Holaa, tekan vote dan ramaikan komen, tolong ramaikan komen ya biar aku bisa makin semangat⛲
~~~~~
Riven mengusap punggung tangan Mommy nya pelan, wanita hebatnya mendapat 6 jahitan ulu hati nya karena tusukan itu.
Rimba, kembarannya sudah tertidur di kursi sebelah kanan dengan mata sembabnya, cowok itu menangisi Mommy nya sedari tadi.
"Bangun, Mom.." lirih Riven getir, dia tak suka Rumah Sakit, terlebih jika Mommy nya lah yang ada di rumah sakit dan malah dirawat.
Entah apa yang ada di otak Daddy nya, padahal pria itu sangat mencintai sang Mommy tapi ketakutannya akan kehilangan membuatnya sering kumat.
Daddy mereka akan berteriak kuat dan mengamuk, tak jarang Daddy mereka akan menyayat tangannya lagi dan mengancam Mommy mereka.
Tapi Mommy mereka dengan lembutnya menenangkan sang Daddy agar tak mengamuk lagi.
"Embun.." Riven menoleh cepat, dia langsung berdiri menghadang Daddy nya yang hendak berjalan ke arah ranjang.
Tatapan mata River sangat menyedihkan, air mata mengalir pelan dipipi Daddy mereka.
"Pergi, jangan deketin Mommy!" sentak Riven berang, dia merasa sangat marah pada Daddy nya sekarang.
River menangis lagi.
"Maaf..hiks..maafin Daddy maaf..hiks.." isaknya lirih, dia tetap berjalan mendekati ranjang Embun.
Tapi Riven langsung mendorong tubuh River kuat, remaja 14 tahun itu menatap penuh emosi River.
"Maaf gak bakal buat luka diperut Mommy hilang! DADDY UDAH KETERLALUAN! MOMMY SAMPAI HARUS DIJAHIT PERUT NYA GARA-GARA DADDY!"
"Maaf..hiks.."
"Daddy gimana sih cara mikirnya!? Kalau cinta sama Mommy gausah sampai mikir ngebunuh Mommy!"
"I-iya..m-maaf..hiks.."
"Pergi, gausah ada disini. Pergi!"
Riven hendak mendorong tubuh River lagi tapi ucapan Embun yang terdengar tenang itu menghentikan Riven.
"Udah, jangan berisik. Ini di rumah sakit." tegur Embun datar.
River menangis lagi, Riven langsung mendekati mommy nya dan membantu wanita itu duduk diranjangnya.
"Mommy mau minum?"
"Gak usah Riven,"
"Jadi Mommy mau apa?"
"Bantu mommy jalan,"
Riven membantu Mommy nya turun dari ranjang, berjalan pelan menuju River yang berdiri lunglai tak jauh dari mereka.
Embun menepuk bahu River pelan.
"Kamu cinta sama aku kan Riv?" tanya Embun lembut.
River mengangguk cepat, air mata terus mengalir dikedua pipinya.
"Aku..hiks..cinta banget sama kamu..hiks.." isaknya.
Embun tersenyum tipis "Lalu kenapa kamu mau bunuh aku terus? Jangan segan-segan Riv, tusuk dada aku sekalian Riv. Biar langsung mati." sarkas Embun telak.
Tatapan matanya dingin dan sangat tajam, membuat jantung River serasa dihancurkan saat itu juga.
Lidahnya kelu, bibirnya bergetar pelan dengan tenggorokan yang sangat sakit.
Air mata mengalir semakin deras.
"Kamu mikir Riv, aku udah nikah sama kamu, aku udah jadi milik kamu seutuhnya, aku bahkan udah ngelahirin anak untuk kamu..tapi kamu terus berusaha bunuh aku.."
"Embun..hiks..enggak gitu-"
"Lihat ini."
Embun menaikan baju pasiennya dan memperlihatkan bekas jahitan disana. "Ini yang kamu maksud enggak gitu?" bisiknya.
Kaki River lemas, dia jatuh terduduk dengan tangis yang pecah semakin kuat.
"MAAF..huaaaaaaa..hiks..maafin aku Mbun maaf..hiks..huhuuuuu.."
Embun hanya menatap River datar dan dingin. "Riven, mommy mau pulang."
"Ayo Mom."
"Bangunkan Rimba."
"Oke."
Embun melewati River begitu saja, dengan sejuta kekecawaan yang bertumpuk di dadanya, kecewa pada suami yang sangat dia cintai itu.
Mencintai dirinya, tapi selalu mengancam nyawanya.
®^^®
Bersambung😾
Tekan vote dan ramaikan komentaaaaaaaaar.
Btw dikampungku masih ada sinyal juga ya hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Kacang Buncis [TAMAT]
Teen FictionKisah keluarga Daddy River dan Mommy Embun beserta kacang buncis mereka. Start-20 Oktober 2021 Ending-8 November 2021