⛲KaCis-SELESAI⛲

6.9K 1.1K 159
                                    

Perlu dipertegas, lapak Ryn gak menerima orang yang suka spam next hanya demi memenuhi syarat up, memberi semangat gak harus dengan spam next, itu mengganggu, menyampah di kolom komentar.

Kalian kalau gamau komen oke, just vote tapi sabar nunggu update karena syarat gak terpenuhi, jangan gamau komen malah spam next. Ada readers yang protes tadi, yasudah lah ya, padahal ini lapak saya terserah saya mau apa.

Jangan spam next! Mau kasih semangat cukup komen ditiap paragraf, komen apa yang terjadi dalam cerita, cukup komen Semangat author, dah cukup.

Jangan spam, sekali lagi saya tegaskan JANGAN SPAM NEXT! JANGAN SPAM ANGKA, JANGAN SPAM HURUF, INTINYA JANGAN SPAM YANG MENYAMPAH.

Ryn mau pembaca Ryn itu yang teratur dan mengerti tata krama dalam bekomentar, karena ini dunia maya, harus berhati-hati dalam menjaga ketikan.

~~~~~

River menegang saat melihat pakaian Embun tak ada lagi di dalam lemari kamar mereka, ketakutannya semakin besar saat melihat cincin nikah yang selama ini tak pernah lepas, kini terletak di meja rias.

"Gak, Embun gak boleh pergi!" serunya panik, dia berlari cepat menuruni tangga, ketakutan terbesarnya adalah ditinggal Embun.

Saat River sampai di lantai 1, dia bernapas lega karena Embun ada disana, sedang duduk disofa dengan Riven dan Rimba yang tengah memeluk Mommy mereka.

"Astaga Embun, aku kira kamu pergi dari rumah." syukur River sembari memeluk Embun dari belakang.

"Apasih!? Gausah peluk aku pakai tubuh kamu yang udah pernah peluk wanita lain!" sentak Embun emosi.

Dia menyentak pelukan River lalu beranjak dari duduknya, tatapan mata River nampak sangat terluka.

"Embun..aku gak selingkuh.." lirihnya parau.

"Kamu gak selingkuh, apa jadi pembenaran kalau kamu nampar aku?"

"I-itu."

"Berisik, tunggu aja tanggal pertemuan kita di Pengadilan agama."

Jantung River serasa berhenti saat itu juga, kepalanya terasa sangat sakit.

Tes..

Tes..

"Mbun...aku gamau kita cerai..plis..kasih aku kesempatan.." lirihnya gemetar sampai akhirnya dia pingsan dan jatuh ke lantai.

Dengan darah yang mengalir pelan dari hidungnya.

Brugh!

Tubuhnya tergeletak lemah dilantai karena rasa sakit di jantung, dan kepala menyerangnya sampai membuatnya ambruk.

...

"Rencana nya gagal."

"Habis, Mommy sih bilang pengadilan Agama."

"Mommy kan kesel, masa Daddy sampai nampar sih. Sakit tau."

River menggeram pelan, dia membuka matanya pelan dan melihat langit-langit putih khas rumah sakit.

Ada masker oksigen dihidungnya.

"Hahh.."

Embun dan kedua anaknya langsung menoleh kearah River yang baru saja terbangun dari pingsannya. "Udah sadar, mau minum?" tanya Embun pelan.

River menatapnya lirih, terus menatap Embun sampai air mata kembali mengalir dikedua matanya.

"Hei, kok nangis sih?" Embun menyeka air mata River pelan.

"Hiks..peyuk-peyuk 1 jam..hiks..jangan ceraikan aku huaaaaaaaaaaaa." tangisnya pecah seketika.

Embun menggeleng pelan, dia memeluk River erat dan mengelus punggung River. "Iya, maaf ya. Itu rencana aku sama si kembar karena hari ini kan ulang tahun kamu, tapi kamu malah nampar aku, ya aku telanjur-"

"JAHAT BANGEEETT HUAAAAAAAAAAA..hiks..AKU HAMPIR GILA PAS DENGER PENGADILAN AGAMA TAU!?..hiks..JAHAT! JAHAT! JAHAT! HUAAAAAAAAAAAA."

Si kembar mencibir tanpa suara, sementara Embun langsung menenangkan suaminya itu.

"Iya-iya aku jahat, maaf ya maaf."

"Hiks..takuuut..hiks..huhuuuu..hiks....
takuuutt huaaaaaaa."

"Iyaa tauuuuu."

"Hiks..huhuuu..peyuk-peyuk 1 jam dulu..hiks.."

Sepertinya setiap rencana ulang tahun River itu selalu ada saja masalahnya hadeuh.

"Selamat ulang tahun daddy."

"Met ultah Daddy."

Embun mengecup dahi River pelan penuh perasaan.

"Selamat ulang tahun suamiku, selamat ulang tahun pacar pertama dan terakhirku, selamat ulang tahun kekasih dunia dan akhiratku..selamat ulang tahun dan semoga bisa jadi Imam yang semakin baik bagi aku dan kedua anak kita, Selamat ulang tahun yaaa."

River tertawa pelan. "Makasih sayang..hiks..makasih banyak huhuuu makasih huaaaaaaa." ini yang nangis Winter.

"Udah, Winter jangan nangis."

"Hiks..aku takut..hiks..maafin aku yang udah nampar kamu..hiks.."

"Iya aku tau."

Yah, Embun tak mungkin kan melepaskan apa yang sudah dia dapatkan dengan susah payah.

River yang sudah dia jaga dari alm Ibunya dulu, River yang selalu menjadi pelengkap hidupnya.

River yang sudah menjadi hidupnya.

River Devandro Winter, Suaminya, lelaki dengan seribu kekurangan baik mental maupun fisik, namun menjadi sempurna bagi Embun.

Sama halnya River, Embun adalah dunianya, pusat hidupnya adalah Embun, sesimple itu tapi bermakna dalam bagi keduanya.

®^^®

KACIS-SELESAI⛲

Terima kasih yang udah ngikutin Keluarga River dari dia remaja sampai nikah hehehhehe.

Babay semuaaaa😾🖐

Kacang Buncis [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang