Jimin dengan gusar meletakan semua barangnya yang sudah tersusun rapi di atas meja kerjanya sedangkan Sora sibuk mengamati orang yang sudah di anggap saudara baginya.
"Kamu kenapa?, Dari tadi aku perhatikan kamu terlihat sangat tidak nyaman, barang yang sudah seharusnya rapi kamu berantakin lagi"
"Nuna" Jimin berlari memeluk Sora yang sedang berada di depan pintu ruangan jimin
"Ada apa, apa kamu memiliki masalah?" Tanya Sora khawatir melihat perubahan sikap jimin
"Nuna aku benar-benar akan gila, kejadian aneh terus terjadi beberapa Minggu belakang ini dan anehnya aku tidak mengingat apapun yang terjadi, aku harus bagaimana?" Tanya Jimin
"Hah?, bisakah kamu menceritakannya secara perlahan, Nuna tidak bisa mengerti, kejadian aneh apa maksudmu? Bagaimana kamu tidak mengingat apapun?"
Jimin memandang Sora dengan tatapan aneh, tatapan yang tidak pernah Sora lihat pada Jimin sebelumnya, Jimin terkenal dengan minim ekpresi tapi akhir-akhir ini jimin selalu mengeluarkan ekpresi yang terlihat lucu sekaligus membuat Sora khawatir, Jimin kadang-kadang terlihat khawatir, gusar dan tidak fokus serta terlihat lingkaran hitam di bawah matanya itu menandakan Jimin sedang memikirkan sesuatu yang serius apalagi beberapa hari ini Jimin selalu di antar jemput oleh lelaki tinggi badan bak model, tubuh berotot dan mata bulat.
Jimin tidak dekat dengan siapapun kecuali Sora dan sedikit aneh menurutnya sekarang Jimin dekat dengan orang lain."Apa kamu memiliki masalah dengan laki-laki bermata besar itu?"
"Hah?" Jimin melepas pelukannya
"Aku bertanya apa laki-laki yang sering mengantarmu ke sini itu apa kamu memiliki masalah dengannya? Aku melihatmu aneh akhir-akhir ini semenjak laki-laki itu ada di sekitarmu"
"Nuna ini bukan karena dia, walaupun benar dia ada dalam bagian keanehan yang terjadi padaku belakangan ini"
"Jimina kamu membuat Nuna pusing, bisahkah kamu menjelaskannya dengan benar?"
"Nuna sebenarnya belakangan ini aku dalam kondisi tidak baik-baik saja, aku tidak dalam mengingat apapun yang terjadi khususnya malam hari dan paginya badanku penuh dengan tanda merah, belakang dan pinggangku sakit serta bokongku sangat perih sampai beberapa hari aku terbangun dengan pria bermata besar itu, dia memelukku dengan erat entah apa yang terjadi malamnya sehingga aku berakhir dengannya, tapi semenjak aku terbangun dan dia ada di sampingku aku tidak merasakan apapun kecuali rasa khawatir, aku sangat khawatir saat ini terlebih lagi akhir-akhir ini dia memperlakukan seperti seseorang kekasih walaupun aku tidak pernah merasakan sebelumnya tapi adegan-adegan itu sama seperti drama yang aku tonton itu membuatku takut, aku takut melakukan kesalahan padanya terlebih lagi dia sangat kaya"
Sora hanya dia mengamati cerita Jimin
"Jika terus begini aku bisa gila, aku tidak terbiasa dengan orang lain selain Nuna dan pelanggan klinikku dan hidupku saat ini sangat berubah drastis, Nuna tau aku sekarang miliki koleksi baju yang aku sendiri tidak mengerti kenapa aku terbangun dengan baju kekurangan bahan seperti itu"
Jimin semakin frustasi begitu mengingat baju yang tersusun rapi di lemarinya terlebih lagi pengeluarannya untuk bulan ini sangat banyak.
Kartu kreditnya membengkak untuk barang-barang yang sama sekali Jimin tidak butuhkan dan yang lebih parahnya itu sesuai dengan gaya hidup Jimin.Jimin adalah orang yang sangat mampu untuk membiayai hidupnya sendiri tapi Jimin bukan tipe orang boros dia akan membeli barang yang benar-benar dia butuhkan dia tidak ingin menghamburkan uangnya untuk alasan yang tidak jelas, toh uang itu bisa dia sumbangan ke panti asuhan itu akan lebih berguna untuk anak-anak disana.
Jimin adalah salah satu donatur tetap di sebuah panti asuhan, dia tidak akan pernah melewatkan sebulan pun untuk memberikan donasinya.
Pembengkakan kartu kreditnya jelas membuat Jimin sedikit frustasi, uang untuk membayar tagihan kartu kredit itu sangat berharga buat anak-anak panti asuhan."Nuna aku harus bagaimana?"
"Ayo kita ke psikiater Nuna akan mengantarkanmu, sebelumnya kamu harus membuat janji dulu sore ini, kita akan menutup klinik lebih awal hari ini"
"Hmm baiklah"
"Jimina Nuna tidak tau apa yang terjadi padamu belakangan ini, tapi apapun itu Nuna mau kamu menceritakannya Nuna tidak mau kamu stres seperti sekarang, walaupun Nuna tidak bisa membantu banyak tapi Nuna akan membuat kamu sedikit lebih nyaman setelah bercerita dan kita bisa mencari solusinya bersama oke?" Sora meyakinkan Jimin
"Terimakasih nuna" Jimin memeluk Sora lagi, Sora membelai rambut Jimin dengan lembut untuk menenangkan jimin
Jimin sudah membuat janji dan Sora menemaninya di sebuah ruangan yang cukup besar.
Jimin duduk menunggu pesikiater yang keluar entah kemana, sekertarisnya menyuruh mereka untuk menunggu karena psikiaternya ada urusan sebentar."Baby" Jungkook membuka pintu dan mendapati Jimin duduk di temani karyawannya
Jimin dan Sora serempak menghadap suara yang barusan memanggil baby entah untuk siapa.
"Baby? Dia memanggilmu baby?" Tanya Sora meyakinkan pendengarnya, Jimin yang mendengar itu sedikit salah tingkah pasalnya laki-laki bermata bulat besar itu mengaku mereka sudah jadian malam harinya.
"Nuna aku bahkan tidak tau kalau kami jadian, dia mengaku seperti itu padaku pagi ini dan aku tidak mengingat apapun"
Mereka saling berbisik sampe Jungkook berdiri di samping Jimin dan mencium kepala Jimin tanpa menghiraukan Sora yang sudah membuka mata dan mulutnya lebar-lebar karena kaget.
"Jadi Nuna punya keluhan apa?" Setelah berhasil duduk di kursinya Jungkook langsung mengarahkan pertanyaan pada Sora.
"Nuna, aku?" Jawab Sora menujuk dirinya sendiri, bagaimana orang yang tidak begitu akrab dengannya memanggilnya Nuna seperti Jimin jelas saja itu membuat Sora kaget
"Hmmm Nuna yang aku maksud, aku adalah kekasihnya Jimin dan Jimin bilang kamu sudah seperti saudarinya jadi tidak ada yang salah jika aku memanggilmu Nuna bukan?"
Sora mengangguk mengiyakan walaupun ia masih sangat bingung.
"Jadi ?" Tanya Jungkook lagi pada Sora
"Aku mengantar Jimin kemari" jawab Sora seadanya
"Baby?" Seketika Jungkook mengarahkan pandangannya pada Jimin dengan ekpresi khawatir.
Jungkook berjalan di samping Jimin dan duduk di samping kursi Jimin.
"Kamu kenapa?" Tanya Jungkook menatap Jimin lembut sambil mengusap pipi Jimin dengan sayang.
"A..aaku se..see.. sebenarnya" Jantung Jimin seakan mau meledak mendapatkan perhatian khusus dari jungkook, tidak pernah ada yang semanis ini padanya kecuali Sora.
"Baby, aku adalah kekasihmu dan sekarang aku adalah pesikiatermu bisahkan kamu menjelaskan apa yang kamu rasakan?" Jungkook masih setia mengusap pipi Jimin dengan lembut.
"Aku merasa aneh akhir-akhir ini" Jimin mulai menceritakan semua keanehan yang terjadi padanya"
Jungkook memasangkan wajah berpikir untuk sementara waktu sebelum merasa apa yang Jimin katakan memang benar karena beberapa hari mereka menghabiskan waktu bersama dan Jimin memang aneh pada malam hari.
"Baby bisahkan kamu ke tempatku malam ini?" Jungkook bertanya pada Jimin
"Bisahkah kita di apartemenku saja?" Tanya Jimin balik pada jungkook
"Ya udah kita ke apartemenmu saja" jawab Jungkook tersenyum pada Jimin
Sora pamit setelah Jungkook menahan Jimin untuk pulang dengannya, Jungkook sudah menawarkan diri untuk mengantar Sora tapi Sora menolak dengan alasan masih ada urusan setelah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bipolar (Jikook) End
Fanfictionsiapa yang menyangka kalau laki-laki cupu, manis, dan introvert yang biasanya bekerja di sebuah klinik siang hari menjadi liar di malam hari? siapapun yang melihatnya saat ini, tidak akan pernah menyangka kalau dia adalah orang yang sama. Boy love...