4. Sakit Banget

1K 107 1
                                    

HAPPY READING

"KAILA."

"Kai, bangun Kai," Lelaki dengan Almameter itu, merogoh saku nya mencari, sesuatu untuk menahan cairan kental itu yang terus menerus keluar.

Gilang menepuk nepuk pelan pipi Kaila, "Kai, Lo kenapa bisa gini?" khawatir Gilang. "Kaila..." Gilang semakin khawatir, dia panik, tapi tidak tau harus melakukan apa.

"Kai," Akhirnya Gilang mengangkat Kaila Ala bridal style, berinisiatif untuk membawa nya ke Rumah sakit, karna Gilang tau ini bukan semata mata Pingsan biasa, pasti ada hal lain.

Dia berlari menuju Parkiran, Jam istirahat sudah selesai jadi tidak banyak orang yang melihat nya. Wajah Kaila semakin pucat, Gilang menjadi semakin khawatir.

Saat di ujung koridor melihat Rifky dkk, yang akan membolos, tentu Gilang tau karna itu kebiasaan mereka. Dia menghampiri mereka yang sedang bercanda, untuk meminta bantuan.

"Baru kali ini gue liat Lo di tolak langsung," tawa Sean pecah seketika.

Sedangkan Langit misah misuh, "Bacot, gue itu terlalu baik buat dia makanya ditolak." ketus Langit kesal dirinya di ledek. Cowok bermata biru laut itu, menahan malu, padahal dia sudah menyiapkan mental untuk menembak cewek yang di suka, tetapi malah di tolak, apa lagi di tolak depan sahabat nya yang laknat seperti Sean.

"Dih baik apaan? Mana ada baik Lo, mau bayar di kantin, eh, bilang nya belom kembalian? Mana ada?" ejek Sean.

"Itu cewek, ngambil keputusan yang bener sih, nolak orang kayak lo." ujar Sean enteng.

Langit melotot Garang, pada Sean. Contoh teman setan seperti itu. Langit emosi? Tentu emosi. Sean berlari menghindari Langit yang sudah menatap nya penuh permusuhan.

"Ck, Diem mau gue tendang pake tendangan si Madun? HIYYAAA," Langit Sudah membuat ancang ancang, Dan berlari mengejar Sean.

Sedangkan 3 Sahabat nya, menggeleng pelan, bisa bisa nya mereka mempunyai sahabat seperti Cacing kepanasan, ngk bisa diem.

Saat sedang asik asik kejar kejaran, Sean yang di depan Langit, tiba tiba berhenti. Langit menubruk badan Sean dari belakang membuat keduanya ambruk di lantai.

"Anjing, Lo ngapain di atas gue?! Turun!" sentak Sean kesakitan. Badan Langit tuh keras kaya batu, dan menimpa badan nya ini, membuat pinggang Sean terasa nyeri.

"Lo sih, ngapain berhenti mendadak? Gue kan kagak bisa nge-rem." sungut Langit, berdiri. Dan membantu Sean berdiri.

"Haha, mampus. makanya jangan lari lari tikusruk kan," tawa Vino. Rifky dan Febian tersenyum tipis, menggeleng kepala mereka.

"Bantuin." ujar Febian pada Vino.

Vino terkekeh pelan, lalu menghampiri kedua sahabatnya yang berdebat, membantu membersihkan kemeja sekolah Langit dan Sean yang kotor karna tanah, Kedua lelaki itu jatuh bukan di lantai tapi di tanah.

"Ni, nih si Seananjing. Sakit banget lutut gue." Ringis Langit.

"Gue lebih sakit, Liat badan gue di timpuk gajah, bisa begini," Sean menunjuk luka nya, dan pingganya.

"Lo nya, yang berhenti mendadak, Tolol."

"Udah, udah. Lo berdua kayak anak kecil, berantem salah salah an."

Sean membalik kan badan nya, dia masih melihat yang tadi dia lihat saat masih di Ujung koridor depan, dan sekarang itu mengarah kesini, ini kan jalan ke parkiran, itu Gilang kan? Kok kayak... Pikir Sean.

Hingga Sean melihat sempurna apa yang iya pikirkan. "Anjir itu Kaila kenapa?" pekik Sean terkejut. Membuat semua menoleh pada apa yang di pandangkan Sean.

Bukan Senja (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang