Cinta adalah tentang dua orang yang membangun satu komitmen untuk bersama dan memiliki rasa saling memiliki yang sama besarnya, jika satu di antaranya tidak memiliki itu lebih baik akhiri karena saat cinta di paksakan hanya akan dua hati yang tersakiti dan rasa kecewa yang mendalam.
POV jungkook
Aku memilih diam dan membiarkan semuanya berlalu karena aku terlalu pengecut untuk mengambil keputusan berpisah.
Aku ingin begitu mencintai dia yang aku kenal dari sebuah club malam, aku tertarik padanya saat pandangan pertama, aku tidak tau kenapa aku bisa mencintai dia begitu mudanya.
Karena aku tidak percaya cinta sebelumnya, aku begitu mencintai seseorang dulu hingga orang itu meninggalkan aku di saat aku sangat mencintai dia, dari saat itu aku hanya melakukan hubungan satu malam untuk mendapatkan seks dan kepuasan tentunya, sampai pada saat aku bertemu dengan laki-laki yang membuat aku jatuh cinta.
Aku sebenarnya laki-laki lurus karena aku hanya bercinta dengan wanita sebelumnya, tapi siapa sangka seorang jeon jungkook tertarik dengan laki-laki berparas manis seperti park Jimin?
Aku mengikatkan dengan pura-pura menjadi pacarnya, ya aku berbohong pada Jimin aku mengatakan aku dan dia menjadi seorang pasangan.
Aku mengetahui kondisi mental Jimin, aku mengambil kesempatan dengan kepribadian Jimin yang lain.pada saat aku bertemu dengannya malam itu dia adalah pribadi yang sangat bertolak belakang dengan yang aku temui paginya.Aku melakukan beberapa test untuk memperkuat dugaanku, dan hasil tetsnya menunjukkan dugaanku benar aku memanfaatkan itu untuk membuat Jimin stay denganku.
Egois bukan?
Ya aku sangat tahu tentang itu, tapi rasa ingin memilikinya untukku sendiri sangat besar, aku tidak ingin dia dengan orang lain selain aku, karena pribadi Jimin yang lain begitu bebas.
Aku jatuh cinta dengan dua kepribadian itu, berusaha menyatakan perasaanku tapi Jimin menolaknya mentah-mentah, dan aku memutar otak untuk membuat dia terikat dengan pribadinya yang lain.
Pribadi Jimin yang lain, dia tertutup, sedikit bersosialisasi dan tidak mampu mengemukakan pendapatnya, dia lebih memilih menerima kecuali masalah perkejaan dia tidak memiliki toleransi untuk itu dengan tegas dia akan menolak jika itu usia sesuai keinginannya, ya dia begitu gila kerja karena itu menjadi alasannya membunuh waktu.
Pengobatan Jimin berjalan lancar, pribadinya yang lain hampir tak pernah datang lagi, tapi malam itu dia datang lagi.
Itu mungkin karena Jimin sedang di bawa tekanan stres saat itu, dia tak mampu mengekspresikan dirinya sehingga pribadinya yang lain menguasai tubuhnya.
Aku bingung harus bersikap saat pribadi lain itu muncul lagi, karena dia melupakan semuanya yang terjadi pada kami sebelumnya.
Ini salahku karena mantan pacarku datang pada saat yang tidak tepat, dia datang dengan cerita kami yang dulu hingga mengakibatkan Jimin salah faham.
Jimin memang tak mampu menjelaskan dengan gamblang perasaannya tapi dari tindakannya aku tau dia tidak nyaman dengan ceritaku dengan mantanku.
Aku berusaha menjelaskan tentang Momo padanya tapi dia terlihat tidak mempercayaiku.
Sangat wajar menurutku, karena aku mungkin tidak bisa menjelaskan sesuai keinginan dia.Aku seharusnya lebih Tentang Jimin, tapi malam itu, aku tidak bisa berfikir jerni, aku kecewa hingga mengakibatkan kami saling menjauhi, aku berharap dia menghubungi lebih dulu tapi nihil Jimin bahkan tidak menghubungiku hampir seminggu ini.
Aku memaklumi karena aku yang meminta untuk memikirkan kembali tentang kami yang dari awal itu hanya ceritaku.
Tapi apa salahnya aku berharap dia bisa mencintaiku?
Kami menghabiskan waktu cukup sering, tapi sepertinya itu tidak cukup untuk membuat seorang park Jimin terkesan padaku.
Aku tidak tau menghadapinya besok.Besok adalah janji temu terapi selanjutnya untuk dia, aku sebenarnya belum siap ketemu dia, tapi aku ingin dia sembuh, aku adalah dokternya sudah sewajarnya aku mendahulukan kondisi pasienku dari pada perasaanku.
Aku sudah menghubungi tadi dan respon dia biasa saja, seolah aku dan dia berhubungan hanya sebatas dokter dan pasien.
Aku kecewa, tapi apa boleh buat?
Aku harus menerima kemungkinan terburuk sekalipun.
******
Jungkook mencairkan suasana saja begitu melihat Jimin duduk di depannya seperti biasa tanpa ekpresi "Apa kabar?"
"Seperti yang anda lihat"
"Sepertinya kamu baik-baik saja"
"Sure"
"Oke, kita akan mulai dengan terapinya"
Jungkook tak bertanya lagi dia lebih memilih bertanya Tentang melanjutkan melanjutkan terapi dan Jimin menjawab dengan entengnya "saya datang memang untuk terapi bukan? Saya sudah siap dan sangat siap silakan dokter" ya Jimin menjawab sangat formal dengan penekan setiap katanya.
Jungkook mengalihkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan kondisi Jimin dan perasaan Jimin saat ini.
"Apa kamu melupakan sesuatu saat malam hari?"
"Tidak, aku mengingat semuanya saat aku hendak tidur malam sampai aku terbangun lagi besoknya"
"Apa kamu merasa melupakan hal lain selain malam?
"Tidak aku mampu mengingatnya".
"Bagaimana perasaanmu saat ini"
"Sedikit stres"
"Karena?"
"Anda pasti tahu alasannya"
"Apa masalah pekerjaan"
"Katakan saja seperti itu"
"Oke untuk saat ini kamu disarankan untuk tidak terlalu banyak berkerja dan stres karena itu akan berpengaruh terhadap pesikologismu, dan itu akan mengacuh pada munculnya kambili pribadimu yang lain karena kamu tidak bisa mengendalikan diri"
Tatapan dingin di berikan Jimin pada jungkook seakan orang di depannya memberinya saran untuk sebuah kejahatan.
Jimin tidak menjawab dan jungkook kembali mengajukan pertanyaan.
"Apa ada hal lain yang membuat pribadi Jim mengambil alih tubuhmu?"
"Hanya stres berlebihan"
"Oke sampai disini terapi kita, aku berharap, kamu akan cepat sembuh"
"Terimakasih anda terlalu baik padaku dokter" Jimin bangun lalu pergi dari depan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bipolar (Jikook) End
Fanfictionsiapa yang menyangka kalau laki-laki cupu, manis, dan introvert yang biasanya bekerja di sebuah klinik siang hari menjadi liar di malam hari? siapapun yang melihatnya saat ini, tidak akan pernah menyangka kalau dia adalah orang yang sama. Boy love...