Clara duduk di atas ranjang Draco, kamar besar dengan dinding berlapis panel kayu yang memberikan nuansa hangat dan mewah. Tirai beludru tebal menghalangi pemandangan bawah danau hitam dari jendela. Clara memeluk bantal dengan cemas, sesekali melirik ke jendela.
Draco tengah berada di menara burung hantu, menunggu surat dari ibunya, Oris, burung hantu elang Eurasia Draco yang sangat besar, tiba dengan anggun di ambang jendela menara. Sayapnya yang besar berkibar pelan saat ia mendarat, dan matanya yang tajam menatap Draco. Di kakinya terikat sebuah surat. Draco segera mengambil surat itu dan berlari menuruni anak tangga menuju asrama.
Clara menoleh kearah pintu yang mendecit pelan, Draco melambaikan pelan surat ditangannya. Clara menunduk membaca isi surat dari Narcissa yang memintanya untuk jangan pulang kerumah.
"Ibu tidak beritahu alasan kenapa kau tak boleh kembali," kata Draco sambil melipat lagi surat itu. Suaranya terdengar datar, namun ada kekhawatiran yang tersembunyi di balik matanya.
Suara ketokan pintu mengalihkan perhatian mereka. Draco membuka pintu menjadi cela kecil dan melihat Pansy berdiri di depan pintu, wajahnya terlihat tegang.
"Clara dicari profesor Snape di ruangan profesor Dumbledore," kata Pansy. Draco mengangguk dan menutup pintu kamarnya.
"Baiklah, aku pergi dulu," kata Clara, beranjak dari kasur dengan enggan.
"Perlu kuantar?" tanya Draco. Clara menggeleng pelan, mencoba tersenyum meski hatinya penuh kekhawatiran.
Clara sampai di depan ruangan kepala sekolah, mengucapkan sandi di depan patung raksasa yang membuka pintu dengan sendirinya. Aula kepala sekolah terasa megah dan penuh wibawa, dengan rak-rak buku tinggi dan berbagai artefak ajaib yang bersinar lembut di sekitar ruangan.
"Ahh kau sudah datang rupanya," kata Dumbledore sambil tersenyum. "Aku pikir mungkin kau tidak bisa kembali ke rumah sekarang, Clara... atau kupanggil kau Cassie?"
"Terserah kau saja, Profesor," kata Clara sambil tersenyum tipis. Wajah profesor Snape nampak lebih ketus dari biasanya, matanya memperlihatkan ketidaksenangan yang jelas.
"Aku sudah menghubungi Sirius, kupikir mungkin secara diam-diam ibumu juga mengirim surat padanya... tentu saja tanpa sepengetahuan ayahmu," kata Dumbledore, menatap Clara intens dari balik kacamata bulan separuhnya.
"Kau akan tinggal dengan Sirius, pamanmu. Dia akan menjagamu tetap aman seperti dia menjaga Harry," kata Dumbledore lagi. Snape berdecak tak suka, suara yang menambah ketegangan di ruangan itu.
"Ini pilihan terbaik untuknya, Severus. Orde akan ikut serta menjaganya," Dumbledore kini beralih menatap Snape di sampingnya. "Semua orang akan tahu, Severus, bahkan Voldemort juga tahu. Jika kita mengirimnya pulang kepada keluarganya, sama saja menyerahkan nyawanya untuk dibunuh."
"Apa Harry akan ikut denganku?" tanya Clara, berharap mendapat sedikit kenyamanan. Profesor Dumbledore menggeleng pelan.
"Ohh yah, jangan beritahu siapapun, ini rahasia di antara kita," kata Profesor Dumbledore sambil mengangkat jari telunjuknya di depan mulut, matanya berkilat-kilat penuh makna.
Libur musim panas telah tiba, dan Clara pergi bersama Profesor Snape yang mengantarkannya ke rumah Sirius yang entah berada di mana. Jalanan sepi, dan hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar di antara bangunan-bangunan tinggi bertingkat.
"Profesor... kita di mana?" tanya Clara sambil melihat bangunan tinggi bertingkat di sekeliling mereka.
Profesor Snape menyodorkan sepotong perkamen ke tangan Clara yang terkena Penghilang-Ilusi dan memegang tongkatnya yang menyala dekat ke perkamen itu, untuk menerangi tulisannya. "Bacalah cepat-cepat dan hafalkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE RETURN OF THE LOST GIRL | COMPLETED|
FantasyKeluarga malfoy terpukul berat akibat kehilangan salah satu anggota keluarga mereka. Cassieopeia Narcissa Malfoy. Saudari kembar Draco Malfoy. Ditengah keputusasaannya mereka memilih melupakan tentang cassieopeia selamanya. [bukan original, semua to...