Aduh, lama ga jumpa ygy :)
Kasih cinta dong buat Ale hueheheh....
***
Ale meremas jemarinya pada cangkir teh panas yang ia genggam pagi itu. Cuaca di luar sedang bersahabat dengan hatinya. Ya, bersahabat karena hati Ale sedang mendung dan menuju hujan deras. Begitu pula cuaca pagi ini, sangat setia kawan menemani kegalauan Ale yang tiada akhirnya entah karena apa, entah hal apa yang masih membuatnya resah hingga sulit untuk tersenyum bahagia seperti dulu.
Dulu ketika bersama Randu, rasanya senyuman tulus tidak pernah susah untuk ia tunjukkan pada orang. Ia dulu begitu merasa bebas tidak terkekang, tidak terbebani padahal logikanya jika orang lain melihat, ia dikurung oleh bayang-bayang Randu, bagi orang lain ia wanita malang, bagi orang lain Ale hanya seorang pemuas. Begitu kata mereka.
Namun nyatanya Ale dulu tidak merasa demikian. Ia bahagia meski jiwa dan pikirannya rusak total. Dan sekarang ketika ia terlepas dari Randu, ia mulai merasa terbebani, ia takut untuk kembali bahagia. Ia takut kebahagiaan itu tidak bisa ia temukan lagi.
Ale memang tidak waras. Ale memang denial. Ale memang memuja seorang Randu.
Bahkan ketika Randu hendak memperkosanya kemarin.
Perasaan itu tidak berubah.
Bahkan berkurang pun tidak.
Kalian menyayangkan perasaan Ale. Namun Ale tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri. Bersama Randu ia merasa menjadi wanita normal. Bersama Jefan, ia merasa dipenuhi kepalsuan dan kepura-puraan.
"Melamun apa?" Suara berat yang kini sudah hadir bersamanya di ruang tengah yang terhubung dengan pantry membuat lamunan Ale buyar dan menoleh singkat ke arah suara yang mengganggunya.
"Enggak." Ale menjawab seadanya sambil melihat ke arah pandangan gedung di luar dari dalam apartemen Jefan.
Pagi ini, Jefan harus ke rumah sakit. Katanya ada pasien yang harus segera dioperasi. Kadang, jujur saja Ale terkagum oleh Jefan. Jefan itu nyatanya sempurna. Ale paham dan sangat mengakui itu. Jefan lebih baik dari pada Randu. Jefan lebih menghargainya sebagai seorang wanita. Jefan memperlakukannya seperti berlian. Jefan memberikan cinta yang lebih dari cukup untuk seorang buangan sepertinya.
Namun...
Ale tetap merasa kurang. Semua yang Jefan berikan. Bahkan sampai dunia yang pria itu berikan untuknya, tidak akan memenuhi kepuasan Ale. Siapa yang salah?
Itu Ale.
Ale merasakan tangan kokoh itu maju melingkar di perutnya. Mendekapnya erat seperti saat mereka tertidur. Ale merasakan kecupan hangat mendarat pada tengkuknya. Jefan selalu tahu batasan ketika menyentuh Ale. Padahal Ale membebaskan pria itu untuk menyentuhnya sebanyak yang Jefan inginkan. Bukan murahan, namun Ale ingin memberitahu bahwa Jefan memiliki porsi yang sama dengan Randu.
Ya, jika Ale ingin segera melupakan Randu, ia harus menghapus jarak apapun antara ia dan Jefan, kan?
"Rasanya masih mau meluk kamu." Jefan berucap dengan suara berat.
Ale terkekeh singkat kemudian mengusap tangan yang melingkar di perutnya itu dengan lembut. "Nanti sore udah ketemu."
"Sore itu lama. Maunya, aku lihat kamu terus." Jefan tersenyum namun Ale malah merespons candaan tak berdasar Jefan dengan anggukan setuju. "Kenapa ngangguk?"
"Katanya mau lihat aku terus?"
"Emang kamu punya solusinya?"
"Ya aku ikut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Randu-Ale [Wenyeol]
FanfictionIni perihal kisah cinta Alexandra Widya Mahanta pada Randu Cahya Adiarta Kisah klise dengan banyak drama di dalamnya. Vange Park ©️ 2020