29. Backstreet?

202 29 24
                                    

SIANG PREN!!

UP LAGI.

29. BACKSTREET?

SEPERTI BIASA VOTE DAN KOMEN NYA JANGAN LUPA!

TYPO TANDAIN!

HAPPY READING

.

.

.

.

Pagi pagi sekali, di depan pagar rumah yang menjulang tinggi, sudah terdapat seorang lelaki yang terdiam di motor nya menunggu seseorang keluar dari rumah yang terbilang besar itu.

Febian menghembuskan nafas beratnya dengan beberapa kali. Dirinya lelah menunggu Gadis nya yang sedari tadi tidak keluar. Melirik kearah jam tangan hitam itu untuk melihat sudah pukul berapa sekarang.

Mungkin karna terlalu lama menunggu, Febian tidak menyadari sudah jam setengah tujuh.

"Hai, Ian. Maaf nunggu lama," suara lembut menyapa pendengaran Febian.

Febian tersenyum lembut, pada gadis didepan nya. "Kenapa lama, hm?" Tangan nya merapikan poni yang sedikit berantakan itu.

Lily gadis itu menyengir lebar, "Tadi, ibu aku nyuruh sarapan dulu." ujar Lily. "Maaf ya, kamu nggak disuruh masuk, kamu tau kan, Ibu aku sama Ayah aku nggak suka sama kamu." Lily menundukan kepala nya, merasa bersalah pada Febian.

Febian tersenyum, "Nggak pa-pa, Lily yang cantik." ujar Febian lembut dan pengertian.

Dagu Lily diangkat oleh satu jari Febian dengan lembut, "Jangan nunduk, nanti mahkota nya jatoh. Kamu ratu, nggak sepantasnya nunduk di depan Aku," ujar Febian, dengan tatapan lembut nya ia berikan pada gadis didepan nya yang sudah menempati tahta tertinggi di hati nya.

Lily mendongak, menatap Febian dalam. Mencari kebohongan di mata lelaki itu, tetapi nihil, dia hanya melihat ketulusan yang begitu besar di mata indah itu.

"Makasih." Lirih Lily terharu, mata nya sudah berkaca. Ia tak menyangka, Febian bisa membalas cintanya seperti ini, ia Sangat beruntung mendapati Lelaki sebaik Febian.

Febian mengangguk. "Udah, sekarang kita berangkat. Udah telat ini, pasti gerbang udah di tutup." Febian kembali menaiki motor nya, memakaikan Helm terlebih dahulu pada Lily, lalu memakainya helm nya sendiri.

"Kalau udah di tutup gimana?"

"Ya, Biarin. Kita bisa bolos."

Lily mencari posisi yang nyaman di motor Febian, menepuk pundak pacarnya sedikit keras. "Nggak boleh bolos bolos!" Sentak Lily garang.

Febian terkekeh gemas, ia mulai melajukan motor nya dengan kecepatan sedang, "Iya, iya, ibu negara jangan marah marah mulu!"

Lily mendelik, ia mencubit pinggang Febian membuatnya tersentak. "Lily sakit!" rengek Febian, pada Lily merasakan ngilu di pinggang nya karna cubitan Lily tidak main main.

Lily mengulum senyum gemas nya, Febian orang yang dijuluki lelaki di dingin, bisa menjadi luluh dan lembut jika bersama nya, Lily merasa beruntung, karna bisa mendapatkan perhatian dari Febian.

Lily mengusap pinggang Febian pelan, lalu melingkar kan kembali tangan nya di pinggang lelaki itu, dengan dagu yang di tempatkan di pundak Febian.

Febian melirik Lily dari kaca spion, senyum indah nya ia keluarkan, "Cantik banget pacar gue," gumam Febian yang tidak di dengar Lily.

|KAILA ∆ RIFKY|

Bukan Senja (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang