41

3.8K 475 105
                                    

Hari-hari berlalu tanpa terasa, dan esok malam adalah puncak dari Turnamen Triwizard yang dinanti-nantikan.

Menara Astronomi selalu menjadi tempat yang menenangkan bagi Cedric dan Clara untuk berbagi momen kebersamaan mereka. Menara yang tinggi itu memberikan pemandangan spektakuler ke seluruh Hogwarts, dengan angin sepoi-sepoi yang membawa harum wangi bunga malam.

“Cedric?…” Clara memecah kesunyian malam, suaranya lembut namun penuh kegelisahan.

“Hmm?” Cedric menoleh, melihat kekasihnya yang bersandar di pundaknya, ekspresi cemas terlihat jelas di wajahnya.

"Kau tidak bisa mundur saja yah dari pertandingan? Aku hanya semakin takut,” kata Clara, suaranya bergetar halus, tangannya gemetar saat ia menggenggam erat lengan Cedric.

Mereka duduk bersandar pada tembok batu dingin, dengan angin sepoi-sepoi menerbangkan sedikit rambut mereka. Malam itu begitu tenang, hanya ditemani oleh gemerlap bintang-bintang di langit.

“Aku tidak bisa, aku terikat perjanjiannya,” jawab Cedric sambil memainkan cincin yang terpasang manis di jari tengah kiri Clara, berusaha menenangkan hatinya yang gelisah.

"Cincinnya kembar dengan Draco, kan?” tanyanya, Clara mengangguk, dan Cedric melanjutkan, “Kalau begitu ini pasti punya efek, ya?”

“Cincinnya terhubung... Hanya berfungsi ketika kami berdua memakainya. Hanya memberi rasa sangat hangat pada tubuh. Kau tahukan aku tidak tahan dingin... Draco juga begitu. Kami berdua pucat dan kulit kami dingin. Jadi Dad memberikan kami cincin ini dulu saat ulang tahun pertama kami,” jelas Clara, suaranya sedikit lebih tenang saat mengenang kenangan masa kecilnya.

“Baguslah kau memilih cincin ini di jari tengahmu, jari manisnya milikku,” kata Cedric sambil memainkan jari manis Clara. “Kau harus menaruh cincin pernikahan kita di sini.”

"Kenapa kau selalu membahas pernikahan sih?” tanya Clara sambil tertawa pelan, meski ada kekhawatiran yang terselip di dalam tawanya.

“Aku menginginkanmu sepenuhnya untuk menjadi milikku, takut kau akan diambil orang lain,” kata Cedric pelan dengan suara khasnya yang berat, matanya penuh cinta dan tekad.

“Kalau begitu kau harus kembali dengan selamat besok agar bisa menikahiku,” kata Clara sambil mengacungkan jari kelingkingnya, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya dengan senyuman.

"Yah aku akan kembali" Kata Cedric menautkan kelingkingnya juga.

.....

Mereka berjalan ke lapangan Quidditch, yang sekarang sama sekali tak bisa dikenali. Pagar tanaman setinggi enam meter mengelilinginya. Ada lubang di depan mereka, pintu masuk ke maze. Lorong-lorong di dalamnya tampak gelap dan membuat bulu kuduk berdiri. Lima menit kemudian, tempat duduk penonton mulai terisi. Udara dipenuhi suara-suara bergairah dan gemuruh langkah kaki ketika ratusan pelajar menuju ke tempat duduk mereka.

Langit berwarna biru tua cerah sekarang, dan bintang-bintang mulai bermunculan. Hagrid, Profesor Moody, Profesor McGonagall, dan Profesor Flitwick memasuki stadion dan mendekati Bagman dan para juara. Mereka memakai bintang besar merah yang menyala pada topi mereka, semuanya, kecuali Hagrid, yang memakai bintangnya di bagian belakang rompi bulu tikus mondoknya.

"Kami akan berpatroli di luar maze," kata Profesor McGonagall kepada para juara. "Jika kalian mendapat kesulitan dan ingin diselamatkan, kirim bunga api merah ke udara, dan salah satu dari kami akan datang menolong. Kalian mengerti?" Para juara mengangguk.

"Jalankan tugas kalian, kalau begitu!” kata Bagman cerah kepada keempat petugas patroli.

“Para ibu-bapak, dan hadirin sekalian, tugas ketiga dan terakhir Turnamen Triwizard akan segera dimulai! Saya akan mengingatkan bagaimana posisi nilai saat ini! Seri di tempat pertama, masing-masing dengan jumlah angka delapan puluh lima, Mr. Cedric Diggory dan Mr. Harry Potter, keduanya dari Sekolah Sihir Hogwarts.” Sorak dan tepuk tangan yang membahana membuat burung-burung dari Hutan Terlarang beterbangan ke langit yang mulai gelap.

THE RETURN OF THE LOST GIRL  | COMPLETED|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang