Extra part 1

1.1K 129 24
                                    


Randu sepertinya masih menghirup aroma tubuh Ale dalam pelukannya beberapa jam yang lalu. Namun di detik kelima wangi itu makin menjauh dan samar lalu semakin hilang disertai suara tangisan bayi yang langsung membuat Randu tersadar meski wajahnya masih sangat mengantuk.

Randu mengusap matanya dengan punggung tangan, ia melihat Ale sudah berdiri dan membawa bayi berusia satu bulan itu dalam gendongannya. Ale bergerak ke sana dan ke mari sambil menyusuinya ketika tahu tangisan bayi itu adalah karena lapar.

Ada gumaman indah yang Ale keluarkan. Senandung lagu nina bobo yang membuat tangisan bayi itu juga ikut mereda, namun masih menyisahkan isakan saat bayi itu meraup sumber makanannya.

Randu terduduk lalu melihat ke arah jam dinding di kamar mereka. Waktu menunjukkan jam empat pagi dan ini sudah ke dua kalinya Ale terbangun. Yang pertama di pukul satu malam karena melayaninya yang baru saja pulang dari luar kota dan yang kedua karena bayi mereka.

Randu memandang wanita itu bergerak ke arah sofa single, bayi mereka sudah selesai menyusu. Ia sudah kembali tenang dalam gendongan hangat Ale dan satu tangannya menggenggam telunjuk Ale erat. Ia tahu... ia nyaman bersama wanita ini.

"Ale..,"

Ale mendongak. Memandang Randu yang ikut terbangun dan berdiri sambil memakai celananya kembali.

"Mas kebangun, ya?"

Randu menganggukkan kepala. "Sini biar aku yang gendong Kayra. Kamu lanjut tidur, gih." Randu sudah berjongkok di depan Ale.

"Ga papa, Mas. Aku baik-baik aja, kok." Ale menggelengkan kepalanya menolak.

Sejujurnya Randu begitu takjub melihat Ale-nya yang sekarang. Dulu jika ia kembali mengingat bagaimana Ale tidak menginginkan kehadiran bayi ini karena takut akan membagi kasih sayang Randu, sekarang lihatlah Ale. 

Bahkan Ale tidak bisa meninggalkan bayi cantik itu sedetik saja. Ale juga bilang ia ingin cuti bekerja dulu sampai Kayra berumur tiga tahun. Ale sangat mencintai Kayra.

"Kamu belum istirahat dengan baik hari ini."

"Tapi aku masih mau gendong Kayra." Ale memandang Randu memelas.

"Nanti kamu malah sakit kalau kecapekan, sayang." Randu masih memberikan penolakan. "Sini biar aku gendong... kamu istirahat."

Ale menarik napas dan membuangnya pasrah. Dengan tidak rela ia memberikan Kayra ke tangan Randu membiarkan suaminya menggendong putri mereka yang sudah semakin nyaman dalam lelapnya.

"Mas... besok libur, kan?"

Randu mengangguk dengan wajah yang masih memandang putri kecilnya yang sangat cantik dengan memperoleh 90 persen wajah Ale. Randu kerap kali memanggil putrinya sebagai Ale mini.

"Aku mau belanja bulanan. Mau beli baju juga buat Kayra."

Randu mengernyit. "Baju?" ia mengulang ucapan Ale. "Dua hari lalu kamu baru beliin dia baju, Le. Itu lemarinya sampe udah ga cukup." Randu menggeleng.

"Ya... biar Kayra bisa ganti-ganti bajunya."

"Ya tapi kan Kayra itu bakal semakin gede. Ntar bajunya udah pada ga muat kalau dia makin besar, dong."

Ale mengerucutkan bibir. "Iya, sih... atau sepatu aja kali, ya?"

Randu kembali menggeleng. "Sepatu tiga pasang yang kamu baru pesen online aja belum dipake, lho. Udah ga usah beli apa-apa. Beli susu aja buat Kayra. Kalau mau beli baju, beliin buat suami kamu, nih." Randu mendesah kesal. "Terakhir kamu beliin aku baju tuh kayaknya satu tahun lalu, deh."

Ale terkekeh. "Iya iya... nanti aku bellin. Sekalian pabriknya mau?" canda Ale yang sudah kembali ke atas ranjang mereka untuk tidur. Karena tiba-tiba saja kantuk menyerangnya kembali. "Mas ga papa gendongin Kayra? Mas juga kan capek dari luar kota."

Randu-Ale [Wenyeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang