Bab 9 : Kembali pada Ale yang dulu.

1.1K 206 127
                                    



Jefan menarik lepas tangan Randu dari kerah bajunya. Masih memandang tenang namun juga mengintimidasi Randu. Namun sepertinya Randu tidak mengenal apa itu rasa takut. Randu yang Ale kenal memanglah bukan cowokyang gampang terintimidasi oleh orang lain. Apa Ale bilang? Randu itu berbeda. Dia cowok yang....

Tidak tidak... Bukan hanya Randu, Ale lupa bahwa ia sedang dalam proses memantapkan hatinya pada Jefan. 

Randu menggeser sedikit tubuhnya dan menatap Ale yang masih diam di tempat tidurnya, memandangnya penuh tanya dan kebingungan. Ale sejujurnya hampir tidak menyangka bahwa Randu akan datang saat ini. Tapi untuk apa? Untuk apa ia datang ke sini? 

"Gue perlu bicara sama Ale. Lo keluar." Randu memerintahkan, dan bukan lagi meminta. Tatapan Randu masih sama dinginnya seperti saat memasuki ruangan. Namun Jefan juga nampak tidak terpengaruh sama sekali. Jefan malah menegapkan tubuhnya seperti ingin memperlihatkan bahwa dia adalah orang penting untuk Ale.

"Gue pergi, kalau Ale yang minta." Jefan melayangkan perkaatn pada Randu yang nampak mengeraskan rahangnya. Randu geram dan tidak suka dengan jawaban gamblang dari Jefan.

"Lo---"

"Je?" Ale menyentuh ujung jemari Jefan lembut.

Jefan menoleh. Memandang wajah pucat di sampingnya dengan khawatir. Ale menggenggam jemari Jefan semakin kuat dan tersenyum tanpa keraguan. "Ga papa."

"Le, tapi---" 

"Serius." Ale meyakinkan Jefan lagi membuat Jefan akhirnya menghela napas pasrah. Mungkin Jefandra baru saja melihat bahwa Randu masih lebih unggul memenangkan hati Ale dari segala aspek. Namun bukan Jefandra jika ia tidak bisa memutar balikkan keadaan nantinya.

Dengan enggan, Jefandra melepaskan genggaman Ale dan berjalan melewati Randu yang sedang tersenyum miring menandakan kemenangannya baru saja tercipta. Jefandra tidak suka itu. Oleh karenanya, ketika melewati Randu ia menabrak bahu Randu dengan sengaja membuat Randu memandangnya dengan tajam.

Kalau bukan di kamar rawat, lo udah abis sama gue, sat! 

Randu memaki dalam hati dan membiarkan Jefandra keluar dari kamar. Menyisahkan keheningan di antara Randu dan Ale. Sejenak, bisa Ale rasakan bahwa Randu sedang mempersiapkan kalimatnya. Baru kali ini Ale melihatnya berpikir begitu serius. Biasanya Randu yang ia kenal selalu tenang dalam segala keadaan. Randu tidak pernah terlihat seserius hari ini.

Ale merasa....tidak. Tidak ada lagi perasaan itu. Jangan membuat hati Ale bimbang.

Randu mengambil posisi duduk di sisi ranjang Ale. "Sandra cerita." Sambil menunduk lesu. Seolah apa yang terjadi saat ini pada Ale, sepenuhnya adalah kesalahannya.

Tanpa menjelaskan lebih laju lagi, Ale tahu apa yang sudah Randu dengar dari Sandra. Apalagi jika bukan perihal aksi bunuh dirinya kemarin? Namun Ale masih diam saja. Membiarkan Randu-lah yang terus berbicara, mendengarkan apa yang Randu ingin katakan padanya.

"Boleh aku tahu kenapa kamu melakukan itu?" Randu memberanikan diri memandang lurus pada bola mata berwarna cokelat itu.

Ale tidak langsung menjawab. Ia terdiam beberapa detik setelahnya. Hal itu tentu saja membuat Randu mendadak frustrasi menunggu jawab dari Ale. Dan bisa Ale lihat, sorot mata pria itu seolah menginginkan jawaban jujur dari Ale. Apa ini ada hubungannya dengan Randu?

"Mas sebenarnya kesini untuk apa?" Alih-alih menjawab pertanyaan Randu, Ale memilih mengubah topik pembicaraan mereka. Merasa ia terlalu malas mengingat kegilaannya kemarin yang membuatnya berakhir di ranjang rumah sakit ini.

Randu-Ale [Wenyeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang