| Prolog |

983 86 3
                                    

|ᴜɴᴅᴇʀ ᴛʜᴇ ᴄɪᴛʏ|

Kakinya berlari kecil dengan sepatu putih yang sedikit kusam itu. Rambutnya yang tak di ikat berhamburan karna hentakan yang dibuatnya.

Dia melihat sebuah jam melingkar ditangan kirinya, oh sial! Dalam lima menit dia tidak sampai, maka dia akan terlambat.

Tak ingin terlambat dihari yang cerah ini, dia pun berlari lebih cepat lagi. Membuat rambut hitamnya berhamburan semakin cepat.

Hingga tak sengaja rambutnya mengenai bahu pria ber jas dari lawan arahnya. Dia menoleh sebentar dan berteriak.

"Ah Maafkan aku!"

Lalu pandangannya kembali ke depan dan terus berlari, hingga akhirnya dia sampai di depan pintu perusahaannya itu. Ralat, perusahaan yang menaunginya.

Dia mengatur nafasnya, menelan salivanya saat tau dia hampir terlambat. Setelah tenang, dia pun berjalan menuju ruang latihan di lantai bawah tanah. Tapi sebelum dia membuka pintu ruang latihan itu, matanya menatap layar tv yang menayangkan isi dari ruang latihan di lantai tiga.

Dimana ruang latihan itu dipakai oleh trainee yang sudah dipastikan akan debut. Dia berharap sebentar lagi dia akan mengisi ruangan itu dan meninggalkan ruang latihan bawah tanah yang di isi oleh trainee yang bahkan belum ada jaminan akan debut. Tapi dia akan berusaha disini untuk mencapai ruang latihan lantai tiga itu.

Setelah menatap cukup lama, dia langsung tersadar dan membuka pintunya. Di dalam ruangan hanya ada lima trainee, dimana keempat trainee lainnya? Apakah mereka datang terlambat?

Mencoba tak peduli, dia pun mulai melakukan pemanasan seperti yang sedang dilakukan Trainee lainnya.

Tak lama pintu ruangan itu terbuka, menampakkan ke empat trainee yang dia pikir datang terlambat itu. Mereka datang dengan wajah bahagia, meskipun mereka mencoba menyembunyikannya tapi dia tau, mereka sedang bahagia.

Lalu muncul lah pelatih mereka dari belakang ke empat trainee itu, muncul dengan wajah datar seperti biasanya. Dia adalah pelatih Choi, pelatih dance para Trainee yang dikenal dengan sifat dinginnya.

Semua trainee langsung berpura-pura sedang melakukan latihan mereka agar tidak kena ocehan pelatih Choi. Begitu pula dengan dirinya yang langsung menyibukkan diri dengan melanjutkan pemanasannya tadi.

Tak sengaja matanya berpapasan dengan pelatih Choi yang membuat bulu kuduknya berdiri.

"Bahiyyih."

Sial! Padahal dia sudah mencoba menghindari tatapan itu. Namun mau tak mau dia harus menatapnya sekarang.

"Iya Choi ssaem?"

"Kau dipanggil keruang direktur."

Gadis yang akrab dipanggil Hiyyih itu kini memutar ingatannya, berusaha mengingat apakah ada kesalahan yang dia buat? Namun sebelum berfikir lebih lama dia sudah di tatap dengan tajam oleh pelatih Choi, yang membuatnya terpaksa langsung pergi keruangan direktur.

Dia sampai di depan pintu ruangan direktur, namun dia tak berani mengetuknya apalagi membukanya. Hingga asisten direktur itu menegurnya.

"Masuk saja." Ujar Asisten itu sembari membukakan pintu untuknya.

"Oh Bariya kau sudah datang." Ucap sang Direktur.

"Bahiyyih, pak." Ucap Hiyyih membenarkan.

"Ah ya apapun itu, ada hal serius yang ingin ku bicara kan padamu."

Hiyyih meneguk salivanya, dia berharap berita baik akan dia dengar hari ini.

Setelah hampir satu jam di dalam sana, dia pun keluar. Dia berjalan kembali menuju ruang latihan. Tangannya membuka pintu itu sedikit kasar, membuat penghuni didalam sana terkejut.

Bahiyyih tidak peduli dengan tatapan mereka, bahkan dia tak peduli juga dengan tatapan pelatih Choi yang seperti ingin membunuhnya. Dengan cepat tangannya mengambil totebag kanvas miliknya di ujung ruangan dan segera pergi darisana.

"Hey Hiyyih ada apa?" Tanya salah seorang trainee.

Namun Hiyyih tak mengindahkan pertanyaan tersebut, dia melengos keluar ruangan begitu saja, menyisakan wajah penuh tanya pada trainee lainnya. Tapi tidak dengan pelatih Choi, dia sudah tau apa yang terjadi.

"Ada apa dengannya?"

"Entahlah, siapa peduli pada si gila itu."

Ucapan mereka terhenti saat pelatih Choi menatap mereka. Mereka menundukkan kepala dan melanjutkan latihannya.

Disisi lain Hiyyih menampakkan senyum tak percayanya. Langit memang menyesuaikan isi hati kita, bagaimana bisa langit secerah tadi berubah mendung seperti ini setelah dia mendapatkan kabar buruk itu.

"Sepertinya langit mendukungku untuk bersedih." Ucapnya.

Setelah itu dia berjalan dibawah hujan yang mengguyur kota Seoul. Dia berjalan tanpa tujuan, hanya ingin meringankan fikiran.

Berjalan diantara gedung gedung tinggi, papan iklan di setiap jalan dan mobil yang berlalu-lalang. Disaat pejalan kaki lain berlarian dibawah hujan mencari tempat berteduh, hanya dia pejalan kaki yang berjalan sangat santai dibawah hujan.

Langkah kakinya berhenti di depan bangunan yang menayangkan sebuah acara di tv tersebut.

Badannya berbalik ikut menonton acara itu, dia memiringkan kepalanya ke kiri. Mendengarkan semua yang orang itu bicarakan di dalam siaran tersebut.

Lumayan lama dia berdiam diri disana, membuat orang orang yang meneduh di halte bus melihatnya dengan tatapan bingung dan aneh.

Dari siaran itu dia tersadar satu hal. Bahwa dia hampir saja melanggar satu aturan dalam kamusnya.

Aturan untuk tidak menyerah, apapun yang terjadi!

Hiyyih menaikkan kedua ujung bibirnya, kembali berdiri tegak dan menarik nafas lalu membuangnya.

Dia berterimakasih kepada siapapun pria yang berada di siaran wawancara itu, karna kini semangatnya tumbuh kembali.

Dia segera berbalik dan berlari, dengan satu kalimat yang ada dalam benaknya saat itu.

'Aku tidak akan menyerah untuk apapun yang terjadi!'

|ᴜɴᴅᴇʀ ᴛʜᴇ ᴄɪᴛʏ|

Welcome to my new story! InsyaAllah akan di up setiap hari Jumat/Senin
Tergantung mood aja sebenernya.

Kenapa aku bisa bikin ff ini? Karna Aku bucin Hiyyih aja dan kayaknya cocok di pasangin sama Seungyoun hehe. Btw abaikan aja aku tulis Hiyyih/Bahiyyih.

© Fincedric
Project 3
2021

Under the City || ft. Bahiyyih-Seungyoun ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang