25

13.1K 2.4K 295
                                    




Saat ini Nia berada dalam satu mobil yang sama dengan Alex. Tentu saja ia tidak sendiri karena ada kedua putrinya yang ingin ikut dengannya.

Sebenarnya ia ingin meninggalkan kedua putrinya pada Yuni. Namun, saat ia akan masuk ke dalam mobil, tiba-tiba putrinya Alana merengek ingin meminta ikut. Jadilah Nia sengaja membawa Yuni beserta kedua bocah kembar itu.

Nia sendiri layaknya bos yang duduk di kursi belakang  bersama Yuni dan kedua anaknya. Sementara Alex mereka biarkan menjadi sopir di depan.

"Kamu sudah minta izin sama suami kamu kalau kamu mau pergi?" Alex melirik wanita yang sedang memangku anaknya dari kaca spion depan.

Pria itu heran sendiri mengapa ada laki-laki yang mau dengan wanita menyeramkan seperti Nia.  Alex sendiri bergidik ngeri dengan apa yang akan di rencanakan Nia jika  suami wanita itu ketahuan berselingkuh. Membuatnya impoten, menguras habis hartanya, kemudian mencari pria muda. Alex saja yang pria bergidik ngeri dengan perencanaan menyeramkan seperti apa yang diucapkan wanita itu.

"Enggak usah pamit. Lagi pula Mas Bima bukan laki-laki yang suka mengekang seperti kamu," sahut Nia mengenai titik sensitif Alex.

Alex sendiri adalah laki-laki posesif yang sering cemburuan pada laki-laki yang berniat untuk mendekati istrinya. Bisa dikatakan jika Alex sering mengekang Bella agar wanita itu tetap menjadi wanita rumahan dan jarang keluar rumah.

Alex terdiam tidak lagi mau berbicara dengan Nia. Wanita itu hanya tahu cara menyindir dan mengucapkan kalimat pedas padanya. Andai saja wanita yang duduk di kursi belakangnya tidak ahli dalam memberi bogem, ingin rasanya Alex mencubit jantung wanita ini.

"Jangan mendumel dan dendam di dalam hati kamu, Lex. Gini-gini, aku ini adalah sumber informasi di mana kamu bisa menemukan keberadaan Bella.*

"Enggak, Nia. Aku enggak ada dendam atau mendumel di dalam hati."

Selain memiliki mulut yang tajam, ternyata Nia juga memiliki indra perasa yang kuat. Terbukti wanita itu memiliki insting jika saat ini ia sedang mengomelinya di dalam hati.

Tak lama kemudian mereka tiba di sebuah rumah berlantai 2 di mana rumah tersebut sedang mengadakan acara pertemuan keluarga sekaligus membahas ahli waris yang akan meneruskan tampuk perusahaan yang ditinggalkan oleh kakek Astrid.  Alex tahu hal ini dari Astrid sendiri yang memberitahunya tadi malam.

Nia segera turun dan meminta agar Yuni menjaga kedua putrinya di dalam mobil sementara ia dan Alex melangkah mendekati pintu utama.

"Kamu yakin mau datang sekarang? Kenapa kita enggak tunda nanti saja?" Alex menatapnya dengan ragu. Pria itu takut jika kedatangan mereka akan mengacaukan acara yang sedang berlangsung di dalam.

Nia melipat tangannya di dada sambil menatap Alex dengan pandangan sinisnya.

Wanita itu berujar, "mumpung aku masih dalam mood baik untuk kasih tahu kamu keberadaan Bella. Kalau nanti, aku enggak tahu aku masih ingat alamat tempat tinggal Bella atau enggak."

Alex  menggigit bibirnya mendengar ucapan Nia. Pria itu menghela napas berat kemudian mengetuk pintu utama dan membunyikan bel hingga tak lama pintu terbuka dan menampilkan seorang wanita paruh baya yang terlihat cantik dengan dress hitam yang memperlihatkan kulit putihnya.

Alex mengenal wanita di hadapannya ini.
"Tante Monika. Astrid ada?"
Alex langsung bertanya tanpa basa-basi. Terlebih lagi saat ini wanita yang berdiri di sampingnya sedang mengetuk ujung sepatunya ke lantai dengan tidak sabaran.

"Oh, Nak Alex. Astrid ada di dalam. Ayo, masuk." Monika segera mengajak Alex untuk masuk. Namun,  pria itu dengan sopan menolak dan meminta tolong agar Monika memanggil Astrid keluar. Tak mau memaksa, Monika akhirnya masuk kembali untuk memanggil putrinya.

BIMA & NIA  [3 YEARS LATER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang