Chapter 4 - Cuti Sejenak [Part-5]

1 1 1
                                    

“Selamat pagi, Letnan.”

“Selamat pagi, Nak.”

Fristi menyapa ramah sambil tersenyum, sementara Kapten Lumine berucap dengan wajah datarnya.

Pencahayaan artifisial stasiun pelabuhan menyorot seorang lelaki tua yang mengenakan seragam standar aliansi di celah bukaan pintu. Letnan Roagal mengedip-ngedipkan mata. Ia baru mau mengangkat hormat, tetapi melihat kedua rekannya menenteng kotak kardus, juga mengingat Kapten biasanya tidak suka formal kalau sedang lepas tugas, dia mengurungkannya.

“Kapten. Fristi. Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?” Letnan bertanya pelan.

Wajah Letnan Roagal terlihat lelah. Bagian bawah kedua kelopak matanya agak cembung. Walau Letnan sebenarnya memiliki rekor tidak tidur selama beberapa hari ketika dahulu melakukan perjuangan gerilya melawan kekaisaran, dia baru pulang setelah menyelesaikan giliran sif jaga pertama dan belum sempat istirahat.

“Kami cuma mau mampir mengecek keadaan anak-anak,” kata Kapten.

“Sekalian membagikan beberapa camilan,” lanjut Fristi.

Fristi dan Kapten sepakat dalam perjalanan untuk menyerahkan semua oleh-oleh yang mereka dapat semenjak tadi pagi kepada kru Nova di tempat Letnan. Membawanya saja sudah melelahkan. Lagipula mustahil menggerogoti makanan sebanyak itu kalau cuma berdua.

“Dimengerti.” Letnan tersenyum mengangguk, memperlebar bukaan pintu.

Belasan kru laki-laki Nova malang-melintang di ruang utama. Masing-masing dalam pose beradab maupun meliuk-liuk lincah, berjingkrak-jingkrak di luar nalar. Ada yang bermain gim di gawai mereka, ada yang mengobrol dan bersenda gurau di pojokkan, ada juga yang sedang tidak di tempat karena sedang jalan-jalan ke luar. Beberapa masih berbaring bagaikan bayi, atau malah mengorok dengan mulut terbuka.

“Perhatian, Kapten dan Petugas NavKom datang berkunjung!” teriak salah satu awak Nova yang segera meloncat berdiri menyaksikan kedatangan petinggi kapal mereka.

Kerumunan di dalam menghentikan aktivitas. Sebagian langsung memasang sikap siap. Satu dua lekas menggoyang-goyangkan rekannya yang masih menjelajahi alam mimpi di sofa sembari memeluk mesra guling berbalut citra idola virtual pujaan serta iler.

Kapten mendekatkan jari telunjuk ke depan bibir, mengisyaratkan agar para kru tidak perlu terlalu serius dan mengganggu waktu beristirahat.

“Mereka juga membawakan beberapa bingkisan,” kata Letnan seraya mengoper dua kotak kardus dari tangan Kapten dan Fristi kepada kru di balik pintu.

“Terima kasih Kapten, Petugas NavKom,” ucap beberapa kru tersenyum. Sisanya mulai bangkit. Mengerumuni tempat dekat kotak camilan yang kontennya mulai dibagikan.

“Sama-sama,” balas Fristi tersenyum.

“Hmm.” Kapten mengumam, merapatkan bibir.

Salah satu kru bersiul keluar dari bilik mandi mengenakan celana kolor pendek dan singlet. Siulannya terhenti. Matanya memelotot seketika mengamati situasi ruangan beserta sosok-sosok di pintu. Ia tersenyum, lompat balik secepat kilat kembali ke bilik mandi sambil disoraki rekan-rekannya.

Kapten Lumine dan Fristi segera memutar badan seratus delapan puluh derajat tanpa berkomentar.

“Ups.” Letnan Roagal tertawa kecil lalu melangkah keluar dan menutup pintu di belakangnya.

Persis pintu menutup, Fristi berteriak. “Oh, Eternarosiella yang indah!” Diafragma mata mekanik dan manusianya membelalak.

“Ada apa?” Kapten dan Letnan Roagal bertanya serempak.

LumineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang