Bab 17 : Posisi siapa yang lebih tinggi ?

846 156 89
                                    


Aku update lagi nih... cepet kan...

boleh kasih love nya ga di sini <3

***

Randu terduduk di ruang tunggu, bersama Kalil, Arjuna dan Tama. Ada kedua orang tuanya juga, serta Sandra yang ikut menemani kepergiannya. Randu nampak tersenyum ketika Mama-nya menunjukkan foto masa kecilnya yang disertai kenangan-kenangan masa lalu yang indah. Tak henti-hentinya Mama menggenggam jemarinya dan mengecup lengan Randu seakan ia masih seorang bocah yang akan hilang jika dilepas sedikit saja.

"Mama pasti bakal kangen banget sama kamu."

Randu mengangguk, kemudian ganti mengusap jemari Mama dengan lembut. "Randu juga."

Harusnya ia bahagia bahwa semua orang melepaskan kepergiannya dengan bahagia. Randu seolah siap menjalani kehidupan baru dalam proses yang ada, mereka semua sudah memaafkannya. Namun Randu seolah belum merasa puas karena tidak ada kemunculan wanita itu saat ini. Padahal Randu sangat ingin melihatnya lagi untuk yang terakhir kali, untuk mengatakan bahwa Randu ingin melihatnya bahagia.

Meski siang tadi ia sudah berbicara apapun padanya, tetap saja ia merasa semua itu belum cukup. Randu masih ingin memandanginya lagi sebelum ia menaiki pesawat dan akan berpisah dengannya dalam kurun waktu yang cukup lama dan tidak menentu.

Namun melihat tidak adanya sosok Ale di sini untuk melepaskannya pergi membuat Randu merasa kecewa. Kecewa pada dirinya bahwa ia sebegitu mengecewakan Ale hingga untuk bertemu pun sudah tidak ada lagi kesempatan yang diberikan. Apa sebenarnya yang Randu harapkan?

"Ndu? Dari tadi nyariin siapa, sih? Kok noleh-noleh terus?" tanya Mama membuat Randu menatap Mama-nya dengan salah tingkah.

Sandra yang mendengar itu lantas menurunkan kacamata hitam yang bertengger di wajahnya untuk memandang langsung sang kakak. Ia sadar siapa yang Randu cari dan harapkan untuk datang.

"Mas... mas tahu dia ga akan datang," ucap Sandra yang menambah kebingungan Mama dan Papa.

Siapa maksudnya?

"Ayudia?" celetuk Papa yang teringat salah satu mantan Randu yang cukup dikenal dekat dan mereka kira masih berhubungan.

Randu menggeleng. "Udah ga sama dia lagi, Pa." Randu menjawab tenang sambil mengembuskan napas. Ia membenarkan strap topi-nya lalu memakainya lagi.

Hingga terdengar suara panggilan untuk Randu menaiki pesawat, Randu masih berharap bahwa Ale akan datang. Namun saat berdiri dan mengedarkan pandangannya ke segala arah, ia tidak menemukan sosok cantik itu di manapun.

Randu menghela napas pasrah, ia kemudian mencium tangan Papa dan Mama sambil memeluk mereka erat. Ia akan sangat rindu pada orang tuanya. Namun ia harus bertahan, kan?

Selepas memeluk kedua orang tuanya, ia memeluk Sandra sambil mencium puncak kepala adiknya yang saat-saat ini sudah mulai bersikap lembut dan memperlihatkan jati diri sebagai seorang adik yang baik.

"Jangan kecapekan, San. Istirahat jangan lupa," pesan Randu tersenyum.

Setelah memeluk Sandra, ia berjalan untuk pamit pada Arjuna dan Tama. "Gue titip adek gue, ya? Sama... jagain dia juga." Randu membuat gerakan salam memutar lalu memeluk keduanya sambil tersenyum.

"Lo... semangat, ya? Jangan mau kalah. Kita yakin lo bisa. Kita tungguin sampai lo beneran sembuh." Tama menepuk pundak Randu dua kali dengan senyuman lebar.

"Kalau ada kesempatan kita bakal sering-sering jengukin ke sana. Doain aja biar dana-nya ga seret," canda Arjuna membuat Randu terkekeh namun mengangguk juga.

Randu-Ale [Wenyeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang