Gracia menundukkan wajahnya, tak berani menatap langsung kearah mata Aiden. Kakaknya yang biasa terlihat lembut itu kini benar-benar marah terhadapnya.
Sementara Aiden menatap tajam pada Ashlan. Tatapan mata Aiden bagai laser yang siap memotong tubuh Ashlan kapan saja. Jika mata bisa membunuh, maka bisa dipastikan. Ashlan bisa mati detik itu juga.
Sedangkan Ashlan yang ditatap tajam, hanya memasang wajah santai, dia tidak takut sama sekali pada Aiden yang saat ini seakan ingin menguburnya hidup-hidup.
"Gracia Wilson, ke sini sekarang, mendekat pada kakak!" ujar Aiden dengan nada tegas. Sehingga membuat Gracia mau tidak mau mengikuti instruksi sang kakak.
Ketika Gracia berjalan untuk menghampiri Aiden. Tiba-tiba saja pergelangan tangan Gracia dicekal secara lembut oleh Ashlan.
Hal itu, sontak membuat Aiden semakin merasa marah dan membuat Gracia terkejut dengan tingkah tiba-tiba Ashlan.
"Santai Dude, kalau kau berbicara dengan nada seperti itu, gadis kecilku bisa ketakutan," ucap Ashlan sembari menyembunyikan Gracia ke belakang tubuhnya. Seolah ia tengah melindungi Gracia dari amukan Aiden.
"Gadis kecilku kau bilang? Apakah kau mau mati?" tanya Aiden dengan nada suara yang semakin meninggi. "Lebih baik, sekarang kau lepaskan adikku sebelum aku menghabisimu sekarang juga!" lanjutnya sekali lagi.
"Kak Ashlan lepaskan aku, jangan buat kak Aiden marah, dia bisa memukulmu," pinta Gracia dengan lembut. Dia mencoba melepaskan celakan tangan Ashlan, akan tetapi celakan tangan Ashlan semakin kuat.
"Tenang saja, sebelum dia memukulku, maka aku yang akan memukulnya terlebih dahulu. Cia, apakah sekarang kau sedang mengkhawatirkanku?" tanya Ashlan berbisik, sehingga hanya mereka berdua yang dapat mendengar. Ekspresinya sengaja dia buat menggoda, sampai membuat Gracia kesal melihatnya.
"Jika, kau berani memukul kakakku, maka aku yang akan membalas untuk memukulmu!" balas Gracia mengancam. Wajahnya yang imut, mencoba untuk terlihat galak, hal ini malah terlihat menggemaskan di mata Ashlan.
Ashlan tak membalas, dia hanya terkekeh pelan. Saat melihat ekspresi menggemaskan Gracia.
"Tuan Ashlan, sebaiknya anda melepaskan adik saya. Ini adalah urusan keluarga kami, bukan urusan anda!" Aiden mencoba bersikap sabar, bagaimanapun ini masih di lingkungan sekolah. Dia tidak mau, terpancing emosi hanya karena pria gila yang ada di hadapannya.
Sebagai pewaris keluarga Willson, tentu saja dia tidak bisa bertindak gegabah.
"Gracia memang adikmu, Tuan Aiden. Tapi adikmu ini adalah kekasih saya, jadi tentu saja ini masih menjadi urusan saya karena biar bagaimanapun Gracia adalah kekasih saya." Ashlan berkata tak tahu malu. Dia memberikan senyum mengejek pada Aiden.
Gracia yang mendengar ucapan Ashlan langsung melotot seketika. Darimana pria yang ada di hadapannya ini mendapatkan kepercayaan diri dan mengaku sebagai kekasihnya?
Benar-benar tidak waras!
Tak hanya Gracia, Aiden pun merasa kaget dengan apa yang Ashlan ucapkan.
"Cia sayang, apakah yang diucapkan oleh si idiot ini benar adanya?" Tatapan mata Aiden berpindah pada Gracia. Lelaki itu menatap Gracia dengan lembut, tidak mau membuat takut adik imutnya.
Mendengar pertanyaan itu, sontak membuat Gracia menggeleng kuat. Bermaksud mengatakan bahwa apa yang dikatakan Ashlan tidak benar adanya.
Melihat responds Gracia, Aiden tersenyum penuh kemenangan. Kali ini, dia yang tersenyum mengejek pada Ashlan.
"Anda mendengarnya bukan Tuan Ashlan? Ciaku tidak menjalin hubungan dengan anda, karena dia masih terlalu kecil untuk itu. Jadi sekarang, lepaskan adik saya sekarang juga! Sebelum saya kehilangan kesabaran dan menghabisi anda di sini saat ini juga!" Suara Aiden terdengar tegas, tatapan matanya pada Ashlan begitu menusuk dan penuh intimidasi.
Dan Ashlan, terus bersikap tenang seakan tidak terpengaruh dengan intimidasi Aiden sama sekali.
Ashlan, menatap Gracia dan Aiden secara bergantian.
Sedangkan Garcia masih berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cekalan tangannya dari Ashlan.
"Kak Ashlan, cepat lepaskan cekalan tanganku atau jangan harap kita bisa bertemu lagi!" ancam Gracia tak main-main.
Hal itu, sontak membuat Ashlan merasa sangat takut. Dia sudah lama tidak bertemu Gracia. Dan sekarang, Gracia tidak mau bertemu Gracia lagi? Tentu saja ini bisa membuat Ashlan menjadi gila.
Dia sudah terlalu lama menunggu Gracia selama ini. Dia tidak ingin kehilangan Gracia hanya karena masalah sepele seperti ini. Karena bagi Ashlan, kehilangan Gracia terlalu menakutkan. Dan dia tidak pernah ingin hal itu terjadi.
Akhirnya, dengan berat hati, dia melepaskan cekalan tangan Gracia.
Setelah cekalan tangannya terlepas, dia segera berlari ke arah Aiden dengan mimik wajah yang takut-takut. Tak berani, melihat Aiden yang kini terlihat begitu galak.
"Kak Ai——"
"Tunggu, di ruang kesehatan! Jangan kemana-mana, ada yang harus kakak bicarakan denganmu," potong Aiden, menyela ucapan Gracia.
Tak mau membantah, Gracia hanya bisa mengikuti perintah sang kakak. Dia melirik ke arah Ashlan sesekali, khawatir jika pria tampan itu terkena bogeman mentah dari kakaknya tersayang.
Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena biar bagaimanapun, ini sudah ditakdirkan. Emosi kakaknya, begitu menakutkan. Dan Gracia tidak berani membantah peringatannya.
Gracia dengan cepat, pergi menuju ruang kesehatan, meninggalkan Aiden dan Ashlan di sana.
"Jauhi Gracia!" ucap Aiden to the point. Tepat setelah, Gracia pergi.
"Tidak akan," jawab Ashlan lugas.
Aiden terkekeh pelan. "Gracia bukan sesuatu, yang bisa kau jadikan mainan."
"Saya tidak pernah menganggap Cia sebuah mainan, saya mencintainya dan saya ingin menjadikan dia satu-satunya di hidup saya," kata Ashlan tegas, tidak ada jejak-jejak main-main di sana. Kini, dia menatap Aiden penuh keseriusan. Seperti seorang lelaki, yang tengah melamar seorang anak perempuan pada ayahnya.
Aiden hanya tersenyum remeh ketika mendengar apa yang Ashlan katakan. "Kau pikir, kau siapa berani bicara seperti ini di hadapanku? Meskipun kau orang terkaya di negeri ini sekalipun, aku tidak akan pernah secara asal memberikan adikku kepadamu, karena dia terlalu berharga."
"Saya bisa memberikan apapun yang Gracia inginkan, dia pasti bahagia bersama saya." Ashlan berucap penuh percaya diri.
"Jangan meremehkan kami Tuan Ashlan, kau kira, apa kami tidak bisa memberikan apapun yang Gracia inginkan? Anda terlalu percaya diri," kata Aiden sinis. Dia menatap Ashlan dari atas sampai ke bawah pertanda menilai, lalu dia tersenyum mengejek kemudian.
"Sekali lagi, saya peringatkan pada anda untuk menjauhi adik saya. Jika anda berani-beraninya secara lancang menyentuh adik saya seperti barusan. Maka saya tidak akan segan-segan untuk melawan anda. Anda paham itu Tuan Ashlan Matthew Alexander?" tanya Aiden dengan penuh intimidasi. Setelah itu, dia pergi meninggalkan Ashlan begitu saja.
Sementara Ashlan hanya terkekeh pelan melihat tingkah pewaris Willson tersebut. Dia tidak menganggap serius ancaman Aiden, karena baginya Aiden hanyalah anak kecil yang tidak apa-apa dibandingkan dirinya.
"Sayangnya, aku tidak akan pernah melepaskan Gracia. Karena sampai kapanpun, Gracia hanyalah milikku," ucap Ashlan sembari menatap punggung Aiden yang mulai menjauh.
____________
Hai guys, apa kabar? Aku harap kalian semua sehat. Maaf, baru lanjutin cerita ini lagi. Sekarang kalian gak perlu khawatir kalau aku bakalan gantung cerita ini. Karena, setelah ini aku bakalan update cerita Gracia tiap hari kaya dulu, wkwk.
See you guys♥️♥️♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain For Past Revenge
FantasyDalam kehidupan sebelumnya, Gracia Wilson mati ditangan saudara angkatnya yang sangat licik bagai medusa. Dalam kehidupan sebelumnya, Gracia Wilson tumbuh menjadi gadis kejam dan dijuluki sebagai seorang Iblis. Saudari angkatnya telah merebut segala...