Bab 23 : Ada yang aneh

1.1K 162 88
                                    


Sebelum baca di voting dulu lohhhhh biarrrr Ale Randunya senengg nih..

Teruss...

Posisi baca lagi dimanoseeee spilll spilll spilllll....

***

Randu terbangun tepat pukul enam pagi. Ketika matanya terbuka ia menoleh ke samping dan sisi sebelahnya sudah tidak berpemilik. Ia ingat semalam Ale tidur dalam dekapannya, meninggalkan jejak-jejak panas yang masih bisa ia rasakan hangat dalam telapak tangannya. Aroma parfum dari tubuh indah itu masih ia rasakan kehadirannya dalam ruangan ini.

Randu tersenyum mengingat kegiatan apa yang sebelumnya mereka habiskan. Sesuai janjinya pada Ale, bahwa ketika gadis itu sembuh ia akan melakukan apa yang Ale dan ia sama-sama rindukan. Menghabiskan waktu berdua untuk waktu yang lama, saling melepaskan kerinduan lewat gerakan dan deru napas yang saling memburu mencapai kenikmatan surga dunia itu.

Randu menggeleng. Ah, pikirannya sangat liar bahkan ketika masih sepagi ini.

Lalu... di mana Ale-nya berada?

Mengingat Ale sudah benar-benar menjadi miliknya membuat debaran jantung Randu menggila. Sangat terasa tidak nyata dalam dunianya bahwa kini Ale adalah miliknya yang akan ia jaga selamanya.

Randu menyibak selimutnya. Berdiri dan meraih celana pendek yang tergeletak di lantai. Ia mencari kausnya namun tidak menemunkannya. Ia mengambil kesimpulan bahwa wanita itu mencuri kaus itu darinya. Randu tertawa kecil dan keluar ketika mencium aroma masakan dari arah pantry.

"Kamu atur aja jadwalnya, Fan." 

Suara Ale terdengar jelas sedang berada dalam sambungan telepon dari arah dapur. Ketika Randu melihatnya, wanita itu sibuk menggerakkan tangannya pada spatula lalu menjepit Hp-nya pada pundak dan telinga.

"Ga... ga papa. Kayak gitu juga boleh, kok. Saya ga masalah." 

Randu berjalan. Mendekati wanita itu dalam diam lalu ketika sampai di belakangnya, Randu mulai menarik pinggang itu dalam pelukan eratnya. Ale sempat berjengit namun akhirnya membiarkan Randu melakukannya.

Randu mengecup punggung Ale yang terbungkus kaus kebesarannya dengan gaya cepolan rambut asalnya yang berantakan namun begitu manis dan sensual dalam pemandangan Randu. Ah... jika dipikir Randu tidak pernah bisa merubah pemikirannya yang satu itu. Sudah bawaan lahir mungkin.

Ale mematikan kompor masih dengan telepon yang tersambung. Ia berbalik dan pelukan itu sempat melonggar beberapa detik namun kembali terkait ketika Ale tersenyum padanya dan memajukan diri lebih dulu untuk mencium bibir Randu.

Wanita ini... semakin berani dan panas saja.

"Ya udah. Jangan lupa nanti laporannya kasih ke saya, ya?" Ale masih melanjutkan percakapannya meskipun Randu kini telah menyerukkan kepala pada lehernya untuk menghirup aroma wanita itu lebih dalam.

Ale mengusap rambut Randu dan merasa geli ketika beberapa kali ia merasakan gigitan kecil yang terasa gemas di lehernya.

"Oke, Fani. Makasih, ya." Ale memutuskan sambungan itu dan ketika terputus, Randu mengangkat kepalanya dan menyatukan bibirnya.

Ale menyambut ciuman itu dengan baik. Saling bergerak lebih rapat, lebih berani, lebih menantang hingga tangan Randu menggendongnya dan mendudukkannya pada meja bar. Randu merindukan wanita itu hampir mati, hampir gila hingga rasanya kewarasannya akan benar-benar hilang jika ia tidak menahan dirinya.

"Mas... aku harus kerja." Ale menghentikan mereka sesaat ketika tangan Randu sudah menyentuh lebih dalam.

Ale menatap menyesal wajah Randu yang kini nampak sedih harus melepasnya pergi. Ale kemudian mengusap pipi itu dan memberikan kecupan pada kening Randu. "Ketemu lagi nanti, ya?"

Randu-Ale [Wenyeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang