⛲KaCis-Penyesalan si Kembar⛲

5.8K 1K 124
                                    

Tekan vote dan tembuskan 70 komentar🖐

~~~~~

Riven dan Rimba tak berani berkata-kata saat Daddy mereka menjemput sampai ke Kantor Polisi dan menebus mereka.

Keduanya hanya diam, dengan kepala tertunduk dan tangan yang sibuk memilin ujung seragamnya.

Mereka ingin bertanya, kenapa wajah Daddy mereka nampak sembab seperti itu, apa ada sesuatu yang terjadi.

Akhirnya, karena rasa penasaran yang sudah terlalu tinggi, Rimba bertanya.

"Dad, muka Daddy kenapa sembab?"

River tak menjawab, dia hanya diam, pikirannya tak sedang berada ditempat, dia sedang memikirkan Embun saat ini.

River hampir gila saat mendengar kabar Embun kecelakaan, akan lebih gila lagi kalau sampai Embun meninggal.

Nyatanya keadaan Embun sudah lumayan membaik, hanya benturan dikepala yang membuatnya harus tertidur selama jangka waktu yang tak bisa dipastikan.

Ke 3 nya masuk ke dalam mobil.

"Loh? Dad kenapa koper kami ada disini?" perasaan Riven dan Rimba sudah sangat takut.

Nampaknya mereka akan dibawa ke rumah Oma dan Opa.

"Dad! Kami gamau ke rumah Oma!" protes Riven, takut sih sebenarnya.

River diam, cengkraman di stir mobilnya menguat. "Setelah apa yang kalian lakukan, masih punya keberanian untuk membantah sekarang?" ujar River sangat dingin.

Tatapan matanya mengerikan sekali.

Keduanya tak berani menatap mata Daddy mereka. "Daddy, ma-"

"Kata maaf kalian gak ada gunanya, simpan saja untuk lain hari."

"Tapi-"

"Diam, jangan bersuara atau saya lempar kalian dari mobil ini."

Kicep langsung, mereka terdiam tak berani berkata-kata lagi. Tak berani menolak untuk tak mau ke rumah Oma dan Opah.

Sampai akhirnya mereka sampai, River langsung turun dan berjalan menuju bagasi, menurunkan 2 koper si kembar lalu menggeretnya.

Riven dan Rimba menunduk takut, tatapan mata Opah mereka mengerikan, apa yang terjadi sebenarnya.

"River titip mereka ya Bu, Yah."

"Iya nak, jaga Embun. Kalau dia sadar tolong hubungi kami."

Riven yang mendengar itu sontak kaget. "Dad! Mommy kenapa!?" serunya tak tertahankan.

River tak menjawab, dia berjalan menuju mobilnya. "Oma, mommy kenapa Oma?" tanya Rimba memelas, berharap diberi jawaban.

Mentari diam, tapi kemudian dia memberikan jawaban yang membuat kedua remaja itu lemas setengah mati.

"Mommy kalian kecelakaan tadi siang setelah mendapat kabar kalau kedua anaknya ketangkap polisi."

Wajah Riven puucaat banget, dia sudah tak bisa merasakan kakinya menapak di lantai.

"G-gak mungkin.." bisiknya lirih, tatapan matanya langsung kosong dengan air mata yang berlomba-lomba untuk turun.

Sementara Rimba.

Brugh!

Pingsan, terlalu shock.

....

River duduk disebelah ranjang Embun, tangannya dengan perlahan mengelus rambut istri yang sudah 17 tahun dia nikahi.

Menciumi punggung tangan istrinya, berbicara sendirian guna menghilangkan sesak atas keterdiaman Embun saat ini.

"Kalau bisa, kita harusnya gak perlu punya anak...biar kita hidup berdua terus Mbun..kalau udah kayak gini..hiks..kamu jangan tidur terus..bangun.."

River menutup wajahnya dengan kedua tangan, menangisi keadaan Embun saat ini.

Andai saja tadi River meninggalkan meeting demi datang ke sekolah si kembar, Embun tak akan kecelakaan.

"Hiks..maaf..hiks..maafin aku mbun maaf..hiks..kumohon bangun.." isaknya pilu.

River tak bisa hidup tanpa Embun, nyatanya jika Embun tiada maka River akan ikut menyusulnya.

"Aku mencintaimu...sangat..hanya kamu dan gak akan pernah tergantikan..hiks..i love you so much..My Embun.." lirihnya bergetar.

Winter saja bahkan tak mau keluar, dia tak setegar River jika sudah berurusan dengan hal seperti ini.

Winter hanya kuat di adu kekuatan fisik, tapi kekuatan batin dia lemah, River yang kuat dalam hal itu.

"Jangan tinggalin aku..hiks..kamu udah janji sama aku soal itu..hiks..gaboleh diingkari ya.."

River terus mengoceh, sampai dia kelelahan dan tidur dengan posisi kepala tergeletak dipinggiran ranjang Embun.

Lelah menghadapi kenyataan jika semua ini terjadi, karena River yang lebih memilih meeting daripada permintaan istrinya.

Ini yang terjadi, River sangat menyesali hal bodoh itu.

Kalau saja waktu bisa terulang, River tak akan menolak permintaan Embun, dia akan meninggalkan meeting dan pergi.

Dengan begitu Embun tak akan seperti ini.

®^^®

Bersambung.

Kacang Buncis [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang