Sandra berlari di lorong rumah sakit setelah mendengar kabar bahwa Ale.... sialan, perempuan itu memang sudah bosan hidup atau apa sebenarnya? Sandra meringis, matanya banjir dengan air mata. Kalau-kalau ia mendengar kabar buruk setelah ini lagi, ia benar-benar akan membunuh Randu dengan tangannya sendiri."Please, mas. Izinin gue buat bunuh lo, sekarang."
Randu menatap Sandra masih mematung di tempatnya. Seolah masih mencari-cari apa yang terjadi. Apa yang Ale alami? Mengapa Sandra sampai terlihat begitu murka sekarang? Bohong kalau Randu bilang ia tidak khawatir. Bagaimana pun juga Ale sudah menemaninya untuk waktu yang lama. Dan bersama Ale jugalah Randu berbagi banyak cerita. Dan mendengar suara getar Sandra setelah menerima telepon dari Nyonya Mahanta membuat Randu ikut berpacu jantung saat ini.
"Ale ke---"
PLAK
Randu memegang pipinya yang merah akibat tamparan Sandra di wajahnya. Ayudia ikut terkejut melihat hal itu, ia hendak melangkah maju menegur Sandra namun Randu segera menahan langkah Ayudia dan menyuruhnya tetap berada di posisinya semula.
Perbuatan Sandra pada Randu memang tidak sepenuhnya salah.
"Lo--- jauhin sahabat gue, mas." Sandra mengepalkan tangannya. "Jangan bikin gue semakin benci sama lo."
Randu menatap Sandra dengan tatapan yang penuh tanda tanya. Ia bingung kenapa hatinya terusik mendengar ucapan Sandra untuk menjauhi Ale. Padahal harusnya Randu menyetujui hal itu tanpa protes, kan? Tapi seolah hatinya bergejolak, Randu ingin menentang.
"Jawab, San. Ale kenapa?" Randu masih berusaha setenang mungkin.
Sandra menatapnya marah. "Peduli apa lo sama ---"
"ALE KENAPA?!" bentak Randu yang ikut menyentak Sandra. Baru kali ini ia melihat Randu semarah ini dan bahkan sorot matanya seolah bercampur antara marah dan sedih. Sandra tidak bisa menebaknya.
Ayudia pun juga merasa terkejut mendengar teriakan Randu. Bahkan dulu saja, ia tidak pernah terlihat semarah ini ketika memergoki Ayudia berselingkuh. Ayudia menjadi waspada seketika. Mungkinkah Randu sudah terlalu lama pergi dari rumah aslinya? Ya, Ayudia harus menegaskan bahwa Ayudia sekarang adalah rumahnya. Dan tanpa persetujuan Ayudia, Randu tidak boleh pergi.
"Dia berusaha buat bunuh diri karena lo, mas. Sekarang lo mau buat dia sehancur apa lagi?" Sandra mengusap air matanya yang terjatuh. "Hanya Ale sahabat yang gue punya, dan gue mohon sama lo, mas. Kalau lo masih sayang sama gue sebagai adik kandung lo, tolong jangan buat gue kehilangan Ale."
Sandra ingat setelah mengatakan hal itu, Sandra langsung memungut HP-nya dan berlari keluar secepatnya dari apartemen Randu, meninggalkan Randu dan segala yang pria itu sedang pikirkan sekarang. Sandra panik, sangat. Ia hanya ingin tahu keberadaan Ale dan kondisi perempuan yang sudah menjadi saksi hidup Sandra sampai pada bejat-bejatnya Sanda sekalipun. Jika Ale tidak ada, mungkin Sandra juga dulu sudah terjerumus pada obat-obatan terlarang. Ale lebih dari sekadar teman baik buat Sandra. Ale itu seperti saudara kandung untuk Sandra.
Bahkan jika Sandra memilih, ia lebih memilih Tuhan menempatkannya pada keluarga Ale ketimbang bersama Randu.
Dan disinilah Sandra sekarang. Berdiri di luar pintu kamar pemeriksaan Ale bersama Nyonya dan Tuan Mahanta, alias Haris dan Mawar.
"Tan, Ale gimana?"
"Masih diperiksa dokter."
Sandra mendesah. "Itu gimana sih, Tan? Kok bisa Ale--"
"Tante nyuruh Yuyun manggil Ale buat tante ajak ke mall. Tante lihat dia semenjak pulang ke rumah lemes banget kayak ga ada semangat." Mawar bercerita sambil menahan tangis. "Tapi pas masuk kamarnya Yuyun ga lihat ada Ale di dalem. Tapi denger suara air kamar mandi nyala, terus pintunya ke buka." Mawar memeluk lengan Haris makin erat seolah tidak mampu melanjutkan perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Randu-Ale [Wenyeol]
Fiksi PenggemarIni perihal kisah cinta Alexandra Widya Mahanta pada Randu Cahya Adiarta Kisah klise dengan banyak drama di dalamnya. Vange Park ©️ 2020