Tekan vote dan ramaikan komen untuk chap berikutnya🖐
~~~~~
Embun tengah berduaan dengan River di rumah mereka, River sudah pensiun padahal umurnya baru 48 tahun.
Dia menyerahkan perusahaan pada si kembar, jadi River hanya menikmati masa tuanya bersama Embun.
"Udah 1 jam loh, aku mau mandi sayang." cetus Embun yang sedari 1 jam yang lalu terus meladeni peyuk-peyuk kesenangan River.
River menggeleng, dia masih mendusel dibelahan dada Embun.
"Ndak mau, masih mau peyuk-peyuk." rengeknya manja, kemanjaannya makin menjadi emang ya, makin tua makin manja.
Embun mengelus rambut hitam River yang sudah mulai berubah, Embun saja belum ada ubannya, River sudah ada.
"Ih, udah berubah suami aku."
River mendongak seketika. "Aku udah tua ya Mbun?" tanya nya sedih, bibirnya melengkung kebawah seketika.
"Kan emang udah tua sayangku."
Bibir River bergetar pelan. "Gamau uban, nanti Embun gak suka River lagi.." cicitnya sedih.
"Enggak kok sayang."
"Ceiyus?" tanya nya semangat, tatapan matanya berbinar lagi padahal tadi udah sendu.
Embun mengangguk, dia mengecup dahi River dan kembali memeluknya erat.
Ah, damai sekali masa tua mereka, bermesraan bersama, menghabiskan waktu indah berdua, manja-manjaan tanpa-
"ASSALAMUALAIKUM MOMMYYYYYYY RIVEN PULAAAAAAAAAANG." suara berat nan dalam milik Riven menggema di seluruh rumah.
"MOMMY TADI RIVEN BERANTEM DI KANTOR!" dan suara dalam milik Rimba ikut terdengar.
"IH! GAK ADA MOM! ABANG BOHONG!"
"ENGGAK MOM! RIVEN TADI BERANTEM KARENA KLIENNYA TERLAMBAT!"
"ABANG AHHH BOCOR BANGET MULUTNYA!"
River berdecak kesal, malas sekali kalau dua kacang buncis itu sudah pulang kerja, pasti berisik. Padahal usia mereka sudah 23 tahun, bukannya cari calon istri malah sibuk gangguin Mommy Daddy nya.
Kan, tubuh River tergeser begitu saja saat Riven datang dan menerjang Embun dengan pelukan erat, disusul Rimba.
"Kangen Mommy, tadi bekalnya udah Iven abisin Mom." lapornya lugu.
"Bagus, pinter banget sih adek." puji Embun sembari mengusap pelan pipi chubby Riven.
Rimba tak mau kalah. "Imba juga habisin Mom, bukan Iven doang." rengutnya.
"Haha, iya abang juga pinter banget deh." Rimba tertawa malu setelah Embun mengelus pipinya juga.
Duh, River cemburu nih btw.
"Mbun, jogging yuk." ajaknya.
"Boleh-"
"IKUT!"
"IVEN MAU IKUUUT!"
"Gak usah, kalian di rumah aja istirahat. Kan baru pulang kerja."
Raut wajah keduanya langsung sedih.
"Mau ikut.." lirih Riven.
"No, di rumah aja istirahat."
"HUAAAA MAU IKUT MAU IKUUUT MOMMYY MAU IKUUUT!"
"Udah om-om, inget umur gausah sok manis ngerengek-ngerengek kayak gitu." sinis River.
"Dih, sadar diri aja Daddy, udah bangkotan aja masih manja sama Mommy."
"EMBUN LIAT AKU DIKATAI BANGKOTAN!! AKU GAK BANGKOTAN!"
Baik Riven maupun Rimba langsung lari menuju lantai 2, sudah takut duluan kalau Daddy mereka dalam mode bayi tukang ngadu.
Embun merentangkan tangannya pelan. "Sini aku peyuk-peyuk lagi sayang." bujuknya, pasalnya River udah nangis kejer.
Dia paling gak suka kalau udah dikatai bangkotan, padahal dia belum tua. Bangkotan itu kan artinya tua bangka.
"Hiks..mereka jaat Mbun.."
"Iya sayang iyaa..."
"Mau peyuk-peyuk 1 jam Mbun..hiks..''
"Ini kan udah peyuk-peyuk sayang."
"Eumh.." gumam River seraya memejamkan matanya, nyaman sekali memang pelukan Embun, River selalu tenang.
Pelukan Embun adalah tempat ternyaman yang River punya.
®^^®
Bersambung😾
KAMU SEDANG MEMBACA
Kacang Buncis [TAMAT]
Roman pour AdolescentsKisah keluarga Daddy River dan Mommy Embun beserta kacang buncis mereka. Start-20 Oktober 2021 Ending-8 November 2021