38. Hukuman

20.8K 3.6K 422
                                    

"Cia bagaimana? Kau benar-benar di hukum?" tanya Stella pada Gracia.

Gracia mengangguk, "Iya point Cia dikurangi karena Cia telat masuk ke dalam ruangan," jawabnya lemas.

Mendengar jawaban Gracia sontak membuat kelima bocah itu iba sekaligus marah, mereka marah pada orang yang sudah berani merusak sekaligus menghilangkan alat tulis milik Gracia.

"Cia lalu kamu sudah tau siapa yang merusak alat tulis mu?" Kali ini Emely yang bertanya.

"Belum, Cia belum tau siapa yang tega melakukan hal ini pada Cia," jawab Gracia seraya menggeleng pelan.

Sebenarnya sejak awal Gracia sudah curiga bahwa yang melakukan hal ini adalah Rossie, Clara dan Ana. Karena hanya mereka yang berani berbuat seperti ini padanya. Namun kini Gracia tidak punya bukti untuk membuktikan kesalahan mereka.

"Cia bagaimana kalau kita melihat CCTV saja? Lewat CCTV kita bisa tau siapa yang sudah merusak alat tulismu," celetuk Cendrik memberikan usulan.

"Ah iya benar Cia, kita lihat CCTV saja," ucap Darius menyetujui.

"Tapi ... bagaimana kita bisa ke ruang CCTV? Ruangan itu, 'kan di jaga ketat oleh satpam yang berjaga." Aland bertanya dengan bingung, matanya menatap kelima temannya satu-persatu.

Kelima bocah itu memutar otak, di pikir-pikir benar juga, tidak mudah untuk masuk ke dalam ruang CCTV tersebut.

Lama mereka berpikir, akhirnya Cendrik kembali berceletuk, memberikan ide.

"Itu masalah gampang, intinya kita harus mencari tau dulu siapa yang sudah merusak dan mengambil alat tulis milik Gracia, tenang saja aku sudah punya ide," ujar Cendrik dengan nada serius.

Memang diantara yang lain, hanya Cendrik yang memiliki otak paling encer.

"Jadi ... sekarang kita harus bagaimana Cendrik?" tanya Emely menatap bocah lelaki itu penasaran.

Cendrik tidak menjawab, ia hanya menunjukkan senyum smirknya sehingga membuat para bocah itu mengernyitkan dahi mereka kebingungan.

"Ikuti saja caraku," gumamnya misterius.

***

"Hei Cendrik, kau yakin akan melakukan hal ini?" tanya Darius tak yakin.

Memangnya bagaimana tak yakin? Cendrik memiliki ide yang sangat aneh, yang membuat Darius dan yang lainnya hampir merasa jengkel pada bocah lelaki itu.

"Hm, yakin," jawab Cendrik dengan singkat.

"Jika hal ini tidak berhasil, maka kau yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini," kata Darius sekali lagi.

"Hm," balas Cendrik seraya mendengkus malas.

Kesal karena ditanggapi begitu oleh Cendrik, Darius tiba-tiba saja menatap Cendrik tajam. "Apakah tidak ada kata lain, selain 'Hm?' Apakah kau akan menghilang, apabila kau berbicara panjang?" tanya Darius dengan nada sedikit kesal karena jawaban Cendrik yang selalu singkat.

Sementara Cendrik tak mau ambil pusing dengan ocehan Darius, bocah lelaki itu hanya melirik Darius sekilas. Seolah tak mau membuang hal-hal yang tidak penting.

Melihat Cendrik yang tetap santai, dan tak merespondnya. Darius semakin kesal pada bocah itu, jika bukan karena dia satu-satunya orang yang memiliki ide untuk membantu Gracia, Darius sudah pasti akan memukul Cendrik saat ini juga.

The Villain For Past RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang