Ini adalah hari dimana Yoshi, Asahi dan keluarga dari Pak Jinyoung dan pak Psy akan bertemu. Yoshi juga sudah membuat keputusan untuk ini, dan Asahi juga sudah menyetujui keputusan yang Yoshi buat ini. Dia sama sekali tidak keberatan, tapi dia juga tidak terlalu senang.
Jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi, dan pertemuan itu ada dijam tujuh malam. Masih ada waktu untuk Yoshi memikirkannya lagi, dan juga bersurai untuk malam nanti.
Asahi belum bangun dari tidurnya, sedangkan Yoshi sudah bangun sejak jam empat pagi. Memang rajin. Tidak, Yoshi memang tidak bisa tidur lebih dari empat jam, entah kenapa itu.
Yoshi merapihkan rumahnya yang sudah tiga hari belum dibereskan, debu mulai menebal, bantal sofa berserakan dimana mana, dan juga piring kotor yang tersisa dan belum ia cuci. Rasa malasnya tiba tiba muncul, mungkin karena ia kelelahan. Harus bekerja, dan sekolah secara bersamaan, belum lagi kalau dia harus mundar mandir dari Indonesia ke Jepang dan Jepang ke Indonesia. Itu membutuhkan biaya banyak dan waktu yang luang. Sedangkan sekolah Yoshi masih berjalan, dan sebentar lagi Yoshi akan kuliah. Dia masih belum menentukan akan kuliah dimana, atau mungkin akan langsung kerja. Entahlah, lihat saja nanti.
Tapi, dia ingin Asahi kuliah dan berhasil membuat perusahaan sendiri. Tidak perlu perusahaan besar seperti ayah mereka, cukup bisnis kecil seperti cafe juga tidak apa apa. Yang penting ia punya sesuatu yang ia bangun sendiri.
Begitu pun dengan Yoshi, dia ingin punya bisnis atau perusahaan sendiri, tapi ia harus melanjutkan perusahaan ayahnya ini. Tidak apa-apa.
Yoshi menghela nafasnya, ternyata merapihkan rumah sederhana juga melelahkan. Padahal dia baru mengelap debu debu di jendela dan lemari. Apa apaan, baru tiga hari tidak dibersihkan sudah sekotor ini.
"Masa iya gue bangunin Asahi, kasian" gumamnya
"Tapi kalo gue ngerjain ini sendiri, cape juga, belom lagi ngepel, nyapu, bersihin kamar terus halaman juga sama tanaman yang gue tanem" lanjut gumamnya
Yoshi berfikir sejenak, dan dia memutuskan untuk membangunkan Asahi untuk membantunya membereskan rumah mereka ini.
Tok tok tok!...
"Asahi cepet bangun bantuin kakak beres beres rumah, tidurnya lanjut nanti setelah beresin rumah" ucap Yoshi sedikit berteriak, namun tidak ada balasan dari Asahi.
Kalau saja Asahi tidak mengunci pintunya, Yoshi pasti sudah masuk tanpa mengetuk pintu lalu membuka semua gorden dan menarik selimut Asahi agar dia bangun, tak lupa untuk memastikan AC kamar. Tidak mungkin kalau Yoshi dobrak pintunya.
"Hamada Asahi... Bangun atau kakak dobrak pintunya?" ucapnya lagi, namun tetap tidak ada jawaban.
Sebuah ide muncul dari otaknya, dia menaruh sapi di samping pintu kamar Asahi. Dan pergi keluar rumah.
Dan sekarang, Yoshi sudah berada didepan jendela Asahi. Ya, benar, Yoshi akan membangunkannya lewat jendela kamarnya. Tapi, jendela kamar Asahi seperti pernah dibobol seseorang. Apa itu... Haruto? Tidak apa kalau itu Haruto, tapi bagaimana kalau seseorang lain yang tidak Yoshi kenal dan... Ah! Tidak!
Yoshi mulai membuka jendela Asahi, dan ternyata itu sangat mudah, dan Asahi juga tidak menyegel nya dengan apapun. Ini bahaya, kunci jendelanya rusak dan Asahi tidak menyegel dengan apapun.
"Gue tau dia jago bela diri, tapi dia lagi tidur masa iya mau berantem sambil merem, serem!" gumamnya
Jendela terbuka, menampakkan Asahi yang tertidur dengan ponsel disampingnya yang masih menyala dan... Telepon yang masih tersambung, kaki Asahi yang tergeletak dilantai. Sudah bisa dipastikan Asahi tertidur saat sedang ghibah. Dasar Asahi.