"Cepat, Kell. Kalau kamu lelet seperti ini, bisa-bisa kita terlambat."
Nia terus memburu agar putra nomor tiganya itu bergegas untuk menyelesaikan semua aktivitasnya sebelum berangkat ke sekolah.
Hari ini Nia sebagai wali murid Kello tentu saja akan hadir di acara rapat untuk wali murid yang diadakan sekolah Kello.
Sebenarnya ini masih pagi untuk Nia berangkat. Namun, karena bersemangat, pagi-pagi sekali ia sudah mempersiapkan diri. Ini juga merupakan kesempatan untuk meminta izin kepada wali kelas Kello agar mengizinkan putra nomor tiga itu untuk tidak masuk sekolah.
"Mi, perkumpulan wali murid itu sekitar jam 10. Ini bahkan belum jam 7 pagi. Mami datangnya pas acara mau dimulai aja. Kalau mami pergi pagi-pagi sekali, percuma. Acara belum di mulai." Kello menatap maminya yang saat ini sudah rapi dengan pakaiannya.
"Eh?" Nia terbengong sesaat sebelum akhirnya ia menepuk keningnya. "Mami lupa. Mami kira rapat wali murid itu pagi-pagi sekali."
Nia kemudian meminta Kello untuk sarapan pelan-pelan. Sedang untuk Bima yang melihat istrinya sibuk pagi-pagi sekali hanya bisa menggelengkan kepalanya. Hari ini adalah hari terakhir Bima pergi ke kantor karena besok dan seminggu ke depan ia akan cuti dari kantor untuk berkunjung ke desa di mana Jillo tinggal.
Usai sarapan, ia dan Kello kemudian langsung pamit pergi meninggalkan Nia yang merapikan peralatan makan dengan santai. Tidak seperti tadi pagi ia di buru-buru oleh waktu.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu, membuat Mpok Atun yang sedang menyapu di ruang keluarga segera menghampiri pintu utama dan membukanya.
"Cari Bu Nia?" Mpok Atun langsung menebak tujuan pria yang berdiri di hadapannya datang berkunjung. Tentu saja mbok Atun sudah beberapa kali melihat pria itu datang untuk menanyakan pertanyaan yang sama.
"Nia ada? Saya mau menanyakan keberadaan istri saya sama dia."
"Kalau Ibu Nia ada di dalam. Tapi istri dan anak-anak bapak enggak ada di sini." Mpok Atun dengan sopan mempersilakan agar pria yang ia ketahui bernama Alex itu masuk dan duduk di ruang tamu. Sementara ia sendiri mencari keberadaan Nia yang saat ini sedang memberikan Alana serta Alea sarapan pagi.
"Bu, ada Pak Alex, suaminya Bu Bella di luar," lapor Mpok Atun.
Nia kemudian meminta Bu Yuni untuk menggantikan posisinya memberi kedua anak kembarnya makan. Sementara ia sendiri segera menghampiri Alex yang saat ini terlihat sangat kacau dilihat dari pakaian yang dikenakannya sangat tidak beraturan. Belum lagi kantong mata terlihat sangat jelas dari jarak sedekat ini. Nia bertanya-tanya mengapa Alex bisa seperti ini? Bukankah akan sangat membahagiakan jika Bella dan kedua anaknya pergi? Pikirnya dalam hati.
"Kamu kenapa acak-acakan seperti ini, Lex? Udah berapa lama kamu enggak mandi? Kusam banget," komentar Nia, setelah melihat kondisi Alex.
Wanita itu dengan tenang duduk di sofa yang berseberangan dengan posisi Alex berada. Bokongnya baru saja menyentuh kain sofa, ketika Alex tiba-tiba berdiri dan berlutut di samping sofa yang ia duduki. Melihat itu, Nia spontan berdiri dan bergerak menjauh. Jujur saja ia cukup terkejut dengan reaksi tiba-tiba dari suami temannya itu.
"Kamu kenapa berlutut di situ? Aku bukan sesuatu yang bisa kamu sujud, ya, Lex!" Nia bergidik ngeri melihat tatapan Alex mirip dengan seseorang yang kehilangan arah. Apalagi melihat raut wajah pria itu yang terlihat sangat putus asa serta air mata yang berlinang di pipinya membuat Nia panik.
Wanita itu takut jika ada orang yang tiba-tiba datang dan berpikir jika ia sudah menganiaya pria di hadapannya.
"Nia, aku mohon sama kamu. Tolong kasih tahu aku di mana Bella dan anak-anakku berada. Aku enggak sanggup kehilangan mereka, Nia. Tolong."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMA & NIA [3 YEARS LATER]
General FictionKehidupan Nia setelah menikah dijalani dengan santai dan tenang. Meskipun terkadang ada kerikil dalam pernikahannya, Nia bisa menyingkirkannya dengan mudah. Ada banyak yang menuduhnya sebagai perebut suami orang, menjadi istri kedua, dan mau bahagi...