Tekan vote dan tembuskan 80 komen🖐
~~~~~
Keadaan Embun dinyatakan tak baik, jantungnya kembali bermasalah karena emosi dan tekanan darah yang tinggi.
Riven dan Rimba yang mengetahui hal itu langsung merasa bersalah, karena beberapa hari terakhir ini Mommy selalu marah.
Dan itu karena ulah mereka.
"Lihat? Karena kenakalan kalian Mommy sampai seperti itu! Tolong atur diri kalian sendiri, jangan suka membuat Mommy kalian marah."
River kali ini tak bisa bermain-main, dia harus tegas pada kedua anaknya ini, dulu saja dia ingin sekali menyingkirkan keduanya, tapi Embun selalu menahan dirinya.
Kalau sampai Embun kenapa-napa, jangan salahkan River kalau dia kembali membenci kedua anaknya.
Karena ulah mereka Embun sampai drop seperti itu, River selalu membenci apapun yang menjadi penyebab rasa sakit Embun.
"Maaf..hiks.."
"Rimba salah..hiks..maaf Dad maaf..hiks.."
River melengos malas. "Jauhi Mommy, jangan mendekatinya lagi!" keduanya langsung menggeleng ribut.
Mereka memohon dikaki River agar hal itu tak terjadi. "Gamau Dad..hiks..plis jangan larang kami..hiks..kami gabisa jauhan dari Mommy huaaaaaaaaa." River mendecih seketika.
Dia mundur perlahan, kepalanya sakit, nampaknya Winter tak terima anak-anaknya dimarahi.
"Nak, berdiri ayo jangan berlutut di lantai." mendengar nada suara khawatir dari Papi Winter, keduanya langsung menerjang Winter dengan pelukan.
"Papi huaaaaaaa..hiks..kami gamau jauhan dari Mommyyyyyyy."
"Kami gak sanggup Papii..hiks..huaaaaaaa."
Winter memeluk keduanya dan menepuk punggungnya pelan. "Maaf ya, ini hukuman karena kalian nakal, makannya jangan suka abaikan larangan Mommy, begini kan jadinya." tegurnya pelan.
"Kami minta maaf huaaaaaaaaaa.."
"Nakal..hiks..kami ngaku kami nakal..hiks..maaf huaaaaaaa."
Winter menggeleng pelan, dia harus menenangkan keduanya, karena mereka di rumah sakit jadi gaboleh berisik.
"Udah berhenti nangis."
"Gabisa..hiks..huhuuu.."
Winter terkekeh pelan, dia masiu terus menenangkan keduanya agar berhenti menangis, sampai akhirnya mereka tertidur sambil berdiri dipelukan Winter.
"Astaga, gimana caranya ini mindahin mereka."
Kan, bingung sendiri lu Win.
....
Tangisan kembali terdengar, sesaat setelah Embun sadar dan si kembar bangun lagi, mereka langsung mencium kaki Embun dan meminta maaf.
"Maafin kami Mommy..hiks..mommy boleh pukul kami..hiks..tapi jangan usir kami mommy..hiks..kami gak sanggup jauhan dari Mommy..hiks.."
Riven mencium telapak kaki Embun dengan air mata yang tak kunjung berhenti, bahkan wajahnya sudah sembab ditambah mata yang tenggelam.
"Maaf..hiks..Rimba janji gak nakal lagi..hiks..maaf Mommy maaf..hiks..Rimba minta maaf...hiks.."
Rimba memelum kaki Embun erat sembari menciuminya, dia benar-benar merasa bersalah.
River sendiri hanya mendecih pelan.
"Ck, drama." cibirnya malas.
River mengelus pipi Embun dan menyampirkan rambutnya kebelakang telinga.
Dia sesekali menciumi pipi Embun.
"Sayang, istirahat lagi ya, jangan banyak pikiran. Abaikan saja kacang buncis busuk itu." hasut River.
Keduanya makin histeris, bahkan Riven saking kesalnya sampai nimpuk River pakai kaus kaki Rimba.
"Kurang ajar!"
"DADDY GAUSAH HASUT-HASUT MOMMY!" jeritnya kesal.
Embun terkekeh pelan, dia mengelus rambut si kembar lembut. "Jangan ulangi lagi ya." hanya itu yang mampu Embun katakan.
Mereka sontak tersenyum bahagia, dengan senangnya memeluk Embun dan menangis lagi dibahunya.
"HUAAAAAA MAACIH MOMMYYYY."
"Hiks..nanti Rimba pingsan lagi kalau mommy marah..hiks.."
Embun hanya mampu tertawa saja.
Bahagia, mereka tau Mommy tak akan marah terlalu lama, Mommy kan sayang mereka.
®^^®
Bersambung😾
KAMU SEDANG MEMBACA
Kacang Buncis [TAMAT]
Teen FictionKisah keluarga Daddy River dan Mommy Embun beserta kacang buncis mereka. Start-20 Oktober 2021 Ending-8 November 2021