Sakit datang kapan saja,
Bahkan saat baru saja aku merasakan Hangatnya dipeluk olehmu, - Prilly Lanabie- - - -
#PrillyPOV
Kini aku berdiri di tengah-tengah banyaknya murid sekolahan ku. Mereka tampak berbincang untuk rencana nanti malam. Ya, yang ku dengar.. Nanti malam.. Anggota osis yang Ikut serta dalam acara ini akan mengadakan pentas seni dalam setiap kelompok, mau menari, menyanyi, ataupun drama.
Dan kelompok ku memilih Drama Musical. Dan aku hanya diam menatap mereka berdiskusi, melihat Ali yang duduk membukuk di sebuah batu sambil menopang kedua tanganya di pahannya. Dia terlihat serius mendengarkan apa yang dijelaskan oleh Kak fanya.
Gadis yang dari kemarin selalu bersamanya, bahkan mereka selalu jalan berdua. Yaampun, hati ku kembali merasa perih mengigat bahwa aku terlalu dalam mencintai sosok ali.
"Eh, kenapaa bengong sih, Prill?" Ana menyentuh pundakku, berhasil membuat aku kaget. Bahkan jantung ku hampir copot.
"Ehh na, ngga kok." Aku menggaruk-garuk tengkukku yang sebenarnya tidak gatal, karena panggilan Ana tadi, semua anggota kelompokku menengok menatap ku penasaran, Termaksut Ali.
Matanya menatap ku tajam, Aku berusaha tenang. Berusaha tidak mengigat bagaimana cara ia menatap ku tadi pagi, tatapan berubah. Berubah menjadi seakan ia memberi ku harapan lebih.
Oh, c'mon prill! Dia tidak mungkin menyukai mu.
Hatiku kembali terasa sesak, nafas ku sudah tak karuan. Aku bangkit berdiri dan berlari ke arah villa penginapan. Aku butuh sendiri.. Kenapa, kenapa aku jadi sangat lemah sekarang?!
Aku memejamkan mata mengigat bagaiman reaksi kak fanya ketika melihat ali memeluk tadi pagi.
#Flashback
- - - -
"Kamu ngapain meluk-meluk cewek ini?" Aku melihat kak fanya datang dengan wajah merah, matanya menatap benci ke arahku.
Ya, barusan ali memelukku, entah apa maksudnya.. Dan itu membuat ku bahagia sekali, tapi.. Semuanya runtuh ketika kak fanya menarik ali ke arahnya, dan menyuruh ali menyebut kalau aku memang bukan siapa-siapanya. Memang, itu kenyataannya.
"Jawab sweetie balabalaa.. Dia bukan siapa-siapa kamu kan?!"
"Iya dia bukan siapa-siapa gue! puas lo?" Ali sekejap langsung membuang muka, ia tidak mau menatap mataku yang sudah memanas. Ia melongos pergi, diikuti dengan Tawa senang dari Kak fanya.
Aku.. Aku.....
#FlashBackOFF
***
#AliPOV
Shit! Kenapa bisa aku tidak menolak tarikan atau bahkan manjaan yang Fanya Beri padaku?
Bahkan gadis itu membuat ku melukai prilly, gadis yang mulai membuat ku terbuka untuknya.Oh Tuhan, kenapa semuanya jadi seribet inisih? Kenapa?! Argh!
Fanya selalu mengancam, jika aku tidak menuruti apa katanya.. Ia akan Mengadu ke Ayah dan ayah tentu akan melukai bunda.Arghhhhh!! Persetaaan!
aku mengacak-ngacak rambut ku Frustasi, apa prilly sakit hati? Apa gadis itu menyukaiku?
Aku tak tau, aku harap tidak. Aku tidak ingin melihat dia sakit hati.. Sama seperti bunda sakit karena ayah. Dan gadis yang selalu ada di mimpi ku... Dia.. Dia.. Selalu pergi meninggalkan ku.
"Eh esbatu, kenapa lo?" Dimas melongos dan langsung duduk di sebelahku. Aku menatapnya tajam. Aku butuh ketenangan.
"Fanya mana?"
"Bukan urusan gue." Jawab ku datar. "Li, gue juga sebenernya gasuka liat fanya. Tapi Bunda lo, dia penting li. Mending lo turutin apa yang fanya mau," dimas menepuk pundak ku. Aku mengerti, tapi kenapa harus seperti ini?!
Jika aku tidak di bromo sekarang, aku bahkan berani melawan Ayah. Melawan dirinya yang tidak berhak melukai bunda. Tapi aku sekarang sedang jauh dari bunda, fanya bisa saja melaporkan semua ke ayah, dan ayah akan melukai bunda!
Shit!
"Ali.." Suara itu membuat ku menengok, mendapati Ana dan Eline berdiri di hadapan ku dan dimas. Aku menatap mereka datar. Dan mereka pasti tau apa maksud tatapanku.
"kita mau nanya, gue.. Eline, michelle, sama Prilly dapet bagian apa buat nanti malem?"
Aku mengangguk, "tanya langsung aja ke Fanya" ucapku pelan, berusaha tak kasar.
"Udah gue aja deh yang bantu kalian, ikut gue ya" ucap dimas tiba-tiba.Dua gadis itu mengikuti arah kemana dimas berjalan. Sementara aku tak peduli sama sekali. Aku memikirkan nasib bunda. Bunda, maaf bila Ali tidak bisa menjaga bunda.
"HAHAHA yaampun, beneran?" Suara tawa itu membuat aku melihat ke arah dimana suara itu berasal. Aku melihat Prilly tertawa bersama Seorang lelaki.
Hatiku tiba-tiba terasa ngilu. Terasa kaku, rahangku mengeras. Mendapati Prilly memeluk lelaki itu erat. Bahkan, mereka terlihat serasi! Shit!
Kenapa?! Apa kau cemburu ali? Suara itu membuat rahang ku semakin mengeras, tanganku menggepal sempurna.
Aku melangkah ke arah dimana mereka sedang terlihat bersenandung ria. Aku semakin terlihat emosi, aku berusaha mengatur nafas ku ketika melihat lelaki itu mengelus rambut coklat kehitaman prilly.
"Ehm," deham ku pelan, membuat lelaki itu dan prilly menengok. Aku sedikit terkejut mendapati lelaki itu adalah.....
"Zidan?" Tanyaku tak percaya.
Zidan.. Zidan.. Zidan, dia.. sahabat kecilku. Dia yang selalu menemani ku saat kecil, kami bagaikan saudara kembar dulu.
"Hei li, apakabar?!" Zidan memelukku, lalu dia kembali menatap Prilly. "Zidan, kaam-"
"Prill, ini Ali Zeefand, kamu masih.."
"ZIDAAN! ALI!" Teriak seorang perempuan, aku menengok, argh. Apalagi ini? Kenapa disana banyak sekali wanita dengan pakaian minim? Memang ini pesta?
"AAA" teriak mereka histeris. Aku hanya diam tak bergeming. Aku menatap prilly yang terlihat bingung menatap semua gadis itu. Sementara tangan kanan nya digengam begitu erat oleh Zidan.
Shit, aku hampir saja bisa menonjok wajah zidan. Ia menggengam Tangan Gadis yang ku cintai. Apa?! Tidak! Aku salah bicara!
Aku menarik prilly ke genggaman ku, lalu menariknya pergi dari Zidan. Aku melihat prilly sempat syok, "kaak..." Aku tetap diam, aku tetap menarik tangan mungilnya.
"Kak.. Awh.. Kak ali.. Saa..ki..t" rintihnya, aku berhenti dan menengok, menatap matanya tajam, aku melepaskan genggaman ku dari tanganya, lalu menarik nya dalam pelukan ku.
Dia membalas pelukanku,
Maaf prill, I just can't.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow Love
FanfictionPrilly Lanabie, Gadis ceria dengan hidupnya yang begitu serupa dengan warna Pelangi, Sempurna. Membawa Seorang Ali Zeefand yang hidupnya seperti Awan gelap dipenuhi hujan, kedalam hidup Pelanginya. "Kenapa lo bawa gue ke hidup lo yang seperti pela...