–Happy Reading–
" Salam Panglima " para prajurit yang menjaga gerbang utama istana membungkuk hormat ketika Jihoon datang ke arah mereka.
" Salam "
" Apa ada tamu yang akan datang lagi, Panglima? " Tanya salah satu prajurit mengingat waktu itu Jihoon melakukan hal yang sama ketika dua tamunya datang.
Jihoon mengangguk. Ia berjalan mendekati pintu gerbang untuk melihat apakah Yuna sudah datang atau belum.
Untung saja Jihoon sudah lumayan akrab dengan para prajurit ini alhasil ia ada teman mengobrol walau diantara mereka ada yang masih merasa canggung.
Obrolan mereka terhenti saat Yuna menyapa Jihoon. Yuna datang dengan menggunakan jubah hitam dan menutupi kepalanya dengan tudung kepala membuat para prajurit menatapnya aneh. Mereka ingin bertanya apakah benar ini tamu Jihoon karena tampilannya agak–berbeda? Tapi mereka masih mempunyai sopan santun. Akan sangat lancang jika bertanya seperti itu karena dianggap merendahkan sang tamu.
Para prajurit membungkuk kepada Jihoon saat Jihoon melangkah pergi dari gerbang bersama Yuna.
Jihoon dan Yuna berjalan beriringan tanpa ada percakapan. Jihoon merasa sangat canggung untuk memulai obrolan. Yuna juga sepertinya tidak ada niat untuk mengobrol membuat Jihoon mengubur dalam dalam niatnya untuk membuka percakapan. Tapi ada hal yang terpaksa ia tanyakan membuat percakapan dimulai.
" apa anda ingin langsung menemui Yang Mulia? " Tanya Jihoon.
Yuna mengangguk, " malam semakin larut. Aku tidak bisa membuang waktuku untuk berlama-lama disini "
" Baiklah, sebentar lagi kita akan sampai di kamar Yang Mulia "
" Anda tunggu disini sebentar. Aku akan mengusir prajurit yang berjaga dulu "
Yuna mengangguk seraya terkekeh. Agak tidak enak didengar saat Jihoon mengatakan akan 'mengusir prajurit' karena terkesan kasar. Ia Lalu melihat Jihoon yang berbincang dengan para prajurit. Terlihat kedua prajurit itu saling pandang lalu mengangguk kemudian pergi. Sangat Mudah menyelinap istana dengan bantuan Jihoon tentunya. Dari jauh Jihoon mengkode Yuna untuk mendekat. Kini Yuna berada tepat di depan pintu kamar Raja, pintu kamar suaminya dulu.
Yuna menarik nafas lalu membuka pintu besar di depannya dengan perlahan. Ia masuk dan menutup pintunya kembali. Atensinya langsung jatuh kepada laki-laki tampan yang tengah terbaring di atas ranjang. Ia mendekat, melihat wajah pucat laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah Raja. Oh, sudah berapa tahun ia tidak melihat Raja? Yuna tidak ingat. Yang jelas wajah tampannya masih sama, tidak ada yang berubah.
Yuna menoleh ke arah jendela dimana bulan purnama nampak jelas terlihat. Ia tidak sadar jika sinar bulan memantul mengenai kalungnya yang membuat Raja bangun karena merasa silau.
Raja membuka matanya dan terkejut melihat ada seorang wanita di dekatnya. Ia mengerjap, menjernihkan penglihatannya. Apakah ini mimpi? Siapa orang yang berani masuk ke kamarnya tanpa izin? Apalagi penampilannya yang memakai baju serba hitam seperti penjahat.
Baru saja Raja ingin mengomeli wanita di dekatnya ini tapi sang wanita menolehkan pandangan ke arahnya membuat pandangan mereka langsung bertemu.
" K-krystal? " Gumam Raja yang menatap tak percaya ke arah Yuna.
Yuna tak merespon. Ia diam dan wajahnya datar. Sorot matanya menunjukkan kekecewaan. Raja jelas menyadari itu membuat hatinya terasa remuk seketika. Dengan tenaganya yang kian melemah, Raja berusaha duduk lalu menyandarkan tubuhnya di kepala Ranjang. Sekali lagi ia mengerjapkan mata lalu menatap Yuna dengan tatapan rindu. Ia tidak peduli jika ia sedang berhalusinasi melihat istrinya yang sudah meninggal kini berdiri di dekatnya. Dengan pencahayaan yang temaram tangannya terulur mengusap kulit pipi Yuna yang mulus. Air matanya jatuh saat itu juga. Sentuhannya terasa sangat nyata, apakah ini nyata? Jika iya mengapa istrinya itu tidak merespon? Apakah ia tidak senang bertemu dengannya?
" Kry– "
" Aku kecewa padamu " ucap Yuna seraya menjauhkan tubuhnya membuat sentuhan Raja terlepas.
Dahi Raja mengernyit bingung.
" Kenapa kau menghancurkan segalanya? Aku mengorbankan nyawaku untuk anak kita tapi kenapa kau menyiksanya?! " Yuna mulai terisak.
Raja terdiam. Junghwan, nama itu yang kini terselip di fikirannya.
" Kau bukan hanya menyiksa fisiknya tapi juga batinnya! Demi Tuhan aku menitipkan nya padamu bukan untuk kau siksa! " Yuna mengguncang pundak Raja. Isakannya terdengar menyedihkan dan menyayat hati. Yuna menjatuhkan kepalanya di pundak Raja dan menangis disana seraya meremas kuat pundak Raja untuk menyalurkan emosinya.
Tubuh Raja yang lemas kini bertambah lemas. Ia tidak bisa merasakan tenaganya setelah mendengar tangisan Yuna. Ia bahkan hanya diam menahan air mata yang akan jatuh. Ingin sekali ia merengkuh tubuh Yuna tapi ia tidak bisa.
" Kau jahat! " Yuna memukul-mukul pundak Raja.
" Junghwan tidak bersalah tapi kau menghukumnya "
" Apa kau tahu semuanya? " Setelah menahan sakit ditenggorokannya karena menahan tangis, Raja memberanikan diri bertanya.
Yuna mengangkat kepalanya tapi kedua tangannya masih bertengger di Pundak Raja.
" Ya, aku tahu semuanya. Bahkan bagaimana Junghwan bertahan hidup saat hampir mati karena kau pukuli waktu itu. Berlari kesana-kemari bersama teman-temannya untuk menghindar dari kejaran kalian! "
Yuna mengusap air matanya, " kau tahu? Kau sudah salah mengambil langkah dan kesalahanmu itu membuatku tak tenang di sana "
" Dulu kau sudah memutuskan untuk menikahi ku setelah kau tahu Mashiho juga mencintaiku kan? Kau tahu kau akan mendapat resiko di kemudian hari. Tapi saat resiko itu datang kau malah menjadikannya semakin rumit "
" T-tapi Yang Mulia, saya juga mencintai Krystal " ucapan Mashiho dulu tiba-tiba melintas difikirannya.
" Kenapa kau membiarkan emosimu menguasai dirimu sampai-sampai kau buta akan siapa yang benar dan siapa yang salah? "
" Apa Yang Mulia yakin ingin menikahi nona Krystal? Kukira Panglima Mashiho mencintainya " ucap Jaehyun setelah Raja menceritakan niatnya untuk menikahi Krystal.
" Siapa cepat ialah yang dapat. Lagi pula Krystal tidak mencintai Mashiho " ucap Raja.
Saat itu Raja sangat acuh sampai tidak menyadari Mashiho merasa sangat sakit hati. Ditambah lagi Mashiho tetap bersikap baik padanya membuatnya berfikir Mashiho telah melupakan Krystal. Tapi nyatanya dugaannya salah besar. Jadi ucapan Junghwan saat mengatakan Mashiho lah dalang bandit adalah benar. Lalu, ia benar-benar salah langkah?
Dadanya merasakan nyeri dan sesak secara bersamaan. Bagaimana ia menjadi bodoh seperti ini? Astaga apa yang telah ia lakukan. Menyiksa Junghwan, memutus hubungan dengan Junghwan dan membunuh sahabat Junghwan. Untuk pertama kalinya, kini ia menyebut dirinya sendiri 'iblis'
" Dimana Junghwan? " Tanya Raja seraya menatap Yuna dengan tatapan menuntut jawaban.
" Dimana Junghwan?! " Tanya Raja lagi. Kali ini ia menggoyang-goyangkan tangan Yuna seraya terisak. Ia merasa sangat bersalah dan ingin meminta maaf kepada Junghwan walau ia rasa tidak cukup hanya dengan kata 'maaf'.
Tiba-tiba pandangan Raja memburam dan kepalanya terasa berdenyut nyeri.
" Hyunsuk akan mengahancurkan kerajaan. Kuharap kau tidak salah langkah lagi. Selamat tinggal " samar-samar Raja mendengar ucapan Yuna sampai akhirnya kesadarannya menghilang.
Terimakasih sudah membaca...jangan lupa dukungannya😊
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KINGDOM || So Junghwan [TAMAT]
FanfictionJunghwan adalah Pangeran kelima Negeri Dregan. Ia harus bermusuhan dengan Panglima kerajaannya sendiri karena suatu alasan. Ia juga harus menghadapi sang kakak saat kakeknya memerintahkannya untuk menjadi Raja Dregan selanjutnya. Karena itu semua, p...