chapter 4

1.3K 116 0
                                    

Dengan langkah yang sedikit menggoda dia memasuki bar yang sudah di penuhi pelanggan dan beberapa sudah memperhatikannya saat dia memasuki bar itu tidak terkecuali laki-laki yang yang merasa kalau ia pernah bertemu sebelumnya.

"Bukankah itu Jimin? Tapi buat apa dia disini ? Dan kenapa dia berdandan seperti itu? Apakah aku salah orang?"

Jimin mulai menari mengikuti alunan musik dan satu persatu laki-laki mendekati dengan niat menggoda.

"Hi manis apa kau sendiri?" Tanya laki-laki tinggi berkulit Tan

"Yaps, aku sendiri apakah kamu ingin menemaniku?" Tanya Jimin menggoda

"Dengan senang hati" laki-laki itu tersenyum manis

Jimin mengalungkan kedua tangan di leher laki-laki itu

"Siapa namamu?" Tanya laki-laki itu

"Jim panggil aku seperti itu"

"Nama yang cocok untukmu"

"Aku merasa tersanjung tuan"

"Namaku kai, oh ia apa kamu memiliki kekasih?"

"Aku tidak tertarik dengan hubungan seperti itu"

"Jadi kami tertarik dengan hubungan seperti apa?"

"Hubungan satu malam mungkin"

"Wah apa sebebas itu?"

"Kenapa?" Jimin tersenyum menggoda ke arah kai

(Jim adalah kepribadian Jimin yang dan sekarang Jim menguasai tubuh Jimin)

"Aku tidak masalah baby, kau tau aku sedikit menyukai laki-laki nakal"

"Benarkah?" Jimin memeluk kai

Kepribadian Jimin yang tidak suka berinteraksi dengan orang lain bertolak belakang dengan jim, dan satu hal lagi yang tidak akan pernah Jimin lakukan tapi sering Jim lakukan adalah skin ship.

Suara decapan bibir yang saling bertautan memenuhi toilet yang sedang sepi. Jimin dan kai sedang di mabuk asmara sampai tidak perduli bisa saja sewaktu-waktu ada orang masuk dan mendapati mereka melakukan hal tidak senonoh dalam toilet.

Kegiatan mereka tiba-tiba terhenti saat kai menerima telepon dari seseorang.

"Hallo"

"Kamu dimana? Aku lagi nunggu kamu sekarang, buruan pulang"

"Aku masih ada urusan Bye" kai memutuskan sambungan telepon sepihak.

Kai buru-buru menarik leher Jimin untuk melanjutkan aktivitas mereka yang terhenti gara-gara telpon adiknya.

"Sorry baby Aku sudah tidak mood lagi" Jimin mengindari bibir kai dan melepaskan diri dari dekapan kai.

"What?"

Jimin pergi meninggalkan Kai yang masih mengumpat karena nafsunya tidak tersalurkan.

"Aku tidak suka kegiatanku terpotong, itu sedikit membuat moodku rusak dan tidak ingin melanjutkannya lagi, salah sendiri kenapa menerima telepon saat aku lagi ingin bercumbu? Oke Jim waktunya cari partner bercinta untuk malam ini" Jimin tersenyum merapihkan penampilannya dan keluar mencari seseorang untuk menghabiskan malam dengannya.

"Mau kemana?" Lagi-lagi orang tidak dikenal menahan Jimin saat keluar dari pintu toilet

"Apa kamu kenal aku?"

Orang yang ditanya hanya diam memandang Jimin dengan ekpresi wajah yang sulit di mengerti.

"aku tidak kenal kamu dan maaf aku sedang sibuk saat ini, kecuali kalau kamu ingin menemaniku" Jimin tersenyum menggoda.

Tarikan tiba-tiba dari laki-laki itu membuat Jimin terhuyung mengikutinya dari belakang.
Dan Jimin tersenyum entah untuk apa.

Setelah mengendarai mobil cukup lama akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang begitu megah, Jimin yang begitu keluar dari mobil takjub melihatnya.

"Ini rumahmu?" Tanya Jimin penasaran tanpa melihat ke arah laki-laki itu

Bukannya menjawab lagi-lagi Jimin di tarik memasuki rumah itu.

"Oho pelan-pelan, aku tau kamu sudah tidak sabar tapi kamu menyiksa tanganku dari tadi"

Tidak sedikit protes Jimin mendapatkan tanggapan, laki-laki itu hanya diam membawa Jimin sebuah kamar yang di dominasi warna hitam.

"Mandi dan pilihan baju dari dalam lemari, aku akan minta maidku membuatkanmu makanan"

"No! Aku tidak ingin makan dan aku mengikutimu kesini untuk bersenang-senang bukan untuk makan"

"Jika kamu tidak bisa memenuhi sebaiknya aku pergi, aku tidak punya kepentingan apapun denganmu kecuali sex" ucapan fulgar Jimin tidak mendapatkan reaksi apapun dari laki-laki itu.

Jimin sudah bersiap bangun dari tempat duduk dan keluar dari kamar megah.

"Jangan keras kepala atau aku akan mengurungmu di kamar ini sampai kamu tidak bisa bersenang-senang untuk selamanya"

"Kamu mengancamku?"

"Itu tidak akan jadi ancaman kosong jika kamu berani melangkah satu langkah saja dari pintu kamar ini"

"Sial kamu benar-benar menyebalkan"

"Mandi Sekarang!!"

Ucapan tegas itu di ikuti Jimin meski setengah hati.

"Aku tidak akan pernah ingin bertemu denganmu lagi brengsek!!"

Gbukkkk....  Suara pintu yang di tutup Jimin dengan kasar.

"Kamu sudah dalam genggamanku dan aku tidak akan pernah melepaskanmu" laki-laki itu tersenyum penuh kemenangan.





Bipolar (Jikook) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang