Bab 28 : Cerita pagi untuk mengakhiri

1.4K 138 35
                                    


Cowok kuat

Tama Haraja
Kalau beliin hadiah buat orang lahiran tuh, biasanya di kasih apa sih, gaes???

Kalil Randika
Pampers biasanya, sih
Eh... iya kali. Ga tahu gue, ga pernah ngasih kado orang lahiran. 
Soalnya gue ga diundang biasanya.

Arjuna Satya
Whiskas

Tama Haraja
Lahiran, Ar bukan beranak. 
Babi juga ni anak...

Randu Cahya Adiarta
Buat siapa? Perasaan bini gue belom mau lahiran?

Arjuna Satya
Dih... dikata bini dia doang yang hamil kali, ya?

Randu Cahya Adiarta
Lagian lo semua pada berisik banget sepagian, ganggu aja.

Kalil Randika
Ngapain sepagian? Ale ngidam lagi?

Tama Haraja
Hmmm... perasaan gue tiba-tiba memburuk kalau Randu pagi-pagi udah sibuk.

Arjuna Satya
Lagian si Kalil juga bego, kek ginian ditanyain, kayak dia polos aja.

Kalil Randika
Beruntung lo berdua jauh, ya. Kalau enggak, abis lo sama gue.

Randu tidak berbohong. Ia memang sibuk. Sangat sibuk memeluk seorang wanita yang tiba-tiba saja sepagi ini menangis tidak bisa tidur dan berakhir menyuruh Randu memeluknya dengan posisi duduk di atas sofa dengan TV yang menyala di ruang tamu.

Ale masih nyaman dengan pelukannya pada Randu. Semakin Randu rasa bahwa lengannya mulai mati rasa, namun tidak berani bergerak bahkan untuk membenarkan posisi kepala Ale yang miring.

Pernikahan mereka yang terlaksana dua bulan lalu rasanya bagi Randu baru kemarin terlaksana. Baru saja ia mengingat bagaimana ia memegang tangan penghulu di depan para saksi dan tamu undangan. Lalu acara berlanjut pada resepsi pernikahan.

Untungnya perut Ale tidak terlalu menonjol sehingga tidak begitu menarik perhatian, meskipun badannya yang sedikit berisi memang tidak bisa diabaikan, namun acara pernikahan mereka cukup meriah dan membuat Randu bahagia ketika memiliki wanita itu seutuhnya sekarang. Di sisinya tanpa bisa ia lepaskan lagi.

Randu mengecup puncak kepala Ale, dan pergerakan wanita itu membuatnya panik. Sudah pukul enam pagi dan Randu harus ke studio jam delapan.

Sebulan lalu, studio Randu kembali resmi dijalankan. Ale sempat bilang bahwa Randu bisa mengambil ahli jabatan Ale di perusahaan, namun Randu menolak karena menurutnya fotografer adalah dunianya, dunia tempat ia memulai segalanya bahkan dunia ketika Ale masuk ke dalamnya.

Oke... mungkin Randu tidak bisa menahannya lebih lama lagi karena sudah dua jam Ale tidur seperti ini dengan berbantalkan lengan kirinya. Perlahan-lahan, Randu mengangkat kepala itu, sangat hati-hati untuk diletakkan ke bantalan sofa. Namun...

"Mas Randu mau ke mana?"

Ale bangun dan menoleh ke arahnya. Panik ketika Randu bergerak menjauh. Takut jika Randu akan pergi diam-diam dan membiarkannya tidur sendiri seperti tiga hari yang lalu. Ale terbangun dan Randu sudah pergi.

"Mau mandi, Le."

"Ini jam berapa?"

"Jam enam."

"Kok... pagi banget?"

Randu menyingkirkan helaian rambut Ale yang menutupi wajahnya. "Kan... mau nyiapin sarapan buat kamu? Kemarin ada yang minta dibuatin nasi goreng, kan? Maunya aku yang masak?" Randu menyentuh bibir Ale dengan ibu jarinya lalu tanpa menunggu ia mengecupnya sebentar. 

Randu-Ale [Wenyeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang