kamu lagi?" Dengan nada tidak percaya
"Maksudnya?" jelas saja Jungkook sangat kaget orang yang kalem dari pagi dan tidak mempermasalahkan Jungkook mengikutinya tiba-tiba judes dan menatap Jungkook tidak suka.
"Aku bertanya kenapa kamu disini lagi? Apa kamu mengurungku dari pagi? Astaga apa kamu sangat terobsesi padaku hingga mengikutiku kemana saja? Dan kenapa aku disini jam begini? Seharusnya aku senang-senang di bar menikmati hidupku" Jimin protes saat mendapati dirinya masih dalam ruangan kerja dengan laki-laki menyebalkan yang menahannya kemarin malam.
Jimin menghempas baju kerjanya sembarangan mengambil dompet dan hendak keluar dari dalam ruangan menyebalkan itu.
"Mau kemana?"
"Bersenang-senang"
"Jimina aku masih disini dan aku bingung apa yang terjadi padamu, ayo kita makan dulu lalu kembali ke rumahku"
"Hello tuan pemaksa, walaupun rumahmu besar aku sama sekali tidak tertarik, bar lebih cocok untukku dari pada rumah super mewahmu itu"
"Ah satu lagi, namaku Jim bukan Jimin kamu seharian denganku dan tak tau namaku? Wah sangat di sayangkan"
"Hah? Jim ? Astaga kamu memainkan peran apa lagi ? Jika kamu seperti itu agar lepas dariku maka itu tidak akan pernah terjadi, kamu tidak akan kemana-mana"
"Apa kamu ayahku?" Tanya Jimin jengah
Dia keluar dari dalam ruangan kerja miliknya meninggalkan Jungkook yang mengikutinya dari belakang
"Apa kamu mengidap penyakit bipolar? Kenapa sangat susah mengerti apa yang terjadi padamu"
"Jangan mengerti jika tak ingin, aku juga tidak berharap kamu harus mengerti, kita tidak cukup dekat untuk saling mengerti"
Untuk beberapa menit Jungkook diam dan tidak bergerak karena bagaimanapun apa yang dikatakan Jimin itu benar, mereka tidak punya hubungan apa-apa untuk saling mengerti,memahami apalagi mengatur apa yang boleh atau tidak boleh di lakukan pasangan.
"Jimina"
"Way?, Aku harus pergi aku tidak punya banyak waktu berdebat denganmu tuan"
"Ayo pacaran"
Jimin tersenyum remeh ke arah Jungkook
"Tuan aku tidak tertarik menjalin hubungan yang akhirnya hanya akan membuatku di kekang, aku mencintai hidup bebasku dan tak ingin terikat oleh hubungan apapun apalagi dengan orang seperti kamu yang suka mengatur. Maaf tawarannya ku tolak"
Jimin pergi ke subuah toko terdekat kliniknya mencari baju yang sesuai stylenya
"Nah ini dia yang sesuai dengan styleku, apa-apa dengan baju tadi astaga di jaman sekarang siapa yang masih memakai baju seformal itu untuk berangkat kerja" Jimin melihat ke arah kaca dan puas dengan tampilnya
Jimin hendak mengeluarkan dompet dan membayar tapi jungkook tiba dan memberikan kartu debitnya
"Astaga kamu lagi? Apa kamu tak bosan mengikutiku?
"Tidak dan itu tidak akan pernah terjadi"
Kasir tersenyum kearah 2 orang yang sedang berdebat masalah pembayaran dan entah mengapa itu terlihat manis bagi kasir cantik itu.
"Habis ini kita dinner dulu" sambil memasukkan kartu dalam dompetnya.
Jungkook mengangkat wajahnya tapi tidak melihat Jimin
"Kekasih anda sudah pergi tuan, sepertinya dia marah sebaiknya anda memberinya kejutan atau meminta maaf dengan sungguh-sungguh, aku yakin dia akan luluh, fighting" ucap kasih itu yang di tanggapi senyum oleh Jungkook
"Sepertinya begitu, dia selalu seperti itu ah dan terimakasih untuk sarannya, aku akan mencobanya" ucap Jungkook sungguh-sungguh
"Sebaiknya anda membawanya ke restoran galaxi, restoran itu terkenal dan hits sekarang dan suasana disana sangat romantis temanku pernah beberapa kali disana"
"Oke terimakasih, ah sebaiknya aku harus pergi karena dia tidak akan segan-segan meninggalkan aku" Jungkook tersenyum kikuk
"Semoga beruntung" kasir itu tersenyum menyemangati Jungkook
"Oke"
Saat Jungkook sudah berhasil keluar dari toko itu Jimin sudah berdiri di samping taxi.
"Mau kemana?" Jungkook sudah berhasil menarik Jimin keluar dari taxi
"Maaf pak, kekasihku sedang marah jadi dia ingin meninggalkan aku sendiri"
Supir taxi itu tersenyum manis
"Kekaksih sejak kapan aku menjadi kekasihmu?" Bantah Jimin tak suka
"Sekarang dan untuk selamanya"
"Lepaskan tangan aku pemaksa"
"Kita makan dulu Jimin"
"Namaku Jim bukan Jimin"
"Ia terserahlah apa katamu, kita dinner dulu ya"
"Emang kalau aku tidak mau kamu akan melepaskan aku begitu aja?"
"Tidak,aku tidak akan melepaskanmu"
"Sudah kuduga"
Jimin memeutar matanya jengah.
"Pemaksa"
"Terserah kamu mau bilang apa, tapi kamu akan berterima kasih saat kewarasanmu kembali padamu"
"Kewarasan? Kamu pikir aku gila? Yak kamu mengataiku gila?
"Tidak baby, aku sedang membujukku sekarang"
"Membujuk? Jelas-jelas kamu mengataiku tidak waras"
"Oke aku minta maaf, kita dinner dulu setelah itu kita akan pergi kemanapun seperti yang kamu mau"
"Janji"
"Promise" jawab Jungkook meyakini jimin
"Ayolah aku sangat lapar" jungkook mengeluh dengan wajah lucu pada Jimin yang menekuk wajahnya seperti hari besok tak akan pernah datang lagi.
"Awas aja jika kamu membohongiku"
"Ia by ia"
Jimin masuk mobil setelah Jungkook membukanya pintu, mereka menuju ke sebuah restoran tempat yang di rekomendasikan karyawan toko tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bipolar (Jikook) End
Fanfictionsiapa yang menyangka kalau laki-laki cupu, manis, dan introvert yang biasanya bekerja di sebuah klinik siang hari menjadi liar di malam hari? siapapun yang melihatnya saat ini, tidak akan pernah menyangka kalau dia adalah orang yang sama. Boy love...