Jimin duduk bersandar pada kursinya, sekedar melepas letih hari ini.
Entah mengapa beberapa hari ini, klinik sangat rame dan untuk alasan yang tidak di ketahui Jimin merasa capek dan tidak bersemangat.
Biasanya dia sangat gila kerja dan selalu bersemangat mengenai hal pekerjaan.
Beberapa hari ini Jimin kehilangan moodnya untuk bekerja, hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya.Jimin melirik benda pipih yang tak kunjung berbunyi dari pagi, biasanya Jungkook akan setia menemaninya bahkan mengganggunya saat bekerja
"Dia kemana sebenarnya? Kenapa tidak menghubungiku dari pagi?" Jimin bergumam pada dirinya sendiri.
"Apa dia sibuk mengurus kakek? Ah tidak mungkin dia bilang kakek sudah baik-baik saja, dia bahkan sudah berkeliling untuk jalan-jalan, apa dia melupakan aku dan sibuk dengan wanita bule?"
"Jungkook-kah jika kamu berani macam-macam aku akan mengantungmu hidup-hidup, kamu tidak akan pernah aku biarkan kemana-mana bahkan untuk pergi bekerja"
Jimin dengan suara dan tatapan mengancam memandang smartphonenya seakan smartphone itu adalah Jungkook.
Jika Jungkook melihat Jimin untuk saat ini, Jungkook pasti merigis dengan ancamnya di tambah dengan tatapan membunuh milik Jimin, dia tidak akan berani berkutik.
Seperti yang di ketahui Jimin sangat jarang marah, tapi saat Jimin marah dia lebih menyeramkan dari hantu sekalipun.Tak selang beberapa menit, hp Jimin berbunyi tidak perlu bertanya itu siapa itu pasti Jungkook.
Jimin tidak menyembunyikan raut kesal dari wajahnya.Dia menerima panggilan Vidio milik Jungkook dengan wajah kesal.
Jimin tidak repot-repot menanyakan apa yang di lakukan Jungkook sehingga dia tidak menghubunginya, dia dengan santai berkata walaupun wajahnya tidak terlihat santai "Aku kira kamu tidak akan menghubungiku lagi" Jimin menyindir Jungkook dengan setiap kata yang di tekan.
"Sayang" Jungkook hendak memberi tau Jimin sesuatu tapi Jimin memotong omong Jungkook dengan cepat
"Tidak usah repot-repot memberi tahuku alasanmu, aku tidak ingin dengar dan tidak perduli, lain kali tidak usah hubungi aku lagi untuk beberapa hari, paling pulang kamu akan melihat aku dengan orang lain"
"Sayang dengarkan aku dulu" jungkook ingin menyelah dan memberi penjelasan
"Ah aku lupa memberi tahumu, aku mengunduh beberapa aplikasi untuk kencan buta, dan kai hyung bilang aplikasi itu bagus dan aku akan mencobanya untuk weekend ini" Jimin menyelah omongan Jungkook lagi
Jungkook melotot mendengar Jimin berkata begitu, selama ini semarah apapun Jimin dia tidak akan mencam Jungkook seperti itu, ancaman yang paling menakutkan Jimin hanya mengenai dua hal, pergi tinggalkan Jungkook dan Jimin mencari pacar baru.
"Yak park jimin jika kamu berani macam-macam, aku akan pulang ke Korea detik itu juga dan akan menghajar orang yang mengajakmu kencan, jika kamu ingin mencoba silahkan saja"
"Oh kamu kira aku peduli? Aku sama sekali tidak perduli, kamu bisa mengabaikan aku, kenapa aku tidak?" Jimin mengeluarkan smirknya. Melihat Jungkook cemburu seperti ini adalah kepuasan tersendiri untuk Jimin walaupun Jimin tau Jungkook sangat serius dengan ucapannya.
Jungkook mengalihkan pandangannya pada kakekknya karena Jimin tidak terpengaruh dengan ucapnya sama sekali, Jimin malah menantangnya balik. "Kek, aku akan pulang besok ke Korea, atau tidak Jimin akan semakin gila karena merindukan aku, dan aku tidak akan membiarkan Jimin kencan buta dengan siapapun" Jungkook merengek pada kakekknya.
Jimin yang semula penuh percaya diri tiba-tiba menjadi kaku begitu melihat laki-laki tampan mirip dengan jungkook walaupun usianya sudah 60-an.
"Wah ternyata jungkook tidak salah memilih kamu sangat manis" ucap kakek Jungkook begitu melihat wajah Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bipolar (Jikook) End
Fanfictionsiapa yang menyangka kalau laki-laki cupu, manis, dan introvert yang biasanya bekerja di sebuah klinik siang hari menjadi liar di malam hari? siapapun yang melihatnya saat ini, tidak akan pernah menyangka kalau dia adalah orang yang sama. Boy love...