51

3.3K 345 18
                                    


Harry terbangun oleh suara menggelegar yang mirip tembakan meriam ketika pintu kamar menjeblak terbuka. Dia duduk tegak di atas ranjang, matanya mengerjap-ngerjap, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya pagi yang menyeruak melalui jendela besar yang gordennya baru saja dibuka paksa. Cahaya matahari yang menyilaukan menusuk matanya seperti ribuan jarum tajam, membuatnya mengangkat satu tangan untuk melindungi wajahnya, sementara tangan lainnya meraba-raba mencari kacamatanya di atas meja samping tempat tidur.

"Ada apa sih?" suaranya terdengar serak dan bingung.

"Kami tak tahu kau sudah di sini!" terdengar suara keras dan gembira, diikuti oleh pukulan keras di puncak kepalanya yang membuat Harry meringis.

"Ron, jangan pukul dia dong!" suara Hermione mencela dengan nada kesal.

Tangan Harry akhirnya menemukan kacamatanya, dan dia memakainya meskipun cahaya masih terlalu terang untuk dilihat dengan jelas. Bayangan panjang yang bergetar di depannya perlahan-lahan memudar, dan wajah Ron Weasley muncul di fokus, tersenyum lebar dengan ekspresi penuh semangat.

"Kapan kau sampai? Mum baru saja memberitahu kami."

"Sekitar pukul satu pagi ini," jawab Harry, suaranya masih terdengar mengantuk.

"Apakah para Muggle baik-baik saja? Apakah mereka memperlakukan kau dengan oke?" tanya Ron, matanya berbinar dengan rasa ingin tahu.

"Sama seperti biasanya," kata Harry, sementara Hermione duduk di tepi tempat tidurnya. "Mereka tidak banyak bicara denganku, tapi aku lebih suka begitu. Bagaimana kabarmu, Hermione?"

"Oh, aku baik-baik saja," jawab Hermione, memperhatikan Harry seakan dia sedang memeriksa kondisi kesehatannya. Harry bisa merasakan kekhawatiran di matanya, dan dia tahu apa yang dipikirkan Hermione. Tak ingin membicarakan kematian Sirius atau topik menyedihkan lainnya, dia segera bertanya, "Jam berapa sekarang? Apa aku ketinggalan sarapan?"

"Jangan khawatir soal itu, Mum akan mengantarkan sarapan untukmu. Dia berpendapat kau kurang makan," kata Ron sambil memutar matanya dengan gaya khasnya. "Jadi, ada kejadian apa saja nih?"

"Tidak banyak, aku kan terkurung di rumah bibi dan pamanku."

"Ayolah, ngaku saja!" seru Ron. "Kau kan baru keluar dengan Dumbledore!"

"Tak begitu seru. Dia cuma menginginkan aku membantunya membujuk guru tua untuk meninggalkan masa pensiunnya. Namanya Horace Slughorn."

"Oh," kata Ron, tampak kecewa. "Kami kira... lalu bagaimana dengan Clara? Kau dapat kabar? Aku khawatir sekali... Tapi Mum bilang bahwa kita tidak bisa mengiriminya surat. Apa menurutmu dia tahu soal Sirius?"

Hermione melempar pandang memperingatkan ke arah Ron.

"Entahlah, aku juga merindukan Clara," ada jeda dalam kalimat Harry saat dia termenung sejenak. "Apa menurutmu Clara baik-baik saja?"

"Tentu saja, aku yakin," seru Hermione dengan nada yang tidak terlalu meyakinkan.

....

Harry tinggal di The Burrow selama beberapa minggu berikutnya. Rumah Weasley yang unik dengan arsitektur anehnya terasa hangat dan penuh kehidupan. Hari-hari dihabiskan dengan bermain Quidditch dua-lawan-dua di kebun buah keluarga Weasley yang luas, di mana dia dan Hermione berhadapan dengan Ron dan Ginny. Hermione bermain buruk dan Ginny sangat bagus, membuat permainan cukup seimbang. Malam hari dihabiskan dengan menikmati hidangan lezat yang disajikan Mrs Weasley, yang selalu memastikan Harry makan dengan porsi lebih banyak dari biasanya.

Mestinya itu akan menjadi liburan yang menyenangkan dan damai, seandainya saja tidak ada cerita-cerita tentang orang-orang yang lenyap, kecelakaan-kecelakaan aneh, bahkan kematian yang sekarang muncul hampir setiap hari di Prophet. Kadang-kadang, Bill dan Mr Weasley membawa pulang kabar buruk, dan Mrs Weasley kecewa karena perayaan ulang tahun keenam belas Harry dirusak oleh berita mengerikan yang dibawa ke pesta. Harry amat berharap dia menemukan sesuatu yang dia cari diantara tumpukan hadiah ulang tahun untuknya, Tapi Clara tak mengirimkan apapun.

THE RETURN OF THE LOST GIRL  | COMPLETED|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang