27

6.3K 808 107
                                    

Di sebuah ruangan yang remang-remang, seperti film yang terus berputar mundur, Clara melihat semua memori yang selama ini menghilang dari benaknya muncul satu per satu. Ruangan itu, penuh dengan aroma ramuan, dan suara langkah kaki yang teredam oleh lantai batu.

Clara terbangun setelah seharian tidur. Kepalanya yang sering sakit terasa seperti dipecahkan ribuan jarum.

Hening. Dia hanya diam menatap langit-langit Hospital Wing, mengamati celah-celah dan retakan kecil yang jarang terlihat. Bulir-bulir air mata jatuh dari matanya, membasahi bantal yang kusut.

Fakta bahwa Cassieopeia Malfoy adalah dirinya membuatnya merasa senang dan sedih. Sahabatnya pasti akan membencinya saat ini.

"Syukurlah kau sudah bangun," terdengar suara dingin yang sangat dikenali Clara. Suara itu membuat hatinya semakin ingin menangis.

Profesor Snape berdiri di sudut ruangan dengan tatapan khawatir. Dia baru saja ingin memanggil Madam Pomfrey hingga tiba-tiba Clara berbicara dengan suara parau.

"Kau sudah tahu yah profesor?"

"Apa maksudmu..."

"Cassiopeia," kata Clara sambil menghapus bulir air matanya. "Kau sudah tahu aku Cassiopeia!" Clara menangis terisak. Dia telah melihat semua kenangan yang dia punya bersama Snape.

"Baguslah, aku akan memanggil Dumbledore," kata Snape datar dan langsung meninggalkannya seorang diri.

Bukan itu jawaban yang diinginkan Clara keluar dari mulut Snape. Dia jadi merasa bersalah kepada tiga sahabat Gryffindor-nya sekarang. Kenapa di antara banyaknya penyihir dia malah menjadi bagian dari keluarga Malfoy yang sangat dibencinya?

Dumbledore membiarkan Clara tenang selama beberapa hari ini, dia masih tinggal di Hospital Wing. Clara tak mengizinkan Madam Pomfrey memberikan izin jenguk kepada teman-temannya.

"Kau boleh kembali ke asrama jika mau, Clara," kata Madam Pomfrey sambil memberikan ramuan terakhir yang harus diminum Clara hari ini.

Clara memutuskan untuk tidur di asramanya saja. Hospital Wing yang sunyi di malam hari selalu membuatnya takut.

"Oh, hai Clara!" Daphne yang baru turun dari kamar langsung memeluk Clara yang baru masuk ke ruang rekreasi. Semua mata tertuju pada mereka saat ini.

"Sepertinya kau beruntung lagi yah, Lycoris," kata Draco yang tadinya duduk di depan perapian, bangkit dan menatap Clara dengan tatapan tidak suka.

"Kenapa sih kau masih memunculkan wajahmu disini? Padahal aku berharap kau mati saja dimakan monster itu" Katanya sambil tertawa bersama yang lain.

Clara menatap Draco dengan mata yang dipenuhi air mata. Hatinya serasa hancur berkeping-keping mendengar kata-kata itu. Pukulan emosi yang ia terima dari kata-kata Draco bagaikan ribuan belati yang menusuk langsung ke jantungnya. Rasa sakit yang ia rasakan begitu dalam, membuatnya hampir tak bisa bernapas.

Tubuhnya gemetar hebat, ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan isak yang semakin keras. Tatapannya yang penuh harap kini berubah menjadi tatapan putus asa dan hancur. Seluruh kenangan masa kecil mereka bersama, momen-momen indah yang dulu membuatnya bahagia, kini hanya menjadi bayangan menyakitkan.

Dia tidak pernah mempermasalahkan semua perkataan Draco kepadanya selama ini, karena mereka bukan siapa siapa. Tapi saat ini, saat dia sudah mengingat segalanya, rasanya menyakitkan.

Clara menitikkan air matanya. "Bagaimana bisa kau katakan itu padaku? Apa kau tidak merasa bersalah sedikit pun... Apa kau tidak merasa bersalah pada adikmu saat..."

"Diam Lycoris!!" Bentak Draco "Nampaknya kau merasa sangat senang karena orang orang bilang kau mirip adikku."

"Tapi kukatakan satu hal padamu?! Kau tidak akan pernah menjadi adikku! Jangan bermimpi" Kata Draco, menatap Clara dengan tatapan jijik dan hina.

THE RETURN OF THE LOST GIRL  | COMPLETED|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang