14. Jangan pergi

878 110 11
                                    

HAII LAMA YA NUNGGU NYA?

MAAP YA!

KU UDH UP LAGI!!!!

14. JANGAN PERGI.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!

TYPO TANDAIN

HAPPY READING

.

.

.

.

Setelah mematikan telpon, Kaila beranjak dari barangkar UKS, dengan tergesa gesa. Berlari keluar UKS. Tanpa mengidahkan teriakan sahabat nya.

"KAILA!" teriak mereka, Dengan menyusul Kaila.

Kaila sudah sampai di parkiran, dia memasuki Mobil nya dan menyalakan. Tanpa pikir panjang dia Keluar dari sekolah dengan mudah karna, gerbang tidak di tutup.

"Kita nyusul pake apa?" tanya Langit lemot.

"Motor lah bego, Jangan lemot sekarang." sentak Febian.

Mereka menaiki motor masing masing, Dengan Frisil berada di boncengan Langit, sedangkan Lily di di boncengan Vino.

Mereka mencoba menyusul mobil Kaila yang melaju dengan Gila. Di dalam mobil Kaila, tidak habis habis nya memikirkan apa yang terjadi disana?

Jangan sekarang batin Kaila.

Kaila turun dari mobil nya, saat sudah berada di parkiran rumah Sakit, Berlari di koridor yang lumayan ramai. Memasuki Lift ke lantai 3.

Ting!

Lift terbuka, terlihat beberapa orang memakai baju serba hitam berdiri di sepanjang lorong. Kaila berlari tanpa mengindahkan tatapan anak buah nya.

"Bunda," panggil Kaila cukup keras, melihat bunda nya duduk dengan wajah cemas.

"Kai." Bunda Naila berdiri dari duduk nya, menghampiri Kaila dan memeluk nya erat, yang di balas tak kalah erat.

"Abang kenapa Bun?" tanya Kaila dengan suara bergetar.

"Bunda nggak tau. Abang lagi di periksa dokter. Tadi Abang kejang kejang lagi," tangis Bunda Naila.

Kaki Kaila seakan lemas, yang tak bisa menopang berat nya lagi. Tubuh Kaila merosot, Bunda Naila menatap Kaila sendu, dia mendudukan Kaila di kursi, tak mau Kaila kedinginan karna duduk di lantai yang dingin.

Menangis tanpa suara itu lebih menyakitkan, Bukan? Kondisi Kaila benar benar kacau. Dia takut kehilangan Abang nya. Lelaki yang dia jaga. Dia takut kehilangan yang kedua kalinya, lelaki yang dia cintai setelah ayahnya.

Ayah jangan bawa, bang Eza. Kaila masih butuh bang Eza, ayah. Cukup ayah yang pergi, Bang Eza jangan. jangan bang Eza, batin Kaila menangis.

Air mata Kaila terus menerus keluar dari mata indah nya, bibir nya sedikit bergetar. Bunda Naila tak tega melihat, memeluk tubuh Kaila erat, dan menangis dipelukan Kaila.

"Kaila lari kemana sih?" kesal Frisil, napas gadis itu ngos-ngosan, karna mengejar Kaila tapi kehilangan jejak, begitu pun dengan yang lain. 

Sahabat sahabat Kaila sudah berada di rumah sakit tapi tidak mengetahui keberadaan Kaila.

"Lo ngomong itu dari tadi, tapi nggqk dicari," cibir Langit.

"Gue dari tadi nyari ya?! Lo pikir gue ngapain keliling Rumah sakit yang gede ini?! Jualan? ya bukan lah dongo!" Balas Frisil kesal.

Bukan Senja (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang