33

5.1K 526 1
                                    

Badai telah reda keesokan harinya, meskipun langit-langit Aula Besar masih muram dengan awan-awan abu-abu gelap berputar di atas. Aula itu sendiri megah dan penuh sejarah, dihiasi dengan spanduk berwarna-warni dari empat rumah. Clara, Daphne, dan Pansy duduk di meja panjang Slytherin, membaca daftar pelajaran baru mereka saat sarapan. Suara denting alat makan dan percakapan riuh mengisi udara.

"Dua jam Ramalan sore ini," Blaise mengeluh, menatap kosong ke cangkir tehnya. Mata hijau emeraldnya menunjukkan kebosanan yang mendalam. Ramalan adalah pelajaran yang paling tidak disukainya.

"Mestinya didrop saja, seperti aku," kata Clara sambil mengoleskan mentega ke rotinya dengan gerakan lambat namun mantap. "Jadi kau bisa ambil pelajaran yang lebih masuk akal seperti Arithmancy." Matanya bersinar sedikit saat dia berbicara tentang pelajaran favoritnya.

Mendadak terdengar bunyi berkeresak di atas mereka, dan seratus burung hantu melesat masuk dari jendela yang terbuka, membawa surat-surat pagi itu. Burung-burung itu terbang mengitari meja, mencari anak-anak kepada siapa surat-surat dan paket-paket itu dialamatkan.

Leo mendarat di pundak Clara, menjatuhkan sebuah paket di pangkuannya. Clara tersenyum lebar saat melihat isi paket tersebut—permen, kue, dan surat dari Narcissa. Dia membuka surat dengan jari-jari yang gemetar sedikit.

"Surat kunjungan ke Hogsmeade?" tanya Draco saat Clara mengangkat keluar surat dari kotak.

"Aku meninggalkannya di kamar, sepertinya ibu menemukannya," kata Clara sambil memeriksa surat itu dengan seksama. "Oh, sudah ditandatangani," katanya dengan lega, senyum kecil muncul di wajahnya.

"Kau akan pergi ke Hogsmeade dengan kami, kan?" tanya Blaise sambil menyendok puding buahnya dengan malas. Matanya mengamati Clara dengan rasa ingin tahu.

Clara menggeleng dan memamerkan senyum amat ceria yang memperlihatkan giginya yang rapi. "Aku mau pergi dengan Cedric, tentu saja," katanya dengan nada riang. Matanya berbinar saat menyebut nama Cedric.

"Cedric, Cedric, Cedric terus!" komentar Draco dengan nada mendadak jengkel. Dia menyandarkan diri di meja, menatap Clara dengan tatapan yang sedikit tajam.

Clara menatap sinis padanya, matanya menyipit. "Apa sih kau? Iri, yah? Cari pacar sana," balasnya dengan nada tajam, namun bibirnya tetap melengkung ke atas.

"Siapa juga yang iri," Draco mendengus, memutar matanya. "Aku lebih bagus daripada si Diggory." Dia menyilangkan tangan di dadanya, berusaha terlihat santai

.....

Anak-anak kelas empat Gryffindor sangat menunggu-nunggu pelajaran pertama Moody. Mereka tiba lebih awal untuk makan siang pada hari Kamis dan sudah berkerumun di depan kelasnya bahkan sebelum bel berbunyi. Pelajaran Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam digabung bersama Slytherin, yang menambah ketegangan di udara. Lorong-lorong batu yang dingin dan suram dipenuhi dengan bisik-bisik antisipasi.

Satu-satunya yang belum muncul hanyalah Hermione, yang tiba tepat sebelum pelajaran dimulai bersama Clara. "Baru dari...," Hermione mulai, napasnya masih terengah-engah.

"... perpustakaan," Harry menyelesaikan kalimatnya, tersenyum simpul. "Ayo cepat, nanti kita tidak kebagian tempat enak."

Mereka bergegas menuju keempat tempat duduk yang persis di depan meja guru. Mereka mengeluarkan buku "Ilmu Hitam: Penuntun Pertahanan Diri" dan menunggu dalam diam yang tak biasa. Segera terdengar tak-tok langkah Moody yang mendekat dari lorong. Dia masuk kelas dengan tampang yang sama ganjil dan mengerikan seperti sebelumnya. Cakar kaki kayunya tampak dari bawah jubahnya, menambah aura menakutkan.

"Singkirkan saja," dia menggeram, berjalan timpang ke mejanya dan duduk. "Buku kalian. Kalian tidak akan memerlukannya."

Mereka memasukkan kembali buku mereka ke dalam tas. Ron tampak bergairah sekali, matanya berkilat-kilat dengan antusias.

THE RETURN OF THE LOST GIRL  | COMPLETED|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang