"Semua tim, maju!" teriak seorang personel merangsek menembus kobaran api dan kepulan asap yang memenuhi lorong.
"Bersih!" tanggap beberapa orang prajurit infanteri lewat komunikasi suara.
"Tidak ada kombat android."
"Uhuk. Ini bagian mesin. Semua reaktor baik-baik saja. Hanya,... kita punya korban," lirih Marko selepas menyaksikan pasukan infanteri berlarian lewat sepotong petak kompartemen berlubang.
Letnan Roagal terpejam, mengeraskan rahang, menekuk muka seraya memukul konsol miliknya. Kapten Lumine tidak merespons, wajahnya tanpa ekspresi, tangannya terus fokus menyetir Nova. Fristi tertunduk singkat, menggeleng, ia lanjut mendengar dan mengarahkan komunikasi melalui headset sambil mengetik cepat.
Pesawat-pesawat tempur aliansi terus melakukan pertarungan. Mereka tidak takut kalau mesti berhadapan dengan ratusan ribu lawan sekaligus, malah pertanda bagus. Pastinya bukan perkara mudah mengkoordinasi drone sebanyak itu. Berarti hamparan lautan musuh bukanlah unit spesialis yang dikendalikan langsung oleh kontroler manusia, atau sebuah sistem inteligensi buatan. Kemungkinan besar pihak kekaisaran menggunakan parameter pemrograman massal sederhana yang berasal dari komado kapal-kapal induk untuk mengeksekusi aksi.
Terbukti dengan gerakkan drone-drone serbu kekaisaran patah-patah, dan mayoritas sebatas menembakkan persenjataan lantas segera menjauh, pulang ke area aman sembari mengisi amunisi, atau cuma duduk diam melakukan manuver mengelak paling dasar ketika ditembakki. Jadi para pilot memprioritaskan menjatuhkan pesawat berpilot lain yang menjadi ancaman lebih berbahaya.
Armada pertahanan utama aliansi kini mampu mengirimkan skuadron mereka menolong garis belakang karena jarak semakin menipis. Bahkan setelah dibantu oleh ribuan pesawat sekutu, pertempuran tetap sulit. Kuantitas memiliki kualitasnya tersendiri. Ya, sederhananya, mereka tetap kalah jumlah.
Pilot bermanuver gesit untuk menghindari serangan, menukik tajam, menyela bongkahan-bongkahan beku tak terhitung jumlahnya, sekaligus mengincar bagian belakang lawan. Kopilot menekan tuas, mengaktifkan kotak dengan puluhan titik-titik kecil berisi deretan peluru yang terpicu secara elektrik pada bagian moncong dan sayap. Sebaran ratusan proyektil metal seukuran bulir beras berterbangan ke arah musuh, sebagian turut membelah formasi es. Mekanisme ofensif terakhir selepas bufer baterai persenjataan optik beserta peluru kendali milik pesawat tempur tandas tak berbekas.
"Kita kehabisan pendamping," kata seorang pilot selepas menyaksikan nirawak mereka meletup, dan tertinggal di belakang lintasan akibat menahan sebuah peluru kendali demi melindungi ekor pesawat sebab mekanisme kecoh juga telah habis.
"Nova, ini skuadron penerbang. Meminta izin pulang mengisi amunisi. Segera!"
Fristi berhenti menatap layar sejenak, berteriak histeris memperingatkan. "Negatif, jangan kemari!"
Armada korvet aliansi menembakkan semua yang dimiliki demi menghalau gerombolan drone kekaisaran. Jangankan musuh, bahkan pesawat sekutu akan kena kalau nekat mendekat. Tapi beberapa rudal tetap mampu melewati tabir perlindungan rentaka sebuah korvet di depan Nova. Kapal kawan itu langsung menyatakan keluar dari pertempuran setelah sebagian sisi lambungnya terbakar hebat. Bintik kuning menggantikan indikator di layar Fristi. Rombongan korvet terus menaikkan kecepatan.
"Baik, kalau begitu, kami hanya bisa sampai sini," kata seorang pilot menghela napas, tertunduk membuka kacamata taktis. "Skuadron penerbang keluar."
Skuadron pesawat milik Nova berhenti mendekat. Menepi di tengah hamparan padang es mahaluas. Berat hati mendeklarasikan status netral sebab tidak memiliki pos suplai amunisi.
Mengisi stok lewat platform pertahanan yang telah bebas tidak akan membantu, mayoritas pasti rusak, mungkin hanya tersisa puing-puing. Sementara mencoba curi suplai ke fasilitas-fasilitas yang masih terkena bombardir juga serupa bunuh diri. Mereka tenggelam bersama keheningan markas, satelit-satelit Kivyel, serta kapal-kapal armada blokade rusak parah, cuma bisa mengambang diam menyaksikan puluhan ribu drone kekaisaran masih terus berseliweran bebas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lumine
RandomMengisahkan Alistia Lumine. Anggota militer kasta bawah yang selalu dipandang sebelah mata. Salah satu dari sekian banyak anak-anak terlantar korban tragedi masa lampau. Sekarang, menjabat sebagai kapten korvet aliansi. Lumine selalu bermimpi menjad...