"jauhi putraku dan jangan perlihatkan wajahmu padanya lagi, jika kamu menginginkan uang, aku bisa memberikan berapapun yang kamu mau"
"Aku ingin jungkook memiliki keturunan bukan dengan laki-laki yang tidak memiliki rahim dan tidak jelas bibit bobotnya sepertimu"
"Seharusnya kamu sadar diri, jungkook dan kamu siapa? Kamu hanya seorang anak panti yang tidak tau diri, menjual tubuhmu agar mendapatkan tambahan uang atau sekedar hidup mewah"
"Dengarkan aku baik-baik, jungkook sering bermain seperti ini dengan wanita dulu, tidak ada bedanya dengan mu saat ini, jangan terbawa perasaan dia hanya ingin main-main denganmu"
"Jadi jangan terlalu berharap padanya"
"Dan Jauhi dia!"
"Jaga batasanmu!"
"Belajarlah untuk sadar diri, karena kamu bukan siapa-siapa"
"Kamu hanya mainan untuk jungkook, setelah dia bosan kamu akan di tinggalkan seperti wanita yang ia kencani dulu"
"Jungkook hanya butuh tubuhmu, setelah dia puas dia akan meninggalkanmu"
"Bangunlah dari mimpimu nak, kamu hanya sebongkahan sampah untuk kami"
"Satu lagi, jangan bermimpi menjadi nyonya dalam rumah besar kami, hanya karena kamu mengangkang untuk jungkook"
"Mengenai uangnya kamu bisa menulisnya di cek ini" wanita yang terlihat sangat menawan dengan penampilan mahal miliknya pergi meninggalkan Jimin yang masih tertunduk lesu.
Air mata yang sudah tak bisa di bendungannya jatuh begitu saja.
******
POV Jimin.......
Takdir bak rollercoaster untukku, kadang membuatku senang dan di detik atau menit berikutnya menjatuhkanku saat aku mulai melambung tinggi.
Begitulah takdir mempermainkan aku.Baru beberapa hari aku merasakan kelegaan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya, tapi hari ini aku kembali sadarkan oleh kenyataan.
Masalah yang sudah aku perkirakan akan terjadi dari awal, tapi tidak pernah aku pikirkan akan secepat ini datangnya.
Rasa lega itu kembali menjadi rasa Sakit yang tak terhingga rasanya.Aku yakin setelah ini tidak akan ada yang baik-baik saja untukku dan Jungkook, baik itu tentang hubungan yang kami pertahanan ataupun hubungan dengan keluarganya.
Aku mencintai jungkook tapi aku tidak ingin menjadi alasan dia bertengkar dengan keluarganya karena mempertahankan hubungan kami.
"Apa harus sesakit ini saat kita mencintai seseorang?"
"Kenapa takdir begitu sangat jahat padaku? Tidak bolehkan aku bahagia?"
"Dulu aku di pisahkan oleh kedua orang tuaku saat aku berusia 5 tahun dan harus besar di lingkungan panti asuhan, aku kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuaku"
"Di buang oleh keluarga ayah dan ibu, karena sejak ibu dan ayah mengalami kecelakaan, mereka tak pernah menjenguk aku sekalipun selama di panti"
"Aku selalu kehilangan apapun yang berarti dalam hidupku"
"Tuhan tidak bisahkan untuk sekarang aku merasakan kebahagiaan?"
"Apa aku memang tidak pantas untuK itu?
*****
Tepukan lembut kembali menyadarkan aku saat aku teringat setiap kata-kata yang tak pernah aku dengar sebelumnya dan bahkan tak ingin ku dengar selama hidupku, apa lagi dari seorang yang paling berarti dari orang yang paling aku cintai saat ini, orang yang ingin aku jadikan alasan kebagianku, seseorang yang ingin aku jadikan alasan setiap apa yang terjadi dalam hariku, seseorang yang dapat aku jadikan alasan hariku tetap indah, seseorang yang ingin aku jadikan alasan hidupku ada untuk dia, seseorang yang ingin aku jadikan alasan untuk menikmati hidupku tapi sepertinya aku tidak pantas untuk itu, mimpi yang baru aku susun runtuh begitu saja.
"Kamu kenapa sih? Dari tadi bengong aja" V nepuk pundakku lembut sedangkan kai sedang menatapku dengan tatapan khawatir.
Bukannya menjawab aku kembali memberi mereka pertanyaan "Bisahkan kita ke club malam ini? Aku ingin mendapatkan beberapa minuman"
"Yak jimina, kamu makin membuat kami khawatir jika seperti ini" kai semakin getir saat aku mengajak mereka lebih dulu ke club
"Hyung aku tak apa-apa,aku hanya butuh sedikit rileks karena akhir-akhir ini aku banyak pikiran"
"Kita sebaiknya beli bir dan kita minum di kamar apertemenmu" V mengeluarkan untimatum yang tidak ingin di bantah
"Aku setuju, kondisi Jimin tidak memungkinkan kita minum di club, aku tau dia tidak baik-baik saja, tapi berusaha membuat kita tidak khawatir dengannya" kai berbisik pada V yang duduk di sebelahnya, aku mendengar dengan jelas karena aku duduk tidak jauh dari mereka
"Hyung apa tidak apa-apa di kamarku?" Aku memastikannya pada kai
"Aku setuju, aku tidak ingin anjing penjagamu memukul kami gara-gara lalai menjagamu, kamu tau wajah jungkook sangat manis tapi berbeda dengan tenaganya, dia sangat menyeramkan saat marah"
"Setuju, aku tidak ingin kena amukan dari Jungkook Hyung" ucap V dengan nada setengah bercanda
Entah kenapa V dan kai Hyung sangat kompak akhir-akhir ini, setiap aku meminta pendapat mereka akan sangat berbeda tapi akhir-akhir ini, V selalu setuju apapun yang di katakan kai begitu pula sebaliknya.
Biasanya mereka akan bertengkar mengenai hal kecil, tapi aku lebih senang melihat mereka akur seperti ini.
"Oke aku akan mampir membeli beberapa Soju dan bir sepulang kerja dan kai Hyung jangan telat"
"Aku akan menunggumu di kamar V"
"Kamarku?"
"Ia kamarmu, aku tidak ingin di tendang oleh Jungkook karena masuk dalam kamar kekasihnya"
"Ya udah, tapi Hyung harus membelikan aku makanan"
"Hmmm, mau sekalian makan berdua?"
"Boleh deh"
Aku tersenyum menyimak pembicaraan V dan kai saat ini, ada rasa sesak yang tidak menghilang dari dadaku tapi aku juga bahagia karena mereka.
Kami memutuskan untuk makan siang bersama, V dan kai ada kerjaan di sekitar klinik jadi aku mengajak mereka untuk makan siang bersama.
Saat ini aku butuh mereka walaupun tidak secara gamblang aku mengatakan masalahku pada mereka.
Karena aku tidak ingin membebani mereka dengan masalahku dan jungkook Dan aku tak ingin menjadi beban untuk orang lain."Hey apa mimpimu lebih indah dari pada kedatanganku?" Bisikian kecil Di kupingku membuat tidurku terganggu
Sedikit demi sedikit membuka mata untuk menyamakan pengelihatan dan cahaya yang berada di dalam ruangan yang aku sendiri tidak sadar kapan aku tertidur karena seingatku aku sedang berbicara dengan V dan kai.
Tapi bukan itu yang jadi masalahnya saat ini, pengelihatan dan ingatanku kembali mengkhianatiku karena saat ini aku melihat jungkook sedang tersenyum ke arahku.
Apa aku sedang bermimpi? Atau aku terlalu rindu padanya hingga berhalusinasi?
"Apa kamu akan terus berbaring dan tak ingin memelukku?"
Aku sampai lupa harus bersaksi seperti apa, karena omongan ibu dari jungkook masih terngiang-ngiang di telingaku dan di Tamba dengan jungkook yang tiba-tiba di depanku.
"Jimina kamu sakit? Apa aku menganggu tidurmu? Aku minta maaf sayang aku tidak memberi tahumu saat aku ingin pulang, aku ingin memberimu suprise eh nggak taunya kamu kaget ini, maaf yah dan ayo peluk aku"
"Aku sangat merindukanmu" jungkook seakan tidak beraksi dengan tanggapanku dia membuka lebar tangannya meminta untuk di peluk.
Aku bangun dan berhambur memeluk jungkook yang masih duduk di sampingku.
Jungkook memelai dan mengusap belakang kepalaku dengan lembut."Aku merindukan pelukan hangatmu" ucap jungkook
Aku tidak perduli ini mimpi atau kenyataan aku hanya ingin memeluknya seperti ini, sekedar melupakan masalah yang sudah membebaniku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bipolar (Jikook) End
Fanfictionsiapa yang menyangka kalau laki-laki cupu, manis, dan introvert yang biasanya bekerja di sebuah klinik siang hari menjadi liar di malam hari? siapapun yang melihatnya saat ini, tidak akan pernah menyangka kalau dia adalah orang yang sama. Boy love...