Chapter 3 - Aliansi Melawan Kekaisaran [Part-4]

3 2 0
                                    

“Demi Bando Delapan Saudari!” teriak pengawas terowongan kemudi massal nomor dua. Matanya nyaris meloncat keluar duluan sebelum dia dan rekannya kompak menyuruk ke bawah meja pos masing-masing.

Barisan drone serbu kekaisaran menjatuhkan batangan-batangan logam pipih berbentuk jarum menuju permukaan benteng markas satelit K-23 dari ketinggian atmosfer. Dentuman hebat menggelegar mengelilingi rel terowongan. Asap ledakkan berwujud seperti hidran air pemadam bocor memenuhi layar visual.

Bom-bom energi kinetik bujet rendah (Low Budget) yang memanfaatkan tarikkan gravitasi sebagai media penggerak itu berhasil menembus hingga lantai ke dua ribu, persis satu level di atas lapisan bungker perlindungan bawah tanah. Ya, sederhananya, menancapkan tusuk gigi ke dalam tanah.

“Yesss!” Hampir seluruh kru Nova sontak berteriak histeris, berseru mengepalkan tangan ketika menyaksikan potongan adegan.

Makro mengerutkan kening, menyempatkan bertanya pada momen dia mengatur ulang lintasan daya, mencari lajur alternatif karena beberapa jalur pasokan putus oleh serangan musuh yang berhasil mengoyak sirkuit utama di stasiun-stasiun tersebut. “Apa yang salah dengan kalian?”

“Tidak ada. Tidak ada,” jawab mayoritas suara di saluran komunikasi setelah mereka menyempatkan senyum-senyum mengamati tayangan sejenak.

Fristi, Letnan Roagal, dan Kapten Lumi tidak saling tatap, namun tetap berucap.

“Fasilitas baru, masih tahap pembangunan. Basis datanya masih lokal, bukan?”

“Haha. Catatan pembelian terhapus.”

“Makan gratis. Memang harusnya begitu.”

Makro menghela napas di dalam seragam, menggeleng. “Astaga. Kenapa mental kalian mirip mental rakyat jelata?” Lelaki plontos itu seketika mengetahui serangan tersebut pasti ikut menghancurkan kedai konsumsi tempat mereka sarapan sebelumnya.

“Kau keberatan? Kami memang rakyat jelata. Bukan juragan tajir dari sistem solar seberang.”

Kapten Lumine santai membalas tatapan pemuda berkulit gelap dari layar hologram. Ketiga petinggi kapal di ruang komando terkekeh. Kini Fristi dapat mengikuti tawa jahat kedua rekannya. Tidak lagi jadi objek kejahilan seorang diri saja. Makro menyusul tersenyum, walau mengetahui sang Kapten tengah menyinggungnya.

“Kru tank, jadi kalian memilih berada di bawah sana?”

“Tidak terima kasih, Kapten. Kami lebih baik menambal lubang kapal.”

Kapten menaikkan separuh wajah. “Sama-sama.”

Kru tank wanita menggeram, berlari lagi, melanjutkan tugas.

“Bersiap mendekati orbit. Singkirkan lalat-lalat itu!” kata kapten korvet yang memimpin di formasi paling depan. “Balon pesta meluncur!”

“Aye!” jawab Kapten Lumine dan rekan-rekan pemimpin kapal lain.

Armada korvet selesai membersihkan gerombolan drone kekaisaran dari satelit K-57, K-23, dan beberapa tempat. Mereka menyebabkan reaksi berantai dimana fasilitas-fasilitas peluncur salvo pertahanan yang bebas sekarang ikutan membantu menebakkan sistem persenjataan, membersihkan area bidik satelit-satelit lain, menambah jumlah dukungan.

Nova beserta rombongan melesat mendekat memasuki lingkup orbit raksasa gas, mengelilingi tubuh raksasa gas melalui vektor searah momentum rotasi, bersiap melakukan dobrakan terakhir untuk menyerang armada kedua milik kekaisaran di sana.

Semakin ke dalam, intensitas serangan drone kekaisaran semakin menjadi. Ribuan peluru rentaka otomatis milik armada korvet terus meletupkan semua roket dan rudal yang mendekat. Proyektil-proyektil musuh tak terhitung jumlahnya lanjut berseliweran. Sedangkan barisan pertahanan utama aliansi perlahan-lahan terus terpukul mundur mendekati sumur gravitasi terluar milik sang Kivyel.

LumineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang