⛲KaCis-Cerai⛲

12.8K 1.7K 170
                                    

Wahai pembaca yang budiman, tolong jangan paksa diri ini untuk up dua kali sehari, jangan atur kapan mau update.

Aelah, kalian gak berhak atur itu semua, lagipula aku up sehari lebih dari 2 kali.

Deuh.

~~~~~~~

Kepulangan Embun di rumah, sedikit merubah keadaan, biasanya akan ada canda tawa disana, tapi kini tak ada lagi.

Embun mendiamkan River, bahkan Riven dan Rimba juga begitu.

Baik River maupun Winter sama-sama ingin bersembunyi, tapi kali ini Winter lah yang mau pergi dari mereka.

Sebab, disaat dia muncul, dialah yang menusuk Embun.

"Embun, dasi aku mana?" Embun diam tak menjawab, dia hanya melengos dan menganggap River itu tak ada.

Tatapan mata River menyendu, air mata siap mengalir dipipinya, suara yang ada diujung lidah tak bisa dia suarakan lagi.

Embun menjauhinya, Embun sudah lelah dengannya.

River menunduk, dia duduk dipinggir kasur seraya mengusap wajahnya kasar. "Hiks.." kan, dia gabisa kalau gak nangis

Pelampiasan emosi River hanya menangis saja.

Embun meliriknya singkat, dia melempar dasi yang baru dia ambil dari laci lemari kearah River. "Jangan nangis." peringatnya datar.

Bahkan nada suaranya dingin sekali, River sesak mendengarnya.

"Embun-"

"Berisik."

Ah, sakit sekali dada River, seperti ada sesuatu yang tumpul tengah menyayat jantungnya perlahan.

River menunduk, air mata terus turun membasahi celana kantor yang dipakainya.

"Hiks..sakit Mbun..hiks..jangan diamkan aku seperti ini.." isaknya pilu. Embun hanya memandangnya tak minat lalu keluar kamar.

Sampai kapan Embun akan seperti ini padanya, sampai kapan Embun akan terus mendiamkannya, sampai kapan Embun akan menjauhinya..

River gak tahan, lebih baik dia mati saja jika seperti ini terus.

Di ruang makan, Riven dan Rimba mencium pipi Embun yang baru saja sampai disana.

"Mom, perutnya masih sakit?" tanya Rimba pelan, dia memeluk lengan Embun dan menatapnya dengan tatapan sedih.

Embun mengulas senyum lembut, dia mengelus rambut Rimba pelan. "Udah baikan kok, kalian udah sarapan?"

Keduanya mengangguk. "Udah mom."

"Ayo Mom anter ke Sekolah."

"Asiiik."

Riven sangat bahagia jika Mommy nya mau mengantar mereka ke sekolah, beda lagi dengan Rimba yang menatap sendu Daddy mereka.

River memandang ke 3 nya dari ujung anak tangga terakhir, tatapan mata nanar yang membuat Rimba menjadi iba pada daddy nya.

Rimba tak suka suasana dingin antara Mommy dan Daddy nya, dia terbiasa dengan suasana hangat penuh canda tawa di rumah mereka.

Bukan suasana dingin seperti ini.

....

Embun meletakan berkas yang sudah dia siapkan dari lama pada River, Embun sengaja datang ke kantor River untuk hal ini.

Surat yang dia fikir tak akan pernah dia gunakan, kini malah digunakannya.

River mematung, tatapan matanya menunjukan rasa shock yang sangat besar.

Tangannya yang memegang surat itu bergetar hebat. "E-embun..k-kamu..mau..c-cerai dari aku?" lirihnya pilu.

Embun mengangguk tenang tak bersuara, River menggeleng kuat dan langsung merobek asal surat cerai ditangannya.

Dengan kuat River melempar sobekan kertas itu. "Kamu gak bisa ceraikan aku gitu aja Embun, kamu gak bisa!" bentaknya marah.

Senyum miring Embun berikan. "Why not?" tanya nya.

River menggeram marah, dia meraih pisau kecil yang memang ada dimeja kerjanya.

"Mau bunuh aku lagi?" tanya Embun tenang.

River tersenyum nanar, dia mengarahkan pisau itu ke jantungnya.

"Enggak Mbun..daripada kamu ceraikan aku, lebih baik aku-"

"Kemarikan itu,"

"ENGGAK!"

"River, aku bilang kemarikan itu."

"AKU BILANG ENGGAK!"

"Oke, kita gajadi cerai, kemarikan benda berbahaya itu."

Senyum bahagia terulas diwajah River, dia memberikan pisau itu pada Embun. "Gak jadi cerai kan?" tanya nya semangat.

Embun menggeleng. "Enggak, jadi jangan sakiti diri kamu sendiri." bujuk Embun lembut.

River mengangguk semangat, dia merentangkan pelukannya pada Embun. "Peyuk!" serunya girang.

Dengan perlahan Embun memeluk River dan mengelus punggungnya.

Embun sudah berjanji pada dirinya dan juga River, agar tidak meninggalkan River selamanya.

Dan yah, memiliki suami seperti River harus bersabar, karena pahala juga dia dapat.

®^^®

Bersambung😾

Tolonglah, vote dan komennya itu loh.



Kacang Buncis [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang