Bab 21 : Yang Ale butuhkan

1K 157 182
                                    


Halu.... boleh di vote dulu ga nih...

Randu nya udah nongol lo buat kalian hujat lagi wkwkwk

Btw komen love dulu dong buat Ale... Ale lagi sedih banget nih...

Selamat membaca ya ❤️

***

"Eh, ini bener belok sini, kan?" tanya Randu ketika kurang yakin dengan jalan pintas yang ia ambil untuk menuju rumah sakit dengan cepat.

Kalil menganggukkan kepala melihat google maps yang tertera di layar ponselnya. "Bener, kok. Nanti di pertigaan lurus habis itu belok kiri lagi." Kalil menutup ponselnya ketika sudah yakin dengan rute yang mereka ambil. 

Kalil sempat menoleh ke belakang, ada Nadin yang tidur di tengah perjalanan. Katanya ia cepat sekali tertidur di mana pun jika dalam perjalanan. Terbukti, sekarang ia sangat nyaman dalam mimpinya. Padahal jalanan tidak begitu mulus.

"Oh, ya? Lo gimana?" tanya Kalil tiba-tiba. Pertanyaan yang terucap tanpa dasar apapun.

"Gimana apanya?"

"Ya sama dia? Yakin?"

Randu tersenyum kecil. "Yakinlah." Ia menjawab sangat mantap sangat berani, sangat bersemangat.

Kalil menganggukkan kepala dengan wajah ragu. "Perlu diyakinkan lagi, ga?"

"Ya itu perlu juga. Biar dia tahu kalau gue tuh... bukan Randu yang dulu lagi. Gue sekarang hanya menatap masa depan. Kan lo yang bilang, ga boleh mengingat masa lalu lagi? Masa lalu biarlah masa lalu." Randu tertawa mengatakannya. Penggalan syair lagu yang ia lupa siapa penyanyinya.

Kalil terkekeh kemudian meraih jaket di sebelah tubuh Nadin dan memakaikannya pada tubuh Nadin yang terlihat kedinginan karena AC. Gadis itu meringkuk kedinginan.

"Temenin gue nyari cincin, ya?" ucap Randu membuat Kalil menganggukkan kepala setuju. "Habis temenin Nadin check up kayaknya gue langsung bertindak, deh."

Kalil mengerutkan dahi. "Langsung banget, nih? Ga pake pemanasan?"

"Udah panas banget kemarin." Randu menggelengkan kepalanya.

Kalil tertawa kencang kemudian melirik Nadin yang mulai terusik dengan suara berisik mereka. Kemudian dia menutup mulutnya dengan telunjuk menyuruh mereka diam. Randu melirik ke belakang, melihat gadis cantik itu kembali anteng dalam tidurnya. Lalu tersenyum.

Kalil yang melihat Randu tersenyum kemudian menepuk pundaknya. "Ga nyesel, kan, lo?"

Randu menggeleng tanpa ragu. Ya, ia tidak boleh menyesal. Tidak boleh lagi ada penyesalan. Ia sudah benar-benar menjadi Randu yang baru. Randu.... yang tidak akan pernah salah dalam mengambil tindakan.

"Gue salut sih sama lo, meski dulu lo tahu mereka batal nikah tapi lo tetap bertahan untuk tidak kembali." Kalil menghela napasnya.

"Kita ga bisa sama-sama, Lil. Gue sama dia emang ga bisa bersama karena kehidupan kita sama-sama kacau. Gue... ga bisa mengobati mental Ale disaat mental gue sendiri ga sehat. Kita pasangan yang benar-benar rusak. Dan gue ga mau itu terjadi lagi. Setidaknya... gue harus ambil sikap agar kita bisa sama-sama berubah. Harus ada yang ngalah, dan gue rasa harus gue yang bertindak."

Kalil mengangguk lagi. Benar-benar setuju dengan ucapan Randu yang dinilainya semakin dewasa. Berbeda dengan Randu masa lalu yang tidak ambil pusing dengan orang lain demi mencapai kepuasan dan kebahagiaannya sendiri.

"Ale akan baik-baik saja."

Randu setuju. "Dia harus baik-baik aja." 

***

Randu-Ale [Wenyeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang