hitam.
"Dimana lagi aku sekarang? Yang jelas ini bukan apertemen lagi, ya tuhan aku benar-benar cape harus terus seperti ini"
Jimin membangunkan badanya tapi pergerakannya tiba-tiba berhenti saat baru menyadari sebuah tangan melingkar di pinggangnya membatasi Jimin melakukan gerakan.
Refleks Jimin menutup mulutnya agar tidak berteriak, tapi ada yang lebih aneh badannya tidak merasa, pegal atau nyeri seperti biasanya dan baju yang digunakan Jimin itu jelas bukan miliknya, baju ini sangat kebesaran dan mungkin ini baju laki-laki yang tertidur pulas di sampingnya.
"Tuan, bangunlah aku harus pergi bekerja" setelah menunggu hampir 30 menit dan orang di sampingnya belum bangun juga akhirnya jimin beranikan diri.
"Morning" satu kata yang berhasil keluar dari mulutnya yang di temani senyum manis yang Jimin sendiri tidak mengerti kenapa orang ini harus tersenyum seperti itu, mereka tidak punya hubungan manis atau hubungan apapun bahkan Jimin baru melihatnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bipolar (Jikook) End
Fanfictionsiapa yang menyangka kalau laki-laki cupu, manis, dan introvert yang biasanya bekerja di sebuah klinik siang hari menjadi liar di malam hari? siapapun yang melihatnya saat ini, tidak akan pernah menyangka kalau dia adalah orang yang sama. Boy love...